PENGIKUT YESUS BUKANLAH SEORANG UPAHAN




Kristen Kasih Karunia dan Bukan Upahan

Matius 20:1-16

Pendahuluan

Pada umumnya setiap orang setuju dengan pribahasa “Berakit-rakit ke hulu, Berenang-renang ke tepian; Bersakit-sakit dahulu, Bersenang-senang kemudian!” Arti Peribahasa :  Apabila ingin mendapatkan kesenangan atau keberhasilan di kemudian hari haruslah berani bersusah payah terlebih dahulu, dengan kerja keras, tidur sampai larut malam, jarang beristirahat dan lain sebagainya.

Dan begitu juga kebalikannya, kalau malas, tidak mau berkerja keras, tukang tidur, maka jangan harap kelak hidup senang atau berhasil.

Ini telah menjadi matematika kebanyakan orang, oleh karena itu terbentuklah agama-agama yang didasarkan kinerja seseorang, semakin sering berbuat baik semakin banyak pahalanya, semakin banyak melakukan ibadahnya, semakin banyak pahalanya, semakin tekut dan taat terhadap peritah-perintah agama semakin banyak pahalanya, termasuk juga agama Yahudi pada saat itu.

Petrus yang adalah orang Yahudi dan beragama Yahudi, maka ia pun mempertanyakan tentang apa yang akan dia terima setelah apa yang telah banyak ia lakukan kepada Tuhan Yesus “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apa yang akan kami peroleh?” 19:27

Pertanyaan Petrus ini sebenarnya juga merupakan pertanyaan banyak orang Kristen. Apakah yang saya dapat kalau saya setia kepada perintah-perintah Tuhan?

Ada empat jawaban yang diberikan oleh beberapa orang untuk menjawab pertanyaan tersebut

1. Tabur Tuai
Gloria dan Kenneth Copeland yang adalah tokoh teologi kemakmuran menjawabnya dengan hukum tabur tuai versinya mereka dengan mengutip Mat 19:29, Markus 10:30 “Dan setiap orang yang karena nama-ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa dan ibunya, anak-anaknya atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan menerima hidup yang kekal” 

Pada markus 10:30 ada keterangan “orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat” yang adalah jawaban Tuhan Yesus, mengkotbahkan:  Butuh uang? Berikan apa yang anda miliki kepada Tuhan dan Dia akan mengembalikannya kepada anda yang dipadatkan dan yang tumpah ke luar!

Dalam bukunya, God's Will Is Prosperity, Copeland  menuliskan: doktrin "kembali seratus kali lipat". Jadi kalau anda memberikan ke pelayanan misi atau gereja $ 1 maka Tuhan akan mengembalikan $100, jika $10 Tuhan akan mengembalikan $1000. Berikan satu rumah dan anda akan terima seratus rumah atau satu rumah dengan harga seratus kali lipat. Berikan satu pesawat dan dapatkan seratus kali nilai pesawat terbang. Berikan satu mobil dan kembalinya akan memberi anda mobil seumur hidup.

Ini merupakan penyesatan. Memang Alkitab mengajarkan hukum tabur tuai, namun bukan dengan pengertian tersebut, Alkitab juga mengajarkan bahwa hukum yang terutama adalah mengasihi Allah  “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Mat 22:37). Dan Tuhan Yesus mengatakan bahwa bukti kita mengasihi-Nya adalah melakukan perintah-Nya “Jilalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yoh 14:15). Jadi yang Tuhan inginkan kepada kita yaitu melakukan perintah-perintah-Nya bukan karena akan menuai, apa lagi akan menuai seratus kali lipat, tetapi karena mengasihi-Nya.

2. Rumah di Sorga
Ada lagi yang menjawab, yaitu nanti di sorga, bagi yang setia dan taat maka mereka akan memili rumah yang besar sedangkan yang kurang taat di sorga rumahnya kecil. Jadi Rumah besar dan rumah keci bahkan tidak punya rumah ditetntukan kesetiaan dan ketaatan kita selama dibumi.

Pdt Park Yong Gyu KU, setelah dia bangkit dari kematian, ia mengatakan bahwa dia telah dibawa ke sorga. di sorga ada tiga bagian area. Area pertama untuk anak-anak (anak-anak yang meninggal) di sini tidak ada rumah yang ada adalah taman bermain yang indah, 2. area orang dewasa, di sini terdiri dari rumah-rumah yang besar yang mewah yang terbuat dari permata/mutiara yang langka, bahkan ada rumah sampai seperti pencakar langit, dan 3.area orang-orang yang diselamatkan dengan perasaan malu, memiliki rumah-rumah seperti kandang ayam, alias kumuh.

Ini juga adalah sesat. Paulus dibawa ke sorga 2 Kor 12:3-4. “Aku juga tahu tentang orang itu, --entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -  ia tiba-tiba diangkat  ke Firdaus   dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia”. Tidak pernah mengajarkan tentang rumah-rumah di sorga, ada yang kecil ada ynag besar bahkan ada yang kumuh, bahkan ia mengatakan bahwa ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.

3. Tingkatan Sorga
Ada juga yang menjawab, berhubungan dengan sorga, yaitu sorga ada tingkatan, ada tiga tingkat, bagi yang sungguh-sungguh setia dan taat akan menempati tingkat sorga yang ketiga, mereka mengutip dari 2 Kor 12:2 “Aku tahu tentang seorang Kristen ;  empat belas tahun yang lampau--entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya--orang itu tiba-tiba diangkat   ke tingkat yang ketiga dari sorga .  12:3 Aku juga tahu tentang orang itu, --entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya

 
-- 12:4 ia tiba-tiba diangkat  ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia”.

Ini juga sesat, sorga itu tidak ada tingkatan Wahyu 21 jelas menggambarkan mengenai sorga, tidak ada tingkatan.

Dari 2 kor 12:2-4. Kata surga pada  ayat 2 dalam bahasa Yunaninya memakai kata “ouranos”, tetapi “ouranos” juga dapat berarti langit. Jika kata “ouranos” pada ayat 2 adalah sorga, mengapa pada ayat ke empat tidak memakai kata “ouranos”, tetapi memakai kata  “Firdaus”, pada hal Firdaus itulah yang adalah sorga (Luk 23:43), ini berarti kata “ouranos” pada ayat 2 adalah langit. Jadi pada tingkat langit ke tiga itulah Firdaus berada. Berbicara tingkatan langit, Alkitab memang menjelaskan tentang tiga tingkatan langit.  Tingkat yang pertama adalah langit yang dapat kita lihat dari bumi, dan merupakan tempat burung-burung berterbangan (Kej 1:20, kata cakrawala pada Kejadian 1:20 memakai bahasa Ibraninya “Samayim” dan dalam kitab septuaginta memakai kata “ouranos”), dalam pengertian sekarang langit tingkat pertama adalah atmosfer. Tingkat langit yang ke dua adalah tempat keberadaan benda-benda langit (kej 1:14-18) kata cakrawala pada Kej 1:14 dalam bahasa Ibrani memakai kata “samayim”, dan di dalam septuaginta memakai kata “ouranos”. Pada langit tingkat ketiga, yang tidak dapat dijangkau dan dilihat manusia adalah  Firdaus, yang adalah sorga, tempat sementara bagi orang-orang percaya Yesus sambil menantikan wahyu 21 tergenapi. Bandingkan tingkatan langit tersebut dengan 1 Raja-raja 8:27: “Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit”, 2 Tawarih 2:6: “sedangkan langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit”; 6:18; “sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit”.

4. Mendapatkan Mahkota di sorga nanti
Memang beberapa ayat di Alkitab mengajarkan tentang mahkota yang akan kita terima karena ketaatan dan kesetiaan kita kepada Tuhan selama di bumi, namun dalam pengelihatan  rasul Yohanes,   dia melihat peristiwa di sorga, yaitu semua yang memiliki mahkota merasa tidak layak memiliki mahkota tersebut, dan mereka melemparkannya di hadapan Allah Bapa , Anak dan Roh Kudus dan tersungkur menyembah-Nya.

Wahyu 4:10-11; “maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu   di hadapan Dia   yang duduk di atas takhta itu,  dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu (ditahta yang di lihat Yohanes ada seorang duduk: Dialah Bapa dan ada tujuh obor menyala-nyala, Dialah Roh Kudus {ayat 2, 5), sambil berkata: "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; m  sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.”   

Wahyu 5:13-14: Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi s  dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: "Bagi Dia yang duduk di atas takhta t  dan bagi Anak Domba, u  adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! " 5:14 Dan keempat makhluk   itu berkata: "Amin ". Dan tua-tua   itu jatuh tersungkur dan menyembah.

William Hendriksen dalam buku tafsiran kitab wahyu, dia menjelaskan bahwa 24 tua-tua ini adalah Gereja era  Perjanjian Lama gereja era  perjanjian Baru. Jadi semua orang percaya akan melemparkan mahkotanya, karena hanya Bapa, Anak dan Roh Kudus yang boleh layak menerima mahkota.

Jadi apa yang kita terima?

Upah. Dan apa upah ini?. Kalau kita melihat secara keseluruhan dari pasal 19:16, maka persoalannya adalah di ayat 19:16, yaitu mengenai memperoleh hidup kekal. Orang kaya berpikir untuk memperoleh hidup kekal adalah dengan melakukan 10 hukum Taurat, namun Tuhan Yesus menyuruhnya menjual semua kekayaannya dan berikan kepada orang-orang miskin, maka dia akan memperoleh harta di sorga, setelah itu pada  ayat 27, Petrus bertanya dia akan dapat apa karena dia sudah tinggalkan semua untuk mengikut Yesus. jawaban Tuhan Yesus pada ayat 29 akhir “dan akan memperoleh hidup yang kekal”, masih seputar hidup kekal.

Seperti pada pasal 18 mengenai pengampunan, Tuhan Yesus menjawab pertanyaan Petrus 7x70x dan setelah itu menjelaskan jawaban-Nya  dengan perumpamaan orang yang berhutang 10.000 talenta, demikian juga pada pasal 20 ini, adalah penjelasan Tuhan Yesus atas jawabannya pada 19:28-30.

Jadi, upah yang dimaksud pada pasal 20 adalah hidup kekal. Apa ini berarti hasil kerja kita?  

Mari kita melihat dari perumpamaan ini:
siapa pekerja-pekerja ini: mereka yang jam 6 pagi adalah pekerja-pekerja.  Ini menjelaskan orang-orang Farisi 19:3 jadi dari 19:1-20:16 itu adalah satu kesatuan  peristiwa yaitu peristiwa di daerah Yudea dimana diawali dengan banyaknya orang berbondong-bondong mengikuti Dia termasuk orang-orang Farisi. Orang-orang Farisi inilah pekerja-pekerja tersebut, dimana perjanjiannya jika mereka melakukan hukum Taurat mereka dapat upah yaitu hidup kekal “Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai  upah sedinar sehari, ia meyuruh mereka ke kebun anggurnya”

Namun mereka yang jam 9, 12, 3, dan jam 5 adalah pengangguran, ini adalah mereka yang bukan orang-orang Farisi (orang-orang berdosa)/ orang banyak pada saat itu “berbondong-bondong” mereka adalah orang-orang berdosa. Karena hanya mereka orang-orang Farisi dan ahli taurat yang merasa tidak berdosa, seperti Paulus sewaktu dia masih orang Farisi dia mengakui dalam mentaati hukum Taurat dia tidak bercacat (Filipi 3:6) dan seperti orang Farisi berdoa di Lukas 18:10-11, diman dia merasa orang yang tidak berdosa

Namun, terjadilah hal yang menganggetkan mereka orang-orang Farisi atau para pekerja-pekerja yang dari jam 6 tersebut (Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu)  yaitu saat pembagian upah, maka yang kerja jam 5 sore – jam  6 sore, dan jam 3 pagi – jam  6 sore dan jam 12 siang – jam 6 sore dan jam 9 pagi  – 6 sore  menerima upah yang sama dengan mereka yang adalah pekerja-pekerja, yang bukan pengangguran, yang bekerja dari jam 6 pagi – jam 6 sore yaitu satu dinar.

Yang bekerja pada jam 5 sore bukan orang yang sangat rajin sekali, sehingga kerjanya diupahi sama dengan yang kerja dari jam 6 pagi, tetapi mereka adalah orang yang pemalas, menganggur dari pagi sampai sore, pada saat musim panen. Dan sewaktu bekerja, mereka juga tidak menunjukkan lebih giat dari pada yang lain, karena itulah para pekerja tersebut protes.

Namun Tuan itu menjawab ayat 15 “Tidakkah Aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Dan iri hatikah engkau, karena aku murah hati?

Ini berarti bukan berapa banyak yang telah kita kerjakan dalam kerajaan Allah, sehingga kita beroleh hidup kekal (upah), dan bukan juga sudah berapa lama kita sudah percaya Tuhan Yesus, sehingga kita beroleh hidup kekal (upah), tetapi oleh kehendak hati Allah dan kemurahan hati Allah, kita beroleh upah: kehidupan yang kekal.

Hidup kekal adalah milik Allah “Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku?” Dan Dia memberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dia juga memberikan berdasarkan kemurahan hati-Nya “Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?”

Sering sekali kita membandingkan diri kita dengan orang lain yang lebih jahat dari kita, sehingga kita berpikir kita lebih baik, namun jika kita bandingkan diri kita dengan Allah, karena standar kekudusan adalah Allah, maka tidak ada seorang pun yang adalah kudus.

Jadi, jika perbuatan kita, yang kita pikir sudah baik, jika di ukur dengan kekudusan Allah itu semua belumlah baik. Jika kita sudah taat oleh perintah Tuhan, tidak pernah melanggar perintah Tuhan, tidak seperti mereka para pelacur, para koruptor, para penipu, para lgbt dan para teroris , dan rajin ke gereja, namun di ukur dengan standar Allah, maka kita semua sama dengan para pelacur, sama dengan para koruptor, sama dengan para penipu dan sama dengan teroris, yaitu sama-sama orang berdosa.

Jadi, pertanyaannya, apakah kita layak menerima sesuatu dari Allah? Tidak. Kalau kita berpikir, apa yang saya dapatkan dari Allah kalau saya melakukan ini dan itu seturut kehendak Allah? Itu adalah pertanyaan yang tidak mengaca pada kekudusan Allah. Tidak ada seorang pun walau pun lebih baik dari semua orang yang layak mendapatkan sesuatu dari Allah, karena tidak ada yang memenuhi standarnya Allah. Di mata Allah kita belum melakukan apa-apa, jadi mau dapat apa dari hasil kerja kita dan usaha kita.

Contoh yang tepat adalah orang yang berhutang 10.000 talenta yang tidak mampu membayar hutangnya, walau pun dia menjual dirinya dan seluruh keluarganya, tidak cukup untuk melunaskannya. Kalau ia mau bekerja untuk melunaskan hutangnya, maka butuh ratusan ribu tahun baru bisa dapat melunaskannya. Tetapi dinggap lunas oleh tuannya.(Mat 18:23-28) Maka jika ia memberikan sesuatu kepada tuannya tersebut, itu tidak ada nilainya jika dibandingkan hutangnya yang 10.000 talenta yang sudah dilunaskan-Nya. Nah.. itulah kita.

Yesaya 64:6 “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis u  dan segala kesalehan v  kami seperti kain kotor;”   

Seperti orang yang baru kerja pada kita, baru kerja, kerjaan gak pernah beres, malas kerjanya, terus suka mencuri, dan suka menipu kita, dan pada akhir bulan dia minta upahnya. Jangankan akhir bulan, di awal-awal kerja juga langsung kita pecat dia. Itulah sebenarnya kita, kita semua sama-sama orang berdosa, jadi kalau kita masih mikir upah, itu keterlaluan. Kita sudah menerima lebih dari segala sesuatu bahkan digambarkan oleh Tuhan Yesus pada ayat 19:29 seratus kali lipat, yaitu hidup yang kekal, eh.. kita masih pikiran upah yang lain.

Kekristen kasih karunia, dia akan melakukan perintah-perintah Tuhan karena dia telah menerima kasih karunia Allah, telah menerima kebaikan Allah, dia tidak memikirkan upah apa yang akan ia dapat, karena yang ia telah dapat dari Allah lebih berharga dan lebih berarti dari pada yang lainnya.

Seperti John Newton yang membuat lagu “Amazing Grace”, seorang pedagang budak yang kasar dan kejam. Pertama kali dia berseru pada Allah ketika dia berada di tengah badai yang hampir meneggelamkannya. Dari peristiwa itu dia bertobat, dan menjadi pendeta dan bergabung dengan William Wilberforce berjuang melawan perbudakan. Ini dilakukannya, semata-mata karena dia telah mendapatkan kasih karunia, bukan karena dia akan mendapatkan sesuatu dari Allah

Millard Fuller, seorang jutawan pada umur 29 tahun, tetapi hidupnya sengsara, dan pernikahannya juga mengalami keretakan, akhirnya pada umur 33 dia dan istrinya memutuskan melayani Tuhan, mereka jual semua harta mereka dan berfokus dalam melayani Tuhan, dan kira-kira pada saat Fuller berumur 35 tahun dia mendirikan Habitat For Humanity, dimana Organisasi ini adalah pelayanan untuk membangun rumah secara geratis bagi orang-orang yang tidak mampu di seluruh dunia, kira-kira tahun 1973 dia mendirikan Habitat for Humanity, pada tahun 2003 dia dengan organisasinya telah mendirikan rumah 150.000 rumah di 92 negara. Dan dia lakukan ini karena dia telah mendapatkan kasih, maka seharusnyalah ia membagikan kasih Yesus dengan cara memberikan rumah yang layak bagi setiap orang yang tidak memiliki rumah yang layak.

Karena kita telah mendapatkan kasih karunianya, maka lakukanlah yang berkenan di hadapan Allah, karena kita mengasihi Dia. Bukan karena upah

Amin….


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencintai Tuhan Karena Mengenal Tuhan, Ulangan 6:5

Catatan Kotbah: Murid Kristus Yang Sejati. Yohanes 6:60-71

Hidup bergaul dengan Tuhan