imago dei
Bukan Produk Lingkungan
Kejadian 1:26-28
Pendahuluan
Penilaian
Cantik
Pada suku pedalaman paudang
thailand, menilai perempuan cantik adalh mereka yang memiliki leher yang
panjang, sehingga dari umur lima tahun leher mereks dipasang gelang tembaga
yang meligkar dileher mereka secara berlapis-lapis, setelah dewasa leher mereka
bisa mencapai 20 cm.. Lain lagi di suku Mursi, perempuannya dibilang cantik
jika bibirnya lebar, semakin lebar bibirnya semakin cantik. Beda lagi di korea
selatan cantik itu ya wajahnya seperti ini.
Orang Indonesia
umumnya atau mungkin kebanyakan melihat orang-orang yang berkulit putih
dibilang cantik (karena itu iklan pemutih kulit banyak di tv), dan berambut
lurus, makanya diiklan-iklan sampo pasti modelnya perempuan-perempuan yang berambut
lurus, makanya ga heran kalo salon-salon ribonding dan smuting rambut laku.
Tetapi kalau di eropa atau amerika mungkin, mereka lebih suka kulit yang gelap,
karena itulah mereka ada ruang sinar ultaraviolet, dan berjemur di pantai,
tujuannya supaya kulit mereka dapat berwarna gelap. Setiap daerah punya
beda-beda penilaian tentang kecantikan.
Kebanyakan
juga orang-orang mencari nilai dirinya dari orang-orang disekitarnya, makanya
ga heran kalau kita menjadi produk orang-orang di sekitar kita. Contoh kalau
merokok dibilang laki, kalau ga ngerokok banci, makanya kita bangga kalau
ngerokok, kalau pacaran ga cium-ciuman ampe raba-rabaan itu bukan pacaran,
makanya kita pacaran cium-ciuman sampai raba-rabaan malah ada ampe hubungan
badan. Ada juga yang bilang kalau pacaran gonta ganti itu baru maco, atau
dibilang cantik bagi wanita. Akhirnya kita suka gonta ganti pacar. Biar
dibilang maco atau cantik. Terus kalau ga minum mabuk itu ga zaman, makanya
kita merasa ga bersalah kalau minum mabuk. Terus sekarang zamannya jejaringan
social ada twitter dan facebook, akhirnya kita meresa bangga jika punya teman
banyak kalau banyak teman di fb atau twitt pada hal kenal juga ga, tetapi itu
suatu kebanggaan karena penilaian dari lingkungan kalau banyak teman berarti gaul.
Banyak contoh yang menjelaskan kalau kita sebenarnya kebanyakan penilaian kita
atau siapa diri kita adalah produk orang-orang di sekitar kita.
Dan
paling parah lagi, menurut Alktab manusia semakin jahat, sedangkan diri kita
ditentukan oleh penilaian2 dari orang lain, apa jadinya? Jawabannya kita akan
semakin jahat. Tetapi apa menurut Alkitab mengenai diri kita?
Kejadian 1:26-28
1. Isrimewa (berbeda dengan semua
ciptaan)
2. Mencerminkan atau mencitrakan
Allah
3. Mewakili Allah di bumi
I. Istimewa (berbeda dengan
semua ciptaan)
Walaupun
malikat lebih hebat dari kita, namun Allah tidak menciptakan malaikat seperti
Allah, walupun gunung-gunung indah dan pantai yang membentang di hadapan mata
kita, walau pun matahari dengan sinarnya dapat menghangatkan seluruh bumi ini,
namun Allah tidak pernah berkata bahwa itu semua diciptakan serupa dengan-Nya.
Walaupun beraneka ragam bungan yang indah yang pernah kita temui dan
jenis-jenis binatang yang begitu banyak beraneka ragam, namun semuanya tidak
diciptakan segambar dengan Allah. Hanya manusia yang diciptakan serupa dengan
Allah.
Ini
menunjukkan bahwa kita sangat istimewa dan Allah berkata dalam ayat 31 “Maka
Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik…” NIV: it
was very good” Jadi yang diciptakan Allah termasuk manusia adalah ciptaan yang
sangat bagus di mata Allah.
Manusia Lebih Memilih Penilaian
Dari Manusia
Tetapi
manusia yang dari dulu, dari sejak jaman Adam dan Hawa, manusia ingin memiliki
penilaian sendiri dan tidak mau hidup di bawah penilaian Allah. Allah berkata
kepada Adam jangan makan buah pengetahuan. Jadi menurut Allah yang baik adalah
jangan makan buah pengetahuan, tetapi Adam tidak mau hidup dibawah penilaian
Allah, sehingga ia ingin menentukan penilaian sendiri sehingga ia makan buah
pengetahuan supaya dia bisa menilai baik dan jahat menurutnya bukan menurut
Allah. Sejak saat itu dan sampai sekarang kebanyakan orang lebih memilih
penilaian yang diberikan manusia menjadi ukuran kita, atau kita sendiri buat
ukuran atau nilai bagi diri kita sendiri.
Pada
hal di mata Allah kita sungguh amat baik, tetapi sering kita melihat diri kita
dan berkata ko saya jelek ya, kenapa, karena kita menilai diri kita berdasarkan
penilaian orang lain atau manusia atau kita buat penilaian sesuai nilai yang
dibuat oleh orang lain. Begitu juga sewaktu kita ikut-ikutan orang lain
merokok, minum, gonta-ganti pacar kita dibilang tidak gaul, maka supaya kita
tidak dibilang ga gaul atau ketinggalan zaman, maka kita ikut mereka supaya
dibilang gaul dan ga ketinggalan zaman. Sering kita tinggalkan penilaian Allah.
Pada hal yang tahu baik dan rusaknya kita itu ya pencipta kita. Ada kisah di
Amerika, seritanya Ford, lagi lari pagi, di tengah jalan dia melihat ada
seorang bapak yang sedang kebingungan karena mobilnya mogok dan ia samperin
bapak ini, dia buka kap mobil ini tidak banyak waktu hanya sebentar mobil ini
langsung hidup. Bapak ini, “ko kenapa begitu mudah bapak memperbaiki mobil
ini?”, Ford memperkenalkan dirinya, bahwa dialah yang menciptakan mobil ini.
Hanya Yang Menciptakan Kita Yang
Tahu Apa Yang Baik Untuk Kita
Yang
tahu baik tidak baiknya kita adalah yang menciptakan kita, jadi bukan orang
lain, tetapi Allah. Jadi apa yang baik menurut Allah adalah yang baik buat
kita. Ex: mobil dibuat oleh pembuatnya untuk dapat bergerak jika diisi bensin,
tetapi kita mencoba menggerakkan mobil dengan cara kita sendiri, yaitu isi
dengan air, maka yang ada mobil tersebut rusak. Demikian juga kita, kita akan
baik jika kita menggunakan diri kita berdasarkan petunjuk pencipta kita, jika
tidak, maka kita pasti rusak. Apa itu pentunjuknya:
Hidup seturut apa yang
ditunjukan buku penuntun dari pencipta kita, yaitu Alkitab.
·
Alkitab mengatakan bahwa kita itu very good,
berarti kita keriting, lurus, putih, hitam, sipit, belo, pendek, tinggi. Dan
lain-lain itu semua very good. Jadi katakanlah pada diri anda sendiri sambil
lihat ceriman “I am very good”
·
Alkitab juga mengatakan bahwa kita adalah bait
Allah 1 kor 3:16, 6:19-20. Karena kita bait Allah, dan kita adalah milik Allah,
makanya kita tidak boleh merusak tubuh ini dengan rokok, narkoba, minuman keras
dan kita harus menggunakan tubuh ini untuk memuliakan-Nya, bukan untuk melihat
pornografi, melakukan seks di luar nikah, bukan untuk digunakan memuaskan
nafsu, tetapi memakai tubuh ini untuk kemuliaan Allah. Karena tubuh kita adalah
tempat tinggl Allah, bait Allah.
·
Alkitab juga mengatakan kasihilah sesamamu
seperti kamu mengasihi dirimu sendiri. Manusia akan seperti manusia sewaktu dia
melakukan perintah ini, tetapi jika tidak melakukannya, maka manusia tidak akan
seperti manusia, tetapi bisa lebih jahat dari binatang, kayak setan. Tidak ada
ibu singa mau bunuh anaknya sendiri, tetapi manusia, tega membuang anaknya
sendiri ke tong sampah, tega menggugurkan anaknya sendiri, dan menuduh anaknya
sendiri sebagai anak haram, pada hal yang berbuat orang tuanya yang disalahin
anaknya. Manusia bisa saling membunuh hanya karena harga diri, tidak ada
binatang seperti itu, itulah manusia akan menjadi seperti bukan manusia mungkin
seperti setan sewaktu dia tidak melakukan buku panduan dari penciptanya, yaitu
kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.
·
Alkitab juga mengatakan bahwa kamu harus
merupakan pasangan yang seimbang (2 Kor. 6:14). Banyak orang Kristen yang mudah
berpacaran dan bahkan menikah dengan orang yang tidak percaya, karena dia pikir
ga apa-apa semua agama sama.
·
Keberhasilan ukurannya adalah takut akan Tuhan.
Salomo sudah memenuhi semua nilai2 manusia mengenai keberhasilan:
berhikmat/pintar, berkuasa, memiliki harta materi yang banyak, memiliki istri
yang banyak. Namun dia berkata semua sia2, hanya satu yang tidak sia2, takut
akan Tuhan. Tetapi kebanyakan orang tidak menilai keberhasilan berdasarkan
takut akan Tuhan, tetapi kekayaan materi dan jabatan, karena itulah banyak
orang menempuh kekayaan tanpa takut akan Tuhan, akibatnya banyak koropsi,
keegoisan (memperkaya diri, walu pun dengan cara penindasan bagi orang lain),
materialisme (membeli barang-barang mewah untuk menaikan nilai dirinya di mata
lingkungan, karena nilai seseorang berdasarkan materi yang kita punya),
Plagiat, saling menjatuhkan supaya dapat jabatan dan masih banyak lagi. Tetapi
intinya yang membuat manusia menjadi tidak berharga dan menghacurkan kehidupan
manusia dan bumi ini adalah karena penilaian kesuksesan bukan ukuranya adalah
takut akan Tuhan. Jika, manusia sadar bahwa nilai kesuksesan adalah seberapa
jauh kita takut akan Tuhan, maka manusia akan semakin dihargai dan bumi ini
akan semakin terpelihara. Karena takut akan Tuhan adalah melakukan perintah-Nya
dan perintah-Nya adalah “kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan
segenal jiwamu dan dengan segenap akalmu dan kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri” (Mat. 22:37-39). Dan Tuhan menaruh manusia di bumi dengan
tujuan supaya manusia mengusahakan dan memeliharanya (Kej. 2:15).
Jadi,
banyak ayat-ayat di Alkitab yang sedang memberi petunjuk kepada kita bagaimana
kita hidup, bukan bagaimana kita hidup sesuai dengan pandangan dari orang lain,
tetapi seharusnya apa yang Alkitab katakan bagaimana saya harus hidup, supaya
kita terlihat tetap istimewa. Tentunya istimewa di mata Tuhan, dan yang dapat
mengatakan istimewa adalah yang menciptakan kita.
2. Mencerminkan atau
mencitarakan Allah
Allah
tidak terlihat, tidak ada yang bisa melihat Allah, namun Allah dapat dilihat
dari manusia, karena manusia adalah ciptakan Allah yang serupa dengan Allah.
Sebagai
contoh, kalau kita suka marah, maka orang omong begini, kaya bapaknya suka
marah-marah, kalau cengeng, nanti orang
bilang kayak mamanya cengeng atau manja. Atau kita sedang mencerminkan orang
tua kita. Contoh saya tidak melihat dan tidak mengenal papa atau mama dari A
tapi saya bisa menerka-nerka orang tuanya seperti apa dari perilaku A. ada
peribahsa yang mengatakan buah kelapa tidak jatuh jauh dari pohonnya. Jadi anak
ga jauh beda dari orang tuanya. Begitu juga kita, kita adalah ciptaan serupa
dengan Allah, jadi seharusnya orang-orang disekitar kita dapat melihat kita
seperti melihat pencipta kita. Tetapi sering kita tidak mencerminkan Allah atau
mencitrakan Allah dalam diri kita, sehingga seakan-akan kita ini bukan ciptaan
Allah yang serupa dengan Allah, tetapi ciptaan setan yang serupa dengan setan.
Manusia Telah Jatuh Dalam Dosa
Sehingga gambar Allah Tidak Terlihat Lagi
Manusia
telah jatuh kedalam dosa, sehingga semua kepribadian manusia telah dinodai oleh
dosa atau telah tertutupi oleh dosa. Seperti koin yang dibungkus kain, koin itu
tetap koin walaupun dibungkus kain, tetapi kita tidak dapat melihat koin
tersebut karena dibungkus oleh kain sehingga kita tidak dapat melihat koin
tersebut tetapi yang kita lihat adalah kain pembungkus koin tersebut. Demikian
juga dengan kita. Di dalam diri kita ada keserupaan dengan Allah, tetapi dosa
telah menutupinya sehingga orang-orang di sekitar kita hanya melihat dosa kita.
Dan semua manusia demikian. Sehingga manusia yang satu melihat manusia yang
lain maka ia hanya melihat dosa, karena itu sewaktu manusia menilai bahwa dia
jahat sebenarnya yang menilai juga jahat. contohnya, seperti mahasiswa sering
demon karena melihat korupsi di DPR, tetapi sebenarnya mahasiswa juga sering
korupsi di kampusnya. Dosa membuat keserupaan dengan Allah dalam diri manusia
tidak terlihat.
Hanya Tuhan Yang Dapat
Memperbaiki kita
Seperti
Ford tadi begitu mudah membetulkan mobil yang rusak, karena dia yang membuat
mobil tersebut. Demikian juga Allah, hanya Dia yang mengerti dan tahu bagaimana
memulihkan citra diri kita, sehingga keserupaan dengan Allah itu terlihat.
Tetapi bagaimana caranya: kita percaya pada-Nya, dan Alkitab berkata
barangsiapa percaya Yesus maka dia akan diselamatkan. Diselamatkan ini bukan
hanya berbicara setelah kita mati kita pasti masuk sorga setelah menerima
Yesus, tetapi juga diselamatkan dari lumpur dosa, sehingga proses pemulihan
keserupaan Allah dapat kembali terlihat dikit demi sedikit. Dan itu hanya dapat
kita terima kalau kita percaya Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat kita. Namun
kenapa harus menerima Yesus terlebih dahulu baru dapat diubahkan. Jawabannya:
yang bisa memperbaiki kita adalah pencipta kita bukan kita, namun bagaimana
caranya pencipta kita yang adalah Allah yang maha kudus dapat bergaul dengan
yang berdosa. (baik tidak bisa bersatu dengan jahat, jika bersatu maka baik
bukanlah baik tetapi jahat. jahat dan baik selalu berpisah. C.S. Lewis).
Ada jurang
pemisah antara Allah dan manusia, yaitu dosa. Kekudusan Allah membuat Allah
tidak dapat bergaul dengan manusia, dan keberdosaan manusia membuat manusia
tidak dapat bertahan di hadapan Allah. Hanya melalui Yesus, yang adalah Allah
menjadi manusia, dengan kemanusiaan-Nya Dia telah menggantikan hukuman yang
harus kita terima, sehingga keadilan Allah terpuaskan saat Yesus disalibkan.
Karena itulah status kita bukan lagi orang berdosa, karena hukuman telah
ditanggung oleh Yesus. Nah karena kita bukan lagi orang berdosa maka Allah
dengan leluasa memproses kita untuk kembali ke citra diri yang semula. Serupa
segambar dengan Allah.
C.S. Lewis
berpendapat dalam bukunya MERE CRISTIANITY:
“Di satu sisi, kita tidak pernah
boleh membayangkan bahwa usaha-usaha pribadi kita tanpa pertolongan Allah bisa
diandalkan bahkan untuk membuat kita mampu bertahan selama 24 jam berikutnya
sebagai orang yang bermoral. Jika Ia tidak menopang kita, tak seorang pun di
antara kita yang bebas dari dosa yang menjijikkan. Di sisi lain, tidak ada
derajat kekudusan atau heroisme yang sudah pernah dicapai oleh orang-orang suci
yang paling agung yang tidak sanggup dikerjakan-Nya di dalam diri setiap kita
pada akhirnya.”[1]
Bukankah ini
juga yang dialami Rasul Paulus, dimana dia mengetahui hukum Allah, dia tahu
yang baik, namun ia selalu menemukan dirinya melanggar apa yang ia ketahui
tentang yang baik. Dan bukankah ini juga pada diri kita, kita semua tahu apa
itu yang baik, tetapi pertanyaannya, apakah kita sudah melakukannya. Ini menunjukkan
usaha kita tidak akan mampu untuk menjadikan kita berubah, hanya Dia yang
menciptakan kita yang mengerti bagaimana kita berubah.
Tetapi bukan
berarti kita pasif, kita bisa, karena Allah memampukan kita untuk bisa
melakukannya. Itu intinya. Kita berjuang untuk hidup sesuai kehendak-Nya karena
kita yakin ada Allah yang tolong kita untuk dapat terus berjuang. Augustinus:
saya bedoa karena Tuhan buat saya bisa berdoa. Itu perinsipnya. Setelah kita
melakukan apa yang Tuhan kehendaki, maka kita sedang mencerminkan Allah kepada
manusia disekitar kita.
Seperti kita
bercermin, di cermin itu bukanlah kita, tetapi pantulan dari diri kita.
Demikian juga, kita tidak pernah menjadi Allah, tetapi orang lain dapat melihat
pantulan diri Allah melalui diri kita.
3. Mewakili Allah
Allah berkuasa atas alam
semesta, namun Allah telah menciptakan manusia serupa dengan Allah, maka
manusia pun memiliki kuasa terhadap alam ini.
Manusia adalah duta yang mempunyai
kuasa dari Allah sebagai pemilik gambar Allah untuk mengatur alam ini, namun
harus sesuai dengan kehendak Allah. Ex, duta besar yang dikirim Indonesia, maka
duta besar itu punya kuasa dari pemerintahan Indonesia di Negara dimana ia
dikirim, namun dia harus tetap mengikuti setiap keputusan dari pemerintahan Indonesia
untuk dilaksanakan di Negara dimana ia diutus.
Demikian juga dengan kita,
kita punya kuasa dari Allah, tetapi untuk memuliakan Allah. Bukan untuk
kepentingan diri sendiri.
Allah
memberikan otak, tujuannya supaya kita bisa berkuasa atas alam dengan otak kita
untuk kita kembalikan kepada kemuliaan Allah. Tetapi nyatanya, banyak orang
dengan otaknya berfikir untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya untuk
memperoleh keuntungan pribadi, walaupun akibatnya, Lumpur sidoarjo, longsor d
jawa barat, banjir yang henti-hentinya saat musim hujan di Jakarta, banyak
lagi. Manusia merusak bumi dengan kekuasaan yang diberikan Allah padanya, pada
hal Allah memberi perintah kepada manusia untuk mengusahakan dan memelihara
bumi ini (Kej. 2:15). Dari hal kecil dahulu, kita memelihara bumi ini, yaitu
kita mau buang sampah pada tempatnya.
Mungkin orang-orang disekitar kita
suka membuang sampah sembarangan, maka kita jangan seperti dia, karena kita
adalah gambar Allah yang seeprti Allah yang merawat dan memelihara bumi ini
Keadaan
bumi ini rusak, karena manusianya rusak. Bumi ini tidak pernah dirusak
oleh segerombolan gajah yang besar2, bumi ini tidak rusak karena segerombolan
tikus, tetapi bumi ini rusak karena segerombolan manusia yang egois, yang hanya
memikirkan dirinya sendiri, sehingga perusakan alam ada di mana-mana. Dan bukan
itu saja, karena segerombolan manusia yang egois ini menyebabkan manusia yang
lain ikut menderita. Dan keegoisan ini juga menjadikan kesenjangan antar
manusia (ada yang miskin sekali dan ada yang kaya sekali) dan menyebabkan
persaingan (saling menjatuhkan), iri hati, sampai akhirnya peperangan. Bumi
hancur karena manusia rusak. Kita yang sudah tahu, mari kita menjadi wakil
Allah di bumi.
Kita berusaha untuk
mewujudkan nilai2 Allah di mana kita berada.
Seperti apa yang
dituliskan oleh C.S. Lewis:
“… beberapa orang Kristen –
orang-orang yang ternyata memiliki talenta-telenta yang tepat – harusnya
menjadi para ekonom dan para politikus, dan semua ekonom dan politikus harus
menjadi orang-orang Kristen, dan bahwa seluruh jerih payah mereka dalam bidang
politik dan ekonomi harus diarahkan untuk memperaktekkan prinsip ‘perbuatlah
kepada orang lain apa yang apa yang kau inginkan untuk diperbuat orang lain
kepadamu.’ Jika itu terjadi, dan jika kita benar-benar siap melaksanakannya,
maka kita akan cepat sekali menemukan solusi Kristen untuk masalah-masalah
sosial kita.”[2] “Saya bisa saja mengulangi ‘perbuatlah kepada
orang lain apa yang kau inginkan untuk diperbuat orang lain kepadamu’ sampai
wajah saya menghitam, tetapi saya tidak bisa benar-benar menjalankannya sebelum
saya mengasihi sesama saya seperti diri sendiri: dan saya tidak bisa belajar
untuk mengasihi sesama saya seperti diri sendiri sebelum saya belajar untuk
mengasihi Allah: dan saya tidak bisa belajar mengasihi Allah kecuali dengan
belajar menaati-Nya.”[3]
Kita sedang
mewakili Allah, mari kita terapkan prinsip2 atau nilai2 kristiani di mana pun
kita berada, supaya bumi ini yang sudah rusak dapat melihat ada yang belum
rusak, yaitu diri kita. Dan kita dapat menunda kerusakan bumi ini yang sedang
menuju kepada kehancuran. Seperti garam yang dapat menunda kebusukan, dan
terang yang dapat menerangi kegelapan, demikianlah kita dapat menunda
kehancuran bumi ini dan menerangi bumi ini jika kita mau menerapakan
nilai-nilai Allah di mana kita berada.
Untuk menutup
kotbah ini, saya akan menceritakan hasil wawancara Lee Strobel dengan William
Neal Moore (seorang yang divonis hukuman mati oleh pengadilan).[4]
Bulan mei 1984. Pada
waktu itu, Moore sedang dipenjara dalam sebuah sel, menantikan eksekusi hukuman
mati dalam Penjara Negara Bagian Georgia. Selnya hanya berbatasan lorong dengan
kursi listrik, di mana hidupnya sudah dijadwalkan akan dicabut dalam kurun
waktu kurang dari tujuh puluh dua jam.
Kasusnya bukan kasus
seorang yang tidak besalah, yang diperlakukan secara tidak adil oleh sebuh
system peradilan. Tak perlu dipertanyakan lagi, Moore adalah seorang pembunuh.
Dia sendiri sudah mengakuinya. Sesudah melewatkan masa kecil yang diwarnai
dengan kemiskinan dan kejahatan-kejahatan kecil, dia bergabung dengan Angkatan
Darat dan kemudian menderita depresi karena kesulitan-kesulitan pernikahan dan
keuangan yang menderanya. Suatu malam dia mabuk dan mendobrak masuk rumah
Fredger Stapleton yang berusia 70 tahun. Stapleton diketahui oleh orang-orang
di sekitarnya suka menyimpan banyak uang tunai di dalam kamar tidurnya.
Dari balik pintu
kamarnya, Stapleton menembak dengan sebuah senapan, dan Moor membalas dengan
menembak pistolnya. Stapleton tewas seketika, dan dalam hitungan menit Moore
melarikan diri dengan membawa uang sejumlah $ 5.600. Seorang informan
memberitahukan kepada polisi dan keeokan pagi dia ditangkap dalam trailernya di
luar kota. Tertangkap dengan bukti di tangan, Moore mengakui kesalahanya dan dijatuhi
hukuman mati. Dia sudah menyia-nyiakan hidupnya memasuki hidup penuh kekerasan,
dan sekarang dia sendiri menghadapi akhir hidup melalui kekerasan.
Namun, Willian Neal Moore
yang sedang menghitung jam-jam terakhir sebelum jadwal esekusinya, bukan orang
sama yang pernah membunuh Fredger
Stapleton. Sewaktu dipenjara, dua pimpinan gereja mengunjungi Moore atas
permintaan ibunya. Mereka menceritakan kepadanya tentang belas kasihan dan
pengharapan yang ditawarkan oelh Yesus Kristus.
“Tidak seorang pun pernah
bercerita kepadaku bahwa Yesus mencintai aku dan mati bagi ku,” Jawab Moore
menjelaskan pada saat saya (Lee Strobel) mengunjunginya di Georgia. “Itulah
cinta yang dapat kurasakan. Itulah cinta yang kuinginkan. Itulah cinta yang
kubutuhkan”
Pada hari itu, Moore
menjawab ‘ya’ terhadap tawaran pengampunan dan kehidupan kekal gratis dari
Yesus Kristus, dan segera dia dibaptiskan dalam sebuah bak mandi kecil yang
digunakan oleh orang-orang percaya di dalam penjara itu. Dan Moore yang
sekarang tidak pernah menjadi Moore yang dahulu lagi.
Selama enam belas tahun
masa penantian pelaksanaan hukuman mati, Moore berperan seperti seorang
penginjil di antara penghuni penjara yang lain. Dia memimpin pemahaman Alkitab
dan mengadakan persekutaun doa. Dia menyediakan jasa konseling bagi para
penghuni dan memperkenalkan banyak di antara mereka untuk beriman kepada Yesus.
Beberapa gereja bahkan mengirimkan orang lain yang sedang menantikan
pelaksanaan hukuman mati untuk konseling dengan dia. Dia mengikuti lusinan
kursus Alkitab tertulis. Dia berhasil memperoleh pengampunan dari keluarga
korbannya. Kemudian dia dikenal dengan nama “Si Pendamai (The Peacemaker)”,
karena blok selnya yang dihuni sebagian besar oleh terpidana yang sudah menjadi
Kristen melalui pengaruhnya, selalu merupakan blok sel yang paling aman, paling
tenang dan paling teratur.
Sementara itu, saat
eksekusi bagi Moore semakin mendekat. Secara legal, kasusnya memang sudah tidak
mungkin ditolong lagi. Karena dia sudah mengaku bersalah, pada dasarnya tidak
ada lagi isu-isu legal yang dapat memenangkan pembebasannya. Berulang kali,
pengadilan memperkuat vonis matinya.
Begitu mendalamnya
trasformasi yang terjadi dalam diri Moore, tetapi orang-orang banyak pun mulai
memperhatikannya. Ibu Teresa dan orang lain mulai berkampanye untuk
menyelamatkan nyawanya. “Billy bukan lagi Billy yang dahulu lagi”, kata seorang
terpidanan yang pernah bertemu dengan Moore dalam penjara: “Kalau Anda
menghukum mati dia hari ini, Anda hanya membunuh sosok tubuh, tetapi sosok
tubuh yang memiliki pikiran yang berbeda. Jadi, itu akan seperti mengesekusi
orang keliru”[5]
Sebuah editorial dalam
harian Atlanta Journal and Constitution memuji
dia, bukan hanya sebagai orang yang sudah diubahkan, melainkan juga sebagai
“seorang agen perubahan bagi orang lain.” Editorial tersebut memuat pernyataan: “Di mata banyak
orang, dia adalah sosok orang suci.”[6]
Hanya beberapa jam
sebelum Moore diikat pada kursi listrik, tak lama sebelum kepala Moore dicukur
gundul supaya kabel-kabel elektroda itu dapat dikenakan ke atas kepalanya,
pengadilan mengejutkan semua orang dengan mengeluarkan keputusan penundaan
eksekusi.
Bahkan yang lebih
mengherankan lagi, The Georgia Board of Pardon and Parole (Dewan Pengampunan
dan Pengurangan Hukuman untuk Negara bagian Georgia) kemudian mengadakan
pemungutan suara tertutup untuk menyelamatkan nyawanya, dengan mengubah
hukumannya menjadi hukuman seumur hidup. Tetapi benar-benar menakjubkan –
bahkan belum pernah terjadi dalam sejarah Georgia modern – adalah karena Dewan
Pengampunan dan Pengurangan Hukuaman itu memutuskan bahwa Moore, seorang mantan
pembunuh bersenjata yang mengakui kesalahannya, mengusulkan pembebesannya. Pada
tanggal 8 November 1991, dia dibebaskan.
Saat saya (Lee Strobel)
duduk bersama Moore di rumahnya yang menghadap kearah padang yang ditumbuhi
oleh pohon-pohon cemara yang subur, saya bertanya kepadanya tentang sumber dari
metamorfosanya (Moore) yang menakjubkan itu.
“Tentunya system
rehabilitas dalam penjara itu yang mengubah Anda bukan?” Tanya saya (Lee Strobel)
Moore menjawab: “Bukan,
bukan itu” jawabnya.
“kalau begitu pasti
program menolong diri sendiri, atau menolong diri sendiri ke sikap mental
positif,” kata saya menebak.
Dengan tegas di
menggelengkan kepalanya, “bukan, bukan itu juga.”
“Prozac (merek obat
penenang)? Transcendental Meditation? Konseling
psikologis?”
“Ayolah, Lee,” katanya,
“Anda tahu bukan semua yang Anda sebut itu.”
Dia benar. Saya tahu
alasan sebenarnya. Saya hanya ingin mendengar dia mengatakan sendiri, “kalau
begitu apa dong yang menyebabkan transformasi luar biasa yang terjadi dalam
diri Billy Moore” Tanya saya (Lee Strobel)
“Langsung dan sederhana
saja, Yesus Kristus yang mengubah saya.” Katanya dengan bangga. “Dia mengubahku
dengan cara-cara yang tidak mungkin kulakukan sendiri. Dia memberiku tujuan
hidup. Dia menolongku melakukan hal yang benar. Dia memberiku hati dan perasaan
terhadap sesamaku. Dia penyelamat jiwaku”
Kisah di atas
menunjukkan bagaimana Tuhan dapat mengubah manusia kembali kepada citra diri
mereka, yaitu gambar Allah, sehingga citra diri manusia sebagai gambar Allah
dapat terlihat jelas kembali. Saya akan mengutip tulisannya Lee Strobel setelah
ia selesai mewawancarai Moore.
“itulah kuasa iman yang mengubah
kehidupan manusia. Karena itu, tulis rasul Paulus, ‘siapa yang ada di dalam
Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang
baru sudah datang!’ Billy Moore yang orang Kristen itu sendiri tidak sama
dengan Billy Moore si pembunuh, Allah sudah mengintervensi dengan
pengampunan-Nya, dengan belas kasihan-Nya, dengan kuasa-Nya, dengan kehadiran
Roh Kudus-Nya. Kasih karunia yang mengubahkan telah diberikan kepada Moore itu
juga tersedia bagi setiap orang yang bertindak atas bukti nyata bagi Yesus
Kristus dengan membuat keputusan untuk menerima-Nya sebagai pengampunan dan
pimpinan-Nya. Tawaran itu menanti semua orang yang menjawab ya kepada Tuhan dan
ajaran-ajaran-Nya.”[7]
Marilah kita
terima Tuhan Yesus dalam hati kita sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, maka
kita akan diubahkan Tuhan/dipulihkan citra diri kita dan akan dijadikan Tuhan
sebagai pengubah orang lain menjadi seperti semula, yaitu serupa segambar
dengan Allah. Amin…..
SOLI DEO GLORIA
[1] Clive
Staples Lewis. Mere Cristianity
(Kekristenan Asali), (Bandung: Pioner Jaya, 2006), 279
[2] Ibid,
125
[3] Ibid,
130
[4] Lee
Strobel, Pembuktian Atas Kebenaran Iman
Kristiani, (Batam: Gospel Press, 2005), 321-324
[5] Bill
Montgomery, “U.S. Supreme Court Halts Execution: Even Victim’s Family Pleaded
For Mercy,” The Atlanta Journal and
Constitution, August 21, 1990 (Lee Strobeel, Pembuktian Atas Kebenaran Iman Kristiani…)
323
[6] “When
Mercy Becomes Mandatory,” The Atlanta
Journal and Constitution, August 16, 1990. (Lee Strobel,…) 323
[7] Lee
Strobel,… hal 324
Komentar
Posting Komentar