Yesus adalah Allah Yang Sangat Peduli



Yesus adalah Allah Yang Sangat Peduli
Lukas 17:11-19

Pendahuluan

Mungkin setiap agama dapat mengklaim, bahwa Tuhan yang mereka sembah adalah Tuhan yang sangat mengasihi dan mempedulikan mereka dan juga sangat berkuasa, sehingga saat orang beragama mengalami masalah, maka mereka berdoa kepada Tuhan yang mereka percayai. Apa pun agamannya, tindakan ini secara otomatis akan dilakukan oleh setiap orang yang beragama.

Tetapi timbul pertanyaan, dari mana mereka tahu bahwa Tuhan mereka sangat mengasihi dan mempedulikan mereka dan berkuasa untuk menolong mereka. Maka tentunya jawab kebanyakan orang beragama adalah mereka tahu dari ajaran nabi mereka, atau dari kitab mereka dan mereka mengimaninya, atau menyakininya. Namun, saat meminta mereka untuk membuktikan secara faktanya, mereka tidak bisa membuktikannya atau mereka membuktikannya berdasarkan pengalaman mereka, itu pun merupakan tafsiran mereka terhadap pengalaman dengan kaca mata kepercayaan mereka. Jikalau hanya berdasarkan pengalaman, maka semua agama dapat mengklaim bahwa Tuhan yang mereka sembah adalah Tuhan yang mengasihi mereka dan mempedulikan mereka dan berkuasa untuk menolong mereka.

Tetapi pertanyaannya, mana yang lebih dahulu iman dulu baru penglaman atau pengalaman dulu baru iman? Jawabannya iman dulu, maka pengalaman ditafsirkan berdasarkan iman, sehingga saat ada peristiwa, peristiwa tersebut dihubungkan dengan iman. Sebagai contoh, saat seorang selamat dari kecelakaan, dia hanya luka ringan, maka orang beragama akan berkata ini karena Tuhan yang menolongnya, tetapi kenyataannya, itu dikarenakan gerakan refleksnya sewaktu ia menghindari mobil di depannya yang ingin menabaraknya, sehingga ia hanya keserempet dan terjatuh, dan dikarenakan juga ia tidak lupa pakai helem, yang membuat kepalanya terlindungi dari benturan lansung dengan aspal jalan.  Jadi, sebenarnya cerita pengalaman dari seorang yang beragama untuk menjawab mengenai bukti keberadan Tuhan mereka, tidak bisa menjadi bukti bahwa Tuhan merekalah yang telah menolong mereka. Itu adalah iman mereka, bukan kenyataan.

 Namun iman kekristenan kepada Tuhan bukan berdasarkan pengalaman-pengalaman iman orang-orang pada zaman dahulu, tetapi iman kita berdasarkan pada peristiwa di 2000 tahun yang lalu, yaitu peristiwa Yesus Kristus. Berdasarkan tulisan pendahuluan Injil Lukas (Lukas 1:1-4), maka kita dapat menemukan bahwa Lukas membukukan Injilnya melalui para saksi mata yang masih hidup, dan Teofiluspun mengenal para saksi tersebut (seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka) dan Lukas menyelidiki kebenaran kesaksian dari saksi-saksi mata tersebut, setalah ia menyelidiki, ia menuliskannya dan membukukannya dengan teratur Dan jikalau Teofilus masih ragu,teofilus dapat kroscek melalui  saksi-saksi matatersebut, karena saksi-saksi tersebut masih ada pada saat buku ini diterima oleh Teofilus dan Teofilus sendiri mengetahui saksi-saksi mata tersebut. Jadi, catatan peristiwa yang dituliskan oleh Lukas bukan cerita pengalaman iman orang-orang pada saat itu, tetapi berdasarkan saksi-saksi mata yang melihat secara langsung setiap peristiwa yang dituliskan Lukas di Injil Lukas ini.

Melalui catatan Lukas kita mendapatkan suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yaitu peristiwa perjumpaan Yesus dengan sepuluh orang kusta.

Dari peristiwa ini apa yang akan kita dapat mengenai Yesus.
1. Yesus adalah pribadi yang sangat peduli terhadap penderitaan orang lain

Bagaimana keadaan kehidupan sosial orang kusta?
Imamat 13:45, seorang kusta tidak boleh didekati oleh orang lain, jadi ia harus mengasingkan diri. Ayt 12 “mereka tinggal berdiri agak jauh” ayt 14, Yesus tidak menyentuh mereka tetapi hanya memandang mereka, ini dikarenakan jika Yesus mendekati mereka, mereka akan menjauh, karena itulah aturannya, yang penyakit kustalah yang harus menjauh.
Bilangan 5:2, seorang kusta tidak boleh hidup bareng dengan orang lain di tempat lingkungan yang sama, alias mereka diasingkan
Ulangan 24:8, orang-orang Israel diperintahkan untuk harus tetap melakukan perintah-perintah tersebut bagi orang-orang yang terkena kusta.

Dari peristiwa ini, kita dapat melihat bagaimana orang-orang kusta  diasingkan dari orang-orang Israel dan juga diasingkan oleh orang-orang samaria “perbatasan Samaria dan Galilea”. Orang-orang Israel dengan Bait Allahnya di Yerusalem menunjukkan bagaiman beragamanya mereka, namun keagamaan mereka mumbuat mereka mengasingkan dan mengucilkan sesama manusia. Sedangkan orang-orang Samaria, yang dihindari oleh orang-orang Israel (Yoh 4:9) dikarenakan sejarah dimasa lalu, yang membuat orang Israel menganggap orang Samaria najis, dan bukan penyembah Allah yang sebenarnya, juga berprilaku sama dengan orang Israel, yaitu ikut mengucilkan dan mengasingkan sesama manusia (ada satu orang samaria dari kesepuluh orang kusta. Ayt 15-16).

Orang-orang kusta sungguh sangat menderita, sudah dalam keadaan sakit, bukan ditolong melainkan diasingkan, bukannya dirawat, tetapi dibuang dari lingkungan. Tidak ada yang mempedulikan mereka, apa lagi berbicara ada orang menolong mereka, ini sesuatu yang tidak pernah terbetik dalam pikiran mereka.

Yesus dengan sengaja memasuki daerah perbatasan tersebut, Dia bisa saja mengambil jalan lain saat Ia mau ke Yerusalem, seperti yang dibiasakan oleh banyak orang, namun Ia menyusuri daerah perbatasan tersebut, dan justru Ia memasuki desa pengasingan para orang kusta. Apakah dikarenakan Ia tidak tahu? itu hal yang tidak mungkin. Yesus bukanlah pendatang atau orang asing, Yesus adalah orang Israel, yang lahir di Betlehem, kota Daud, dan dibesarkan di Galilea (Luk 2:39-40), bahkan selama Dia melakukan pelayanan, banyak dilakukan-Nya di daerah Galilea. Jadi, Ia sungguh sangat mengetahui daerah perbatasan tersebut, dan desa tersebut.

Semuanya ini menunjukkan bahwa Ia sungguh-sungguh sangat  sengaja memasuki desa orang kusta, tetapi kenapa? Ini dikarenakan Ia sangat peduli dengan mereka.
Tuhan Yesus tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan, mereka butuh kehidupan sosial manusia pada umumnya, bisa kumpul kembali dengan keluarga, dengan orang-orang yang mereka kasihi dan dengan teman-teman dan kenalan mereka, dan yang terutama, mereka bisa kembali bersekutu dengan Tuhan. Dimana semua itu terhalang dikarenakan KUSTA. Karena itulah dengan kepeduliaan-Nya dan dengan kemahakuasaan-Nya, Dia memberikan kesembuhan, saat mereka hanya meminta untuk dikasihani (13-14) “Yesus, Guru, kasihanilah kami”.

Yesus yang sangat peduli kepada kesusahan orang kusta ini, juga Yesus yang berkuasa atas penyakit kusta tersebut. Yesus menyuruh mereka untuk memeriksa diri mereka kepada imam-imam (ayt 14), karena aturannya adalah harus berdasarkan hasil pemerikasaan imam dan pernyataan imam bahwa orang kusta tersebut dikatakan sudah tahir, maka orang tersebut dinyatakan sah sudah tahir atau sembuh, setelah itu mereka yang sudah dinyatakan tahir, harus membawa korban persembahan kepada Tuhan (Im 14). Karena itulah saat Yesus menyuruh mereka ke imam-imam , itu sama saja Yesus memberitahu mereka, bahwa mereka sudah sembuh, sedangkan menyuruh mereka pergi ke imam, supaya mereka dapat legalisir ketahiran.


2. Tuhan Yesus peduli dan berkuasa menolong namun bukan ditentukan dari sikap orang yang ditolong

Namun sebenarnya, menurut saya, sewaktu Yesus berbicara “pergilah, perlihatkan dirimu kepada imam-imam”, mereka 10 orang kusta tersebut tidak berpikir kalau Yesus sedang menyembuhkan mereka, tetapi berpikir Yesus sedang mengusir mereka. Karena, yang mereka minta adalah “kasihanilah kami” dan mereka memanggil Yesus “Guru”, seorang Guru Yahudi pasti berpegang pada Hukum Taurat, karena itulah saat Yesus berkata “pergilah, perlihatkan dirimu kepada imam-imam”, mereka berpikir jikalau mau dikasihani, mereka harus ada persetujuan atau legalis tahir dari imam, maka mereka boleh layak dikasihi orang lain (tidak lagi dikucilkan dan diasingkan) karena itulah aturan Hukum Taurat, dan mereka sudah sangat tahu keadaan mereka, mereka belumlah tahir, karena itulah mereka tidak layak untuk dikasihani Yesus yang mereka panggil “Guru”, oleh karena itu mereka memutuskan pergi dari Tuhan Yesus, dan bukan pergi ke imam-imam.

Hal ini juga dapat dilihat dari tindakan satu orang Samaria, dia juga ikut pergi bersama-sama Sembilan orang Israel yang kusta saat Yesus berkata “pergilah, perlihatkan dirimu kepada imam-imam”, pada hal ia sangat tahu bahwa ia tidak memiliki imam, kenapa setelah ia tahu bahwa ia telah tahir di tengah jalan baru ia datang ke Yesus (15-16), kenapa tidak dari awal saat Yesus berkata demikian dan juga kenapa Sembilan temannya yang orang Israel tidak mengusirnya saat berjalan bersama-sama (14 -16 “Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir, Seorang dari mereka…. Orang itu adalah seorang Samaria), karena orang Samaria tidak memiliki imam, dan imamnya orang Israel bukanlah imamnya orang Samaria. Dan semakin diperjelas dari sikap orang samaria tersebut, saat ia mengetahui bahwa ia sembuh, ia memuliakah Allah dan menyembah Yesus. Sikapnya berubah sebelumnya ia bersama sengan teman-temannya memanggilnya hanya sebagai “Guru”, tetapi setelah sembuh, ia memposisikan Yesus selayaknya sebagai Allah. Ini menunjukkan bahwa awalnya dia tidak percaya Yesus adalah Allah dan sanggup menyembuhkannya, dia hanya menganggap Yesus hanya seorang “Guru”. Jadi, dapat disimpulkan, bahwa  mereka sepuluh orang kusta berpikir Yesus telah mengusir mereka bukan menyembuhkan mereka. Tetapi, Tuhan Yesus tetap menyembuhkan mereka, di tengah jalan sepuluh orang kusta disembuhkan.

Tuhan Yesus mempedulikan kita dan menolong kita, semua berdasarkan keinginan-Nya semata, bukan karena ada sesuatu pada kita sehingga menjadi alasan Tuhan Yesus mempedulikan dan menolong kita. Ia lah yang memutuskan sendiri masuk desa kusta, dan Ia sendiri memutuskan untuk mempedulikan dan menyembuhkan sepuluh orang kusta, yang walau pun  sepuluh orang kusta tidak mempercayai Dia adalah Allah, dan akhirnya hanya satu orang, itu pun bukan dari orang Israel, yang mempercayai Dia adalah Allah.

3. Yesus adalah Allah yang peduli dan yang berkuasa

Yesus menyembuhkan orang kusta tidak dengan cara Ia berdoa kepada Tuhan memohon kesembuhan bagi mereka, seperti para nabi.

Yesus tidak menyembukan mereka dengan cara mendengar dulu perinitah Tuhan, baru mereka melakukan cara yang ditunjukkan Tuhan untuk menyembuhkan mereka, seperti para nabi.

Namun Yesus cukup berbicara “pergilah, perlihatkan dirimu kepada imam-imam”, ini menunjukkan Ia bukanlah salah satu dari pada para nabi, tetapi Dia adalah Allah itu sendiri, karena itulah Ia tidak perlu memohon kepada Tuhan dan tidak perlu menunggu suara Tuhan.

Dan bukti bahwa Ia adalah Allah itu sendiri, yaitu saat orang Samaria memuliakan Allah dan yang dilakukannya adalah dengan menyembah Yesus dengan tersungkur di kaki Yesus. Dan Yesus tidak menolaknya atau melarangnya, justru Ia bertanya mengenai kesembilan orang yang tidak balik dan melakukan hal yang sama seperti satu orang Samaria yang telah tahir dari kustanya tersebut (ayt 17-18). Dan semakin menegaskan keAllahan-Nya, Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang samaria ini telah selamat (ayt 19). Pada hal, untuk menyatakan orang itu telah selamat dari hukuman Tuhan, orang itu harus melakukan tuntutan hukum Taurat, termasuk juga tuntutan bagi orang kusta yang telah sembuh (seorang kusta, saat dinyatakan sembuh oleh imam, maka ia harus melakukan korban-korban untuk memperdamaikan dirinya dengan Tuhan dan untuk penghapusan dosanya. Im 14), tetapi Tuhan Yesus dengan pernyataannya di ayat 19 menunjukkan bahwa Dialah Allah, maka hanya cukup percaya pada-Nya, manusia diselamatkan.

Kesimpulan

Jadi, melalui peristiwa ini, kita diberikan bukti, bahwa Allah yang kita kenal melalui Yesus Kristus adalah Allah yang sangat peduli dan sanggup menolong orang dalam kesusahan mereka, bahkan walau pun orang-orang yang dipedulikan-Nya dan yang ditolong-Nya adalah orang-orang yang tidak mempercayai  Dia adalah Allah.  Jadi, bisa disimpulkan, orang-orang yang tidak percaya Yesus adalah Allah dan tidak menyembah-Nya, Yesus tetap mempedulikannya dan menolongnya dan memeliharanya, karena Dialah segala sesuatu yang diciptakan terpelihara sampai sekarang dan seterusnya dan Dia jugalah yang memerintah alam semesta (termasuk umat manusia) “… segala sesuatu ada di dalam Dia (Yesus)” (baca Kolose 1:15-17) , “… Ia (Yesus) adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan” (Baca Ibrani 1:1-3).

Peristiwa ini juga menunjukkan, bahwa bagi orang yang percaya pada Yesus dan memuliakan Allah dengan menyembah Yesus (tindakan satu orang Samaria yang disembuhkan dari penyakit kusta adalah suatu tidakan yang menunjukkan bahwa Allah itu Yesus, maka sikap penyembahan ditujukan pada Yesus) bukan saja mengalami kepedulian Tuhan dan pertolongan Tuhan selama mereka di bumi, namun mereka akan mengalami kepedulian Tuhan dan pertolongan Tuhan sampai selama-lamanya, yaitu masuk sorga, alias menerima keselamatan dari Tuhan Yesus. “… imanmu telah menyelamatkan engkau” (Luk 17:19).

Mari kita mempercayai Yesus sebagai Allah, karena melalui Yesus kita memperoleh bukti yang nyata bagaimana Allah begitu mempedulikan kita dan menolong kita umat manusia, dan juga mempedulikan dan menolong akhir hidup kita, yaitu masuk sorga. percayalah kepada-Nya, maka kita pasti masuk sorga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencintai Tuhan Karena Mengenal Tuhan, Ulangan 6:5

Catatan Kotbah: Murid Kristus Yang Sejati. Yohanes 6:60-71

Hidup bergaul dengan Tuhan