IMAN MENGHASILKAN KETAATAN Kejadian 17

 

 IMAN MENGHASILKAN KETAATAN

Kejadian 17

______________________________________

 

       Iman berdasarkan kitab Ibrani adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Jadi, iman itu adalah bukti yang membuktikan bahwa yang tidak terlihat itu ada, bukannya tidak ada. Seperti Allah, Dia tidak terlihat, bukan berarti Dia tidak ada, namun dengan adanya iman kepada Allah, maka membuktikan bahwa Allah itu ada. (Ibr.11:1-3,6)


       Kalau kita perhatikan Kejadian 17, maka kita menemukan bahwa imannya Abraham adalah imannya kepada yang tidak terlihat. Allah berjanji pertama kali akan memberikan Abraham keturunan pada saat dia berumur 75 tahun, dan Allah berfirman lagi mengenai janji-Nya kepada Abraham saat dia berumur kemungkinan 85 tahun (pasal 15) dan saat Abraham berumur 99 tahun, Allah mengulangi lagi janji-Nya kepada Abraham. Jadi, Abraham menantikan janji Tuhan kepadanya mengenai keturunan dari pasal 12-17 itu sudah 24 tahun, dan Abraham sejak keluar dari Haran sampai Kejadian 17 mendapat kunjungan dari Allah hanya 4 kali (12:7, 13:14, 15:1, 17:1). Jadi selama 24 tahun, Tuhan mengunjunginya hanya 4 kali. Tetapi Abraham tetap taat kepada Allah.

       Imannya Abraham menghasilkan tindakannya, dan tindakannya itu menunjukkan bahwa yang diimaninya itu adalah ada, bukan tidak ada. Iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak ada. Karena itulah saat Allah memberikan dia perintah untuk menyunatkan seluruh laki-laki yang ada bersama-sama dengan dia (ay 10-14), maka Abraham mengerjakannya dengan taat (ay 23-27). Abraham tidak protes, dan ragu-ragu akan janji Tuhan, yang sudah dinanti-nantikan selama 24 tahun namun tidak kunjung terjadi. Abraham tetap melakukannya dengan taat.

       Demikian iman kita kepada Allah. kita memang tidak melihat Allah, dan juga kita belum melihat janji-janji Allah tergenapi dalam kehidupan kita, namun dengan iman yang kita miliki akan mendorong kita taat kepada Allah, walaupun Allah tidak terlihat dan janji-janji-Nya pun belum terlihat.

       Jikalau kita berkata, bahwa kita beriman kepada Allah, tetapi tidak taat kepada-Nya, maka iman kita adalah bukan iman, tetapi hanya sebatas persetujuan akal pikiran. Seperti Imanuel Kant, dia berpendapat bahwa Allah itu ada atau tidak ada itu bukan ranah kita, jadi tidak usah kita cari tahu.     Namun di sisi moral, dia menemukan bahwa ada kehendak di luar diri manusia yang mendorongan seseorang untuk melakukan kebaikan walau pun bukan kewajibannya, maka ia menyimpulkan Tuhan itu harus ada.  Imanuel Kant hanya percaya Tuhan itu ada karena persetujuan akal pikiran. Seperti Yakobus dalam suratnya, bahwa setan-setan pun percaya bahwa Allah itu ada (Yak. 2:19).

       Jadi, jikalau kita percaya kepada Allah, maka kita akan mentaati-Nya. Karena Dia Allah, Allah yang Maha Kuasa El-Shadai, maka kita yang adalah ciptaan-Nya, yang hidup di bawah kuasa-Nya, dan Dia berdaulat atas seluruh aspek kehidupan kita, seharusnyalah kita mentaati Dia.

       Dalam bukunya Ravi Zakharias yang berjudul “Can Man Live Without God”, Ravi menuliskan kisah wawancaranya dengan seorang mahasiswa atheis. Saat mahasiswa tersebut ditanya mengapa tidak percaya Allah  itu ada, maka jawab mahasiswa itu adalah kalau percaya Allah ada, maka dia tidak bebas berbuat apa yang dia mau, dia harus melakukan apa yang Allah mau. Jadi secara logisnya, kalau orang percaya Allah itu ada, maka dia harus mentaati apa yang Allah perintahkan.

       Kita bersyukur, kita yang percaya Tuhan Yesus, karena kita telah menempel di pokok anggur yang benar, yaitu Tuhan Yesus, dan dirawat oleh Bapa disorga, dan kita adalah Bait Roh Kudus, dimana Roh Kudus tinggal tetap dalam kita, maka kita akan dimampukan Allah Tritunggal untuk mentaati Allah.

- RGG -

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencintai Tuhan Karena Mengenal Tuhan, Ulangan 6:5

Catatan Kotbah: Murid Kristus Yang Sejati. Yohanes 6:60-71

Hidup bergaul dengan Tuhan