Yesus mengajarkan: "Menjadi seperti anak-anak""


Menjadi Seperti anak-anak kecil
Matius 19:13-15

Pendahuluan
Pada zaman Tuhan Yesus anak-anak tidak diperhitungkan, karena dalam budaya orang yahudi berdasarkan hukum Taurat, umur di atas 20 tahun baru diperhitungkan keberadaan mereka (bil 1, 16) karena itulah saat Tuhan yesus memberi makan dari lima roti dan dua ikan, yang makan adalah lima ribu laki2, tidak termasuk perempuan dan anak-anak (mat 14:21). Anak-anak tidak dihitung. Ini bukan karena anak-anak makannya gak banyak ya…, tapi itu karena sudah budaya.

Budaya seperti itulah yang membuat para murid berpikir bahwa Tuhan Yesus urusannya adalah untuk orang-orng dewasa bukan ngurusi anak-anak, apalagi anak—anak ini adalah batita dan balita. Oleh karena itulah para murid melarang orang tua yang membawa anak-anaknya kepada Tuhan yesus.
Namun, justru ini menjadi kesempatan Tuhan yesus untuk menasehati atau mengajari para murid dan juga kepada kita sekarang, yaitu kita harus seperti anak-anak kecil (batita). Apa yang Tuhan Yesus ajarkan melalui anak-anak kecil tersebut:

1. belajar rendah hati
Kalau kita bandingkan dengan matius 18 :1-5 dimana para murid meributkan pengakuan, yaitu menjadi yang terbesar di sorga, Yesus menjadikan anak kecil sebagai conoth dan menyuruh mereka rendah hati seperti anak kecil.

Mengapa rendah hati seperti anak kecil. Sudah saya jelaskan sebelumnya dimana anak kecil tidk diperhitungkan keberadaannya, namun anak kecil tidk pernah perotes dengan sikap lingkungan yang tidk memperhitungkan keberadaan mereka. Tetapi umumnya kebanyakan orang akan protes jika keberadaannya tidak diperhitungkn. Suaranya/pendpatnya tidak pernah didengar, namanya tidak pernah dingat, kalau datang ketempat pertemuan tidak pernah disapa dan tidak pernah diajak bicara, keberadaannya selalu diacuhkan. Pasti jika kita diperlakukan demikian kita protes. Seperti pendapat seorang psikolog Abraham Mosllow, bahwa kebutuhan tertinggi manusia adalah aktualisasi diri Keberadaanya dapat diakui dan diterima oelh orang-orang disekitarnya.

Karena itulah para murid ingin menjadi yang terbesar, karena jika menjadi terbesar keberadaan mereka adalah keberadaan yang pasti diakui, didengar, dihormati, di layani dan sebaginya.

Kalau kita bandingan degan filipi 2:1-4, maka salah satu penyebab perpecahan dan pertikaian adalah kenginan untuk diperhitungkan, dihormati, dihargai dan diutamakan.

Anak-anak kecil/batita tidak pernah memikirkan hal itu semua.
Demikian juga kita.. kita harus belajar rendah hati seperti anak kecil/batita yang tidak memusingkan pujian, penghormatan, pengakuan dan lain sebagainya.

Seperti halnya Tuhan Yesus yang adalah Allah, dimana penghormatan, pujian, pengakuan layak Yesus dapatkan dari semua ciptaan-Nya, namun Ia telah rela merendahkan diri serendah-rendahnya dengan menjadi manusia dan menjadi seorang budak dan taat sampai mati.  Dia tidak ribut-ribut karena diludahi, ditampar, dihina, difitnah, dihianat, direndahkan (salib adalah salah satu hukuman bagi para budak yang memberontak), walaupun semua itu tidak layak Ia terima karena Dia adalah Allah.

Mari kita contoh yesus dan menjadi seperti anakkecil yang tidak rebut-ribut saat keberadaan kita tidak diakui.

2. Belajar percaya penuh kepada Tuhan Yesus
Kalau kita perhatikan setelah perikop Yesus memberkati anak-anak maka ada perikop orang muda yang kaya raya. Maka Dua perikop tersebut merupakan perbandingan, pada perikop orang muda yang kaya kita menemukan kisah dimana orang kaya ini menaruh kepercayaannya kepada perbuatannya, karena itu ia bertanya “perbuatan baik apakah yang harus ku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal” Mat 19:16.

Namun, perikop Yesus memberkati anak-anak,  adalah Yesus sedang menjadikan anak-anak kecil atau batita sebagai contoh kalau kita mau masuk sorga. batita sudah bisa buat perbuatan baik apa, yang bisa diperhitungkan? Tidak ada, sikap batita hanya percaya saja apa yang diusahakan orang tuanya kepadanya, tidak ada keraguan sedikitpun kepada kasih orang tuanya, tidak ada batita ragu-ragu digendong mamanya, dan berpikir kira-kira mama saya kuat gak ya gendong saya, gak ada ya.

Lebih enak mengendarai kendaraan bawa anak, dari pada bawa istri, kalau anak gak pernah protes, tapi kalau istri kebut sedikit langsung alaram berbunyi… papa…

Demikian kita harus percaya penuh tanpa ada keraguan sedikit pun atas perbuatan atau karya-karya Tuhan Yesus dalam hidup kita. Dia yang telah mengusahakan keselamatan kita, Dia juga yang telah berjanji “ketahuilah, Aku menyertai kmu senantiasa sampai akhir zaman”, maka Dia akan terus menyertai kita, dan Dia jugalah yang selalu berdoa untuk kita, karena Dia adalah Imam Besar kita yang duduk disebelah kanan Allah Bapa. Jadi, jangan ragukan kasih dan usaha yang Yesus lakukan untuk kita, walaupun dalam kesusahan sekalipun.

Anak-anak kecil tidak pernah berpikir besok saya makan apa ya, mereka percaya saja pada pemeliharan orang tuanya, percaya Tuhan pasti memelihara kita pada saat masa pandemik ini.

Kiranya Tuhan Yesus tolong kita semua
Amin.



Ranja G. Ginting

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencintai Tuhan Karena Mengenal Tuhan, Ulangan 6:5

Catatan Kotbah: Murid Kristus Yang Sejati. Yohanes 6:60-71

Hidup bergaul dengan Tuhan