Allah Diam Di Antara Kita


Kerinduan Allah: Diam Di tengah-tengah Umat-Nya

Kel 25:1-40

Saya membaca buku Philip Yancey “What’s So Amazing About Grace”. Dimana ia menuliskan “Kekristenan memiliki prinsip:  ‘Membenci dosanya tapi mengasihi orang berdosa’. Tapi ini lebih mudah dikotbahkan dari pada dipraktikkan”  C. S Lewis memberi  contoh dirinya sendiri, dimana ia membenci perbuatannya, yaitu sikap sombong, sikap tamaknya, dan sikap pengecutnya, tetapi ia tetap mengasihi dirinya. Dan dari bacaan tersebut saya berpikir mengenai hubungan saya dengan anak2 saya. Saya kesal bahkan marah  dengan kenakalan anak2 saya, tetapi saya tidak pernah membenci mereka, bahkan kalau saya pergi, saya rindu, dan pingin cepat pulang. Dan sering sekali sewaktu mereka lebih dulu tidur, saya memperhatikan mereka dan tersenyum dan berkata “Terimakasih Tuhan sudah mempercayakan saya sebagai orang tua mereka”

Saya berpikir Allah pun demikian. Allah tidak menyukai dosa-dosa kita, tetapi Ia tidak pernah membenci kita umat-Nya, bahkan Ia memilih untuk tinggal bersama-sama dengan kita.

Seperti Teks ini. Allah mau diam di tengah-tengah mereka.

Apakah mereka umat-Nya adalah umat yang kudus. Pada pasal 16, orang Israel yang baru menyaksikan kehebatan Allah dengan 10 tulah, dan baru menyeberangi Laut Tiberau dengan berjalan di tengah-tengah laut yang terbelah 2, mereka bersungut-sungut hanya karena makanan, bahkan memilih mati di Mesir dengan limpahnya makanan. Bahkan setelah Allah member mereka makanan, mereka tetap tidak taat akan perintah Allah, dimana di antara mereka masih menyimpan manna sampai pagi/ matahari terbit hari sehingga berulat. Pada pasal 17, kembali lagi mereka bersungut-sungut bahkan bertengkar dengan Musa hanya karena air. Dan kalau kita baca dari pasal 25-35, maka pada pasal 32 ada peristiwa orang-orang Israel sebelum Musa turun dari gunung Sinai, mereka memakai harta mereka untuk membuat anak lem bu emas. Namun Allah tetap mengulang kembali perintah untuk mendirikan kemah suci pada pasal 35. Allah tetap merindukan untuk tinggal di antara mereka umat-Nya.

Kalau kita bandingkan dengan wahyu 21:3 “Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari tahta itu berkata: ‘Lihatlah, kemah Allah ada ditengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka’”. Inilah kerinduan Allah. Peristiwa di keluaran ini hanyalah gambaran yang diberitahu Allah mengenai kerinduan-Nya, yang akan digenapi-Nya di masa yang akan datang, yang secara tempat. Kalau secara keadaan, Allah memang selalu bersama dengan kita, namun secara tempat, itu nanti akan digenapi seperti wahyu 21.

Seperti Tuhan Yesus, yang adalah Allah mau datang dan diam di antara manunsia (Yoh 1:14), bahkan kumpul dengan orang-orang yang menyadari dirinya adalah orang berdosa.

Di sini saya melihat kasih karunia Allah.

Sekedus apakah sehingga kita dikatakan layak ?
Sekudus seperti apakah sehingga kita dikatakan kudus sehingga Allah mau diam bersama dengan kita?

Terkadang dan mungkin sering kali, kita orang Kristen bersikap seperti orang-orang Farisi. Berusaha untuk hidup kudus dan akhirnya merasa layak dihapan Allah.

Kita semua diukur kekudusannya dengan kekudusan Allah, maka tidak ada seorang pun dan kapan pun kita dikatakan kudus. Kita sama dengan pelacur, sama dengan LGBT, sama dengan koruptor, sama dengan pemakai dan pengedar narkoba, pembunuh satu keluarga dan  bahkan teroris yang boh bunuh diri di Surabaya pada waktu yang lalu. Sama-sama tidak kudus di hadapan Allah, karena sama-sama tidak dapat memenuhi standar kekudusannya Allah.

Tetapi kenapa Dia mau diam di antara kita?, bahkan dalam 1 Korintus  3: 16 dikatakan “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” ayat  17c “Sebab bait Allah adalah kudus dan Bait Allah adalah kamu”. Kita tahu siapa jemaat Korintus, jemaat yang paling parah secara dosa moralnya, tetapi dikatakan kamu adalah Bait Allah dan Allah diam di dalam kamu. Kata diam itu memakai kata permanen, tinggal untuk seterusnya. Jawabannya: Semua hanya karena kerinduan-Nya dan kasih karunia-Nya, bukan karena kita kudus.

Bahkan untuk pembuatan kemah suci, itu semua adalah karena karya Allah, bukan karena kita. Kita hanya alat-Nya. Dia mau kita ikut serta di dalamnya, namun ikut sertanya kita pun karena karya Allah. Jadi sebenarnya, tidak ada sedikit pun andil kita.

Itu bisa kita lihat ayat 2 “dari setiap orang yang terdorong hatinya” dan kalu kita bandingkan dengan 35:29 “Semua laki-laki dan perempuan, yang terdorong hatinya ” dan pada 36:6-7 maka persembhan itu berkelebihan, sehingga Musa mencegah mereka membawa lagi persembahan. Dan dari mana persembahan tersebut, bukankah mereka adalah budak, bagaimana budak bisa membawa emas, perak, tembaga dan bermacam-macam jenis permata bahkan sampai berkelebihan?  Jawabanya ada di Kel 12:35-36.

Hanya alat. Mau karena didorong oleh Allah, dan ada, karena Allah yang menyediakan

Kembali lagi semua karena kasih karunia Allah.  Kita bisa taat, dan mau taat perintah Tuhan itu karena TUhan yang membuat kita mau taat dan taat.

Jadi kalau kita bisa ada andil, itu semua karena kasih karunia, tidak ada andil kita. Jadi jangan pernah berkata “ini karena saya”, “kalau bukan karena  saya” dan “ini jasa saya”

Demikian dengan kemah suci, kalau kita bisa layak menjadi kemah sucinya, dan menjadi kemah sucinya, bahkan Dia tinggal di dalam kita, itu bukan usaha kita, dan andil kita, tetapi semua adalah kasih karunia-Nya.

Jadi, jangan merasa kita lebih baik dari orang lain, dan menyombongkan diri dari orang lain, dan merasa lebih layak diberkati dari pada orang lain. Semua karena kasih karunia


Dan Allah memilih kemah suci ada ditengah-tengah mereka

Kata di tengah-tengah yang memang di tengah-tengah mereka. Kalau kita membaca Bilangan 2 maka posisi Kemah Suci itu letaknya ditengah-tengah kemah suku2 Israel . sebelah Timur: Yehuda, Isakar, Zebulon, barat:  Benyamin, Efraim, Manasye, Sebelah selatan: Simeon, Ruben, Gad, dan utara: Asyer, Dan, Naftali.

Untuk apa semuanya itu. Kalau kita bandingkan dengan pasal 33:8-10. Maka kita menemukan, bahwa Allah ingin Dia menjadi pusat perhatian umat-Nya dan pusat sesembahan mereka.

Jadi Allah mau diam di tengah-tengah kita, supya Dia menjadi pusat perhatian kita, dan pusat sesembahan kita.

Saya tutup dengan ayat “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia; Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” Roma 11:36.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencintai Tuhan Karena Mengenal Tuhan, Ulangan 6:5

Catatan Kotbah: Murid Kristus Yang Sejati. Yohanes 6:60-71

Hidup bergaul dengan Tuhan