Kita Adalah Peniru-peniru Allah


Menjadi Peniru-peniru Allah
Efesus 5:1-11

Pendahuluan
Kebanyakan, anak-anak itu meniru orang tuanya, jadi kita bisa tahu kebiasaan orang tuanya dirumah dari prilaku anaknya. Karena itulah ada pribahasa buah jatuh tidak jauh dari pohonya. Saya waktu masih sd, saya pergi ke sekolah jalan kaki, kira-kira ada dua kilo lebih jaraknya antara rumah dan sekolah, sewaktu saya berjalan kaki, saya berjalan dengan cepat, sambil bersuara menirukan suara bis, kenapa saya lakukan itu, karena bapak saya kerjanya supir bus luar kota, entah kenapa, saya senang dnegan pekerjaan bapak saya, mungkin karena anak mengidolakan orang tuanya, sehingga meniru orang tuanya.

Saya juga teringat sewaktu Mishael kira-kira 3 tahun, sewaktu saya ajak dia kepameran buku, dia senang sekalali, dan buka-buka buku-buku yang dipamerkan, mungkin dikarenakan ia sering melihat bapaknya suka baca buku.

Sebenarnya Paulus dalam suratnya ini juga bertujuan demikian, mengajak jemaat untuk menirukan Bapaknya, yaitu Bapa di sorga.

Kata “Penurut-penurut Allah” didalam kebanyakan Alkitab versi bahasa Inggris dituliskan “imitators of God” “Peniru-peniru Allah” orang-orang yang meniru Allah, seperti anak-anak yang kekasih.  Seorang anak yang memiliki hubungan sagat dekat sekali dengan bapaknya, lama-lama anaknya bisa kayak kembar dengan bapak, baik kesukaannya jadi sama dengan bapaknya, baik cara berpakainya, baik cara bicaranya jadi mirip, karena anaknya adalah anak kekasih, anak yang dekat dengan bapaknya.
Seharusnya kita orang-orang percaya Yesus pada zaman ini juga menirukan Bapa di sorga, karena kita adalah anak-anak yang dikasihi-Nya.

Surat Efesus diawali dengan penjelasan bahwa kita semua jemaat Tuhan, adalah orang-orang yang dipilih sebelum bumi dijadikan untuk menjadi anak-anak Allah. Jadi, sejak di dalam kekekalan, kita jemaat Tuhan di mata Allah, kita adalah anak-anak-Nya dan Allah adalah Bapa kita.

Nah… namun kenyataannya, banyak dari kita jemaat Tuhan belum bisa menunjukkan bahwa kita anak-anak Allah. Karena kita jemaat Tuhan Masih ada yang suka berbohong, masih ada yang simpan kesalahan orang lain di dalam hatinya, masih susah mengampuni, masih susah menjaga perkataan, masih egois, dan masih melakukan kejahatan, seperti pada pasal 4:31
“segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan”

Bagaimana kita menjadi peniru Bapa di sorga

 Kita Harus mengenal siapa Bapa kita
Pasal 5 ini masih satu bagian dengan pasal 4, karena ada kata “sebab itu” dan jika kita baca pasal 4:17-21, maka  jikalau kita mau menjadi peniru Allah, kita harus mengenal Allah dan bersekutu dengan Allah
Seorang anak jika waktu kebersamaan dengan bapaknya sedikit, dikarena bapaknya punya waktu untuk anak sedikit, sibuk bekerja, maka, anak itu sulit mengenal bapaknya.

Tetapi dalam kasus hubungan kita dengan Bapa di sorga, bukan Bapak yang tidak punya waktu dengan kita, tetapi kitalah yang sedikit waktu untuk bersama dengan Dia. jarang bersekutu dengan-Nya jarang mempelajari Alkitab, jarang berdoa, jarang ikut beribadah

Saya itu pernah ketemu orang yang ngaku Kristen, tapi baca Alkitab jarangnya minta ampun, pergi ke gereja, setahun 2 kali paskah dan Natal, terus bagaimna dia bisa mengenal Allah dan bagaimana dia bisa meneladani Allah, saya itu ragu dengan orang-orang seperti itu apa dia sudah percaya Yesus Tuhan atau belum.

Jadi, Klita harus mengenal Allah maka kita bisa meniru Allah

Siapa Allah?

Allah itu kasih,
Karena DIa kasih maka Ia mengampuni kita, karena itu pada 4:32 “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu”

Oleh karena itu kita harus meniru diri-Nya, yaitu mengampuni, mengampuni tanpa syarat dan tuntas. Seperti Allah mengampuni kita tanpa syarat dan tuntas di dalam Yesus Kristus.

Pada Ayat 2, Tuhan Yesus telah memberi contoh kepada kita bagaimana seharusnya anak Allah dalam meniru Bapa-Nya, karena Allah kasih, maka Yesus pun melakukan kasih, yaitu mengasihi kita dengan menyerahkan diri-Nya bagi kita, dan juga sekaligus Ia melakukan pengorbanan-Nya itu karena Ia mengasihi Allah, sehingga korban-Nya berbau harum bagi Allah atau korban-Nya berkenan di hadapan Allah.

Ayat 2 “dan hiduplah dalam kasihi, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum  bagi Allah”
Ini berarti kita yang adalah anak-anak Allah harus meniru-Nya, meniru kasih-Nya.  Harus hidup dalam kasih: mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Dan kasih itu adalah perbuatan bukan sekedar perkataan.

Selanjutnya
Allah itu terang, maka kita pun adalah anak-anak terang,
Ayat 8 “Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang”
Terang tidak pernah dapat bersatu dengan gelap, terang itu selalu diartikan dengan perbuatan-perbuatan yang baik, yang adil dan yang benar (ayat 9) “karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran” sedangkan gelap selalu diartikan perbuatan-perbuatan yang jahat, moral rusak, dosa, dan memalukan (3-6). Kejahatan tidak pernah menyata dgan kebaikan, gelap tidak pernah bersatu dengan terang.

Ini berarti dalam kita meneladani Allah, kita harus hidup dalam terang bukan hidup dalam kegelapan. Hidup dalam terang itu bukan hanya tidak melakukan yang jahat, dosa, namun sekaligus melakukan perbuatan yang baik, adil dan benar. Tidak ada namanya posisi tengah-tengah, tidak melakukan yang jahat, namun sekaligus tidak melakukan yang baik

Sebagai contoh kita dapat melihat di 4:25
Buang dusta (tidak lagi melakukan dusta), tetapi tidak berhenti disitu, saat buang dusta maka kita sekaligus berkata-kata benar,

4:28 tidak lagi mencuri, tetapi tidak berhenti disitu , kita harus bekerja dan berbagi.

4:29, tidak berkata kotor lagi, tetapi harus sekaligus berkata-kata yagn membangun

Jadi, intinya, kita tidak lagi melakukan yang jahat namun sekaligus kita melakukan perbuatan yang baik, yaitu melakukan yang berkenan kepada Tuhan
Itulah hidup dalam terang

Penutup
Seperti Pribahasa Buah jatuh tidak ajuh dari Pobonnya, maka kita yagn adalah anak-anak Allah harus menyerupai Allah, mari kita berusaha sama-sama, Roh kudus akan tolong kita.
Amin  





Ranja G. Ginting

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencintai Tuhan Karena Mengenal Tuhan, Ulangan 6:5

Catatan Kotbah: Murid Kristus Yang Sejati. Yohanes 6:60-71

Hidup bergaul dengan Tuhan