Pengenalan akan Yesus mengantarkan kita memiliki iman yang holistik

Iman Yang Holistik

2 Petrus 1:1-9

Pendahuluan

Holistik: Kata ‘holistik’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai pengertian “ciri pandangan yang menyatakan bahwa keseluruhan sebagai suatu kesatuan lebih penting dari pada satu-satu bagian dari suatu organisme”. Menyeluruh, semuanya sama penting, tidak ada pembagian, yang satu penting dan yang lain kurang penting, semuanya sama

Pada zaman sekarang ada pembagian yang sangat jelas, yaitu jasmani dan rohani. Kegiatan rohani dibatasi dengan kegiatan yang ada di gereja, sedangkan yang jasmani adalah kegiatan yang kita lakukan sehari-hari. Sebagai contoh, kalau kita berolahraga, bekerja, belajar, mandi, makan, tidur, ngobrol-ngobrol dengan teman atau dengan keluarga dan lain-lain, jalan-jalan, nonton, membaca, berpakaian dan seterusnya, maka kita setuju kalau itu adalah kegiatan jasmani, dan bukan rohani. Namun jika kita sedang berdoa lima kali sehari (doa bangun pagi, doa makan pagi, siang, malam, dan doa tidur), membaca Alkitab satu pasal sehari, mengikuti setiap kegiatan ibadaah di gereja dalam sepekan, dan datang ibadah minggu, maka kita sepakat itu adalah kegiatan rohani

Tetapi apakah demikian kata Alkitab?

Mari kita lihat dari 2 Petrus 1:3-9

Sebelumnya kita lihat terlebih dahulu permasalahan apa yang sedang dihadapi jemaat pada saat itu sehingga rasul Petrus menuliskan suratnya yang kedua ini.

Permasalahannya adalah adanya guru-guru dan nabi-nabi palsu yang telah masuk kedalam gereja. Mereka mengajarkan tentang dualisme atau dua pembagian yang tidak saling berhubungan dan bertentangan, yaitu materi/jasmani dan rohani. Menurut mereka yang materi/jasmani adalah jahat dan hina sedangkan yang rohani adalah yang baik, mulia dan sempurna. dan juga hal yang rohani lah yang membuat mereka masuk sorga bukan yang jasmani, karena yang disorga adalah yang rohani sedangkan yang jasmani tidak.

Oleh karena itu mereka menekankan untuk hal-hal rohani dengan cara belajar-belajar, bermiditasi, berpuasa, menyiksa diri supaya mematikan hawa nafsu, tidak menikah, menyindiri.

Namun pengajaran dualism ini juga membuat guru-guru palsu ini bebas berbuat zinah dan segala hawa nafsu, karena mereka berpikir segala perbuatan jasmani  tidak ada hubungannya dengan yang rohani. (nabi-nabi dan guru-guru palsu: 2 Pet. 2:1-22). Mereka ini adalah cikalbakal Gnostik

Gnostik juga memiliki pemahaman bahwa dunia rohani tidak akan bersentuhan dengan dunia materi, jadi yang menopang kehidupan ini ya kita sendiri bukan Allah (Allah adalah rohani), dan untuk menerima hidup kekal ya kita sendiri, bukan usaha Allah. Dan mereka juga menolak Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, karena paham mereka Allah adalah rohani, jadi tidak mungkin menjadi manusia (dunia materi/jasmani yang adalah jahat)rohani dan jasmani bertentangan.

Karena itulah, surat Petrus menegaskan tentang tidak adanya pemisah yang jelas antara jasmani dan riohani, di mana diantaranya adalah  pada pasal satu ayat ke dua akhir ada kalimat “dan akan Yesus, Tuhan kita”dan ayat ke tiga “karena kuasa ilahi-Nya”. Yesus yang adalah sebagai manusia, disebut “karena kuasa ilahinya” Berarti Tuhan Yesus adalah Allah yang telah menjadi manusia. Dan  pada ayat yang ke 16-18 rasul Petrus menuliskan bahwa dia adalah saksi mata mengenai peristiwa di atas gunung yang tertulis di Matius 17:1-8. Suara Allah dari sorga (Allah adalah rohani) berkata kepada Yesus dan juga kepada Petrus, Yohanes, dan Yakobus (yang adalah manusia jasmani) “Inilah Anak  (kata Anak memakai kata satu-satunya: satu-satunya Anak) yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia” yang ditujukan kepada Tuhan Yesus. Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah manusia dan juga adalah Allah.

Dan pasal satu ayat yang ke 4, tertulis juga bahwa kita yang adalah manusia (materi/jasmani) telah mengambil kodrat ilahi (rohani), materi/jasmani telah bersatu dengan yang rohani. jadi jelas surat ini bertujuan untuk menentang ajaran gnostik.

Demikian juga melalui pengenalan kita akan Tuhan Yesus. Dimana Iman Kekristenan adalah iman yang berdasarkan pengenalan akan Tuhan Yesus:  “Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita” (ayat 2),  “oleh pengenalan kita akan Dia (Yesus)”(ayat 3). Melalui pengenalan akan Tuhan Yesus, paham dualism runtuh. Tidak ada lagi batasan rohani dan jasmani. Tidak ada lagi bahwa yang rohani yang lebih penting atau jasmani yang lebih penting, tetapi kedua itu saling berhubungan/ holistik. Mari kita lihat mengapa pengenalan akan Yesus meruntuhkan dualism:

1. Pada ayat ke tiga rasul Petrus menegaskan bahwa Yesus yang adalah Allah dengan kuasa keilahiannya menopang kehidupan kita di bumi. “karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan (telah dimasa lampau tetapi sangat cukup untuk sekarang dan seterusnya) segala sesuatu yang berguna untuk kehidupan kita.

SEGALA SESUATU YANG BERGUNA untuk kehidupan

Kalimat: “untuk hidup yang saleh”, dalam bahasa aslinya: “πρὸς ζωὴν καὶ εὐσέβειαν”: untuk kehidupan dan kesalehan”. Kata kehidupan ini memakai kata zoe, ada yang mengatakan bahwa ini adalah kehidupan yang baru, yaitu kehidupan yang kekal karena telah menerima Tuhan Yesus, diantaranya Mark 10: 30, Rm 6:4. Tetapi kata zoe juga memiliki arti kehidupan kita sehari-hari Kis 17:25, 1 Tim 4:8. Mengingat surat ini untuk menyerang gnostik, maka  menurut saya kata zoe pada bagian ini memiliki arti kehidupan kita sehari-hari dan juga kehidupan yang baru, yaitu kehidupan kekal setelah kita menerima Tuhan Yesus.

Hal ini menunjukan bahwa Tuhan Yesus yang adalah ilahi (rohani) telah menganugerahkan segala sesuatu untuk kehidupan, baik kehidupan sekarang di bumi ini dan juga kehidupan kekal yang akan datang.

Kata “segala sesuatu” menjelaskan bahwa seluruh kehidupan kita, baik kesehatan kita, baik harta kita, bisnis kita, keberhasilan kita, keluarga kita, makanan dan minuman kita, refresing kita, pekerjaan kita, tubuh kita, hobi kita dan sebagainya, semuanya adalah anugerah dari Tuhan Yesus untuk kehidupan kita sehari-hari.

Seluruh kehidupan kita yang kita jalani, yang seakan-akan semua kegiatan kita adalah kegiatan jasmani, itu merupakan sekaligus rohani, karena Yesus yang adalah Allah bahkan dengan kuasa keilahian-Nya yang menganugerahkan segala sesuatu kehidupan kita sehari-hari, sehingga kita bisa melakukan segala kegiatan jasmani kita.

Selain kehidupan sehari-hari, kita juga telah menerima kehidupan kekal yang dianugerahkan-Nya kepada kita, dan yang dikarenakan kuasa-Nya yang telah memanggil kita “Yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib”, sehingga kita percaya kepada-Nya.

“Untuk kesalehan”. Kata kesalehan ini terdiri dua kata: baik dan ibadah. Ini memiliki arti hidup sehari-hari berkenan di hadapan Allah. Berkenan tidak dihadapan Allah? Ini terjadi penyatuan antara jasmani dan rohani, secara jasmani kita melakukan kegiatan kita sehari-hari, namun sekaligus rohani, karena kita lakukan semuanya berkenan di hadapan Allah.

Saat kita makan, maka kita makan berkenan di hadapan Allah, yaitu makan secukupnya (Mat. 6:11), menjalani pola hidup sehat, melakukannya berkenan di hadapan Tuhan, karena tubuh ini adalah bait Roh Kudus, dan milik Allah (1 Kor. 6:19-20), saat kita bekerja, maka kita bekerja berkenan di hadapan Allah, yaitu bekerja seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia, sehingga bersungguh-sungguh dan jujur, karena untuk Tuhan (Ef. 6:5-8; kol 3:22-23), menjadi atasan atau bos melakukannya berkenan di hadapan Tuhan, yaitu berprilaku adil dan tidak mengancam, dan jujur terhadap bawahannya, karena tuan kita sama, yaitu Yesus (Ef. 6:9; Kol 4:1), menjalani kehidupan suami istri berkenan dihadapan Allahkah, yaitu suami mengasihi istri dan istri menghormati suami dengan sikap tunduk (Ef. 5:22-33), dan sebagainya.

Dan kesalehan ini juga ditopang oleh Tuhan Yesus melalui segala sesuatu yang dianugerahkan-Nya yang berguana untuk kesalehan kita. Di mana diawali dengan lahir baru. Melalui kelahiran baru kita, atau kebangkitan kita, maka kita memiliki kemauan dan kemampuan untuk melakukan kesalehan (bandingkan dengan Efesus 2:1-10; 1 Yoh. 3:1-10: Kol. 3:5-10; Rom. 6:1-23).

2. Pada ayat ke 4. Mengambil bagian dalam kodrat ilahi. Kata ilahi “theias” dan kata ini di perjanjian baru hanya dipakai di 2 Petrus. 1: 3 dan 4, yaitu pada Tuhan Yesus pada ayat ke 3, dan kepada kita orang percaya pada ayat ke 4.Tetapi antara kita dan Tuhan Yesus ada perbedaannya, yaitu Tuhan Yesus memang Ia adalah ilahi “theias”, dan kita adalah orang-orang yang telah mengambil bagian dalam kodrat ilahi “theias”.

Melihat seluruh kalimat awal ayat 4 “dengan jalan itu” maka ini menunjuk kepada ayat 3 akhir, yaitu “oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib”.  Ini berarti melalui karya Tuhan Yesus, kita dapat mengenal Tuhan Yesus dan melalui pengenalan kita akan Tuhan Yesus kita beroleh janji-janji dan janji-janji ini memiliki tujuan supaya kita memperoleh bagian kodrat ilahi. Jika dibandingkan dengan Yohanes 1:12-13 dan Yohanes 6:44,65, maka kita memperoleh kodrat ilahi dalam status kita yang adalah anak Allah, seperti Tuhan Yesus yang adalah Anak Allah. Seperti “theias” pada Yesus memang karena Dia adalah “Theias” yang adalah Anak Allah, sedangkan kita beroleh “Theias”, yang kita dapatkan karena kita percaya Yesus , sehingga kita menerima kuasa menjadi anak-anak Allah.

Dan setelah itu akhir dari ayat 4 ada kalimat penghubung “dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”. Ini berarti kita yang adalah manusia secara jasmani tidak bisa lagi bebas berbuat dosa atau menikmati setiap hawa nafsu, seperti yang dilakukan nabi-nabi dan guru-gur palsu pada pasal 2 ayat 2,3, 13 dan 14, karena kita adalah sekaligus rohani, yang memiliki kodrat ilahi. Yesus yang adalah Anak Allah, selama keberadan-Nya di bumi sebagai manusia, Ia selalu melawan dosa. Demikian juga kita sebagai anak-anak Allah, yang memiliki kodrat ilahi.

Kodrat ilahi yang kita peroleh juga akan menolong kita untuk dapat menjauhi hawa nafsu duniawi, melalui kesaksian Roh Kudus yang ada di dalam kita “… tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru : ‘ya Abba, ya Bapa!’Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anaak Allah” (Rom. 8:15b-16)

3. pada ayat ke 5. Iman yang ditambahkan dengan tindakan yang nyata.

Kalimat: “Justru karena itu” (ayat 5) menunjukkan bahwa kita sekarang tidak ada lagi pemisah yang bertentangan antara jasmani dan rohani berdasarkan penjelasan di atas, maka dengan demikian iman kita pun bukan iman yang tidak nyata dalam kehidupan sehari-hari, justru iman kita harus dapat terlihat jelas dalam kehidupan sehari-hari. Iman kita ini harus direalisasikan dengan kebajikan (perbuatan baik), dengan pengetahuan (knowledge), dengan penguasaan diri (self-control),dengan  ketekunan (setia terus untuk taat),dengan kesalehan, dengan kasih akan saudara-saudara seiman dan dengan kasih akan semua orang  (ayat 5-7). Enam perbuatan tersebut itu adalah satu kesatuan, bukan suatu urutan yang mana yang lebih dahulu dilakukan. Seperti buah Roh di Gal 5:22-23, satu buah, tetapi ada sembilan perbuatan. Demikian juga pada 2 Petrus 1:5-7, dari satu iman menjadi terlihat nyata dari enam perbuatan (bandingkan dengan Yak 2:17:  “jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” ). Nah, saat kita melakukannya, maka kita berhasil dalam pengenalan kita kepada Tuhan Yesus (ayat 8). Jadi, bukti nyata kita mengenal Tuhan Yesus adalah, bukan terletak pada pengetahuan kita, tetapi terletak dari perbuatan kita.  

Oleh Karena Tuhan Yesus menganugerahkan semuanya itu yang tertulis di ayat 3-4 dengan tujuan supaya kita dapat melakukan ayat 5-7. Berarti pengenalan kita akan Tuhan Yesus akan semakin sempurna yaitu saat kita melakukan kehidupan kita sehari-hari sebagai tindakan jasmani dan sekaligus merupakan tindakan rohani dan menindakan iman kita sehari-hari dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Semoga kita dimampukan Tuhan untuk melakukan segala sesuatu yang ukurannya berkenan di hadapan Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencintai Tuhan Karena Mengenal Tuhan, Ulangan 6:5

Catatan Kotbah: Murid Kristus Yang Sejati. Yohanes 6:60-71

Hidup bergaul dengan Tuhan