YESUS PUSAT PEMBUKTIAN KASIH ALLAH
Keselamatan
Yang Pasti
Roma 5:5-11
Pendahuluan
Apa yang
selalu menghinggapi kita sebagai manusia? rasa bersalah.
Rasa
bersalah muncul, karena kita tidak lepas dari melakukan kesalahan dan akhirnya membuat
kita mengakui bahwa kita orang bersalah, namun bersalah kepada siapa? Kepada Allah.
Karena ada Allah Maha Benar atau Dialah kebenaran itu, maka setiap tindakan dan
prilaku dan perkataan kita bahkan yang terbetik dihati dan pikiran kita sedang
diperhadapkan di hadapan-Nya, Sang Maha Benar, sehingga kita selalu merasa
bersalah atau berdosa kepada-Nya. Karena itulah ravi zakharia sewaktu
mewawancarai mahasiswa atheis, kenapa ia menolak keberadaan Allah, maka
mahasiswa tersebut menjawab, karena ada Allah, membuat dirinya selalu merasa
berdosa. Lakukan ini salah lakukan itu salah, serba salah, kenapa? Karena Dia maha
benar, Dia menuntut yang sempurna.
Rasa
bersalah inilah yang membuat kebanyakan orang tidak yakin jika ia mati masuk
sorga, bahkan orang baik sekali pun..
Namun
berdasarkan Roma 5:5-11
Kita yang
percaya Tuhan Yesus kita memiliki pengharapan yang pasti. Pengharapan tentang
apa, tentu tentang kerselamatan. Sedangkan pengharapan itu adalah sesuatu yang
tidak kita lihat sekarang, namun kelak kita akan lihat. “Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi
pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih
mengharapkan apa yang dilihatnya?” Roma 8:24
Pada ayat 5 dijelaskan
bahwa pengharapan kita tidak mengecewakan/tidak akan mempermalukan kita (kata
yang sama dipakai di 9:33: “…dan siapa yang percaya kepada-Nya tidak akan dipermalukan”. 10:11: “…Barangsiapa yang
percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan”). Mengapa?
Karena
pengharapan kita berdasarkan kasih Allah:
1. Kasih
Allah telah dicurahkan, kata dicurahkan, memakai kata Yunaninya
“ekkeksutai” dari kata ekkseo. kata ini
juga dipakai di mark 14:24 “ditumpahkan” pada Tit 3:6 “dilimpahkan-Nya”. Dicurahkan/ditumpahkan/dilimpahkan.
Tindakan dari atas ke bawah, seperti peristiwa di matius 26:7, seorang
perempuan yang membawa minyak dan mencurahkannya ke atas kepala Yesus. Ini
menunjukkan tindakan dari atas ke bawah, yaitu dari Allah kepada manusia,
sedangkan yang menerimanya pasif, yang mencurahkanlah yang aktif, dan ini
adalah inisiatif yang menucurahkan bukan yang menerimanya. Ini adalah murni
inisiatif Allah sewaktu Ia memutuskan untuk mencurahkan kasih-Nya kepada kita.
Kata
ditumpahkan, : dicurahkan dengan volume atau jumlah yang sangat banyak. Mat
26:28 “sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak
orang…” Mark 14:24 “inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi
banyak orang”. Karena itu di Titus 3:6
diterjemahkan “dilimpahkan”
Dan juga memakai kata telah dicurahkan= ini
bukan hanya menunjuk kepada kasih Allah melalui karya pengorbanan Yesus Kristus
di kayu salib, tetapi kasih Allah terus berlangsung sampai saat ini (dari masa
lampau sampai saat ini dan seterusnya), yaitu melalui Roh Kudus yang telah
dikaruniakan kepada kita
Berdasarkan
kasih Allah lah kita memiliki pengharapan yang pasti (kita tidak terkecewakan,
karena past dan kita tidak dipermalukan karena pasti). Karena Allah bukanlah
manusia, yang hari ini berkata mengasihi kita, besok bisa berubah berkata
membenci kita. Allah telah memilih untuk mencurahkan/menumpahkan secara
berlimpah kasih-Nya kepada kita maka Ia akan terus mengasihi kita.
2. Kasih
Allah dicurahkan bukan karena kita layak menerimannya. Karena kita sebelumnya
adalah:
a. masih lemah (6): beberapa terjemahan
menterjemahkan “masih tanpa kekuatan”dan juga“masih tanpa pertolongan” dapat
diartikan ini dikarenakan melihat diri yang tidak akan mungkin dapat memberi pertolongan
karena lemah dan tanpa kekuatan.
Kitab Roma
menunjukkantiga jalan menuju sorga: perbuatan baik Roma 2:6-7. Dan melakukan
hukum taurat 2:13, beriman kepada Yesus Kristus 3:22-25. Jalan pertama dan
kedua, sudah terbukti manusia tidak bisa memenuhinya, manusia lemah, tanpa
kekuatan sehingga tanpa pertolongan untuk menolong dirinya sendiri dengan
perbuatan baik dan hukum taurat.
b. (6) orang
durhaka: orang-orang yang melawan Allah. Kata durhaka ini digunakan juga di 2
pet 2:5 (orang-orang zaman Nuh) dan 2 pet 3:7, orang-orang fasik. Orang-orang
yang melawan perintah Allah
c. ayat 8, ketika
kita masih orang-orang berdosa/ masih terus melalukan dosa, maka kita disebut pendosa.
Kata “masih berdosa” dapat diartikan “pendosa”
d.ayat 10,
kata “seteru”, atau dapat diartikan musuhnya Allah. Atau yang selalu memusuhi
Allah
ini
menunjukkan, bahwa Allah mengasihi kita bukan karena kita, atau ada apa pada
kita, tetapi karena Dia memilih untuk mengasihi kita. “…Aku akan menaruh belas
kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati
kepada siapa Aku mau bermurah hati. Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak
orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah” RM 9:15-16
3. Kasih
Allah telah dibuktikan-Nya. Yaitu melalui Yesus (ayt 6-8), dibandingkan dengan
1 Yoh 1:8b-10 “sebab Allah adalah kasih. Dalam hal inilah kasih Allah
dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang
tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan
kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan
yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamai dosa-dosa kita.”
4. Kasih
Allah terus berlanjut 9-11
Kata
“lebih-lebih” ayat 9 dan ayat 10.
Lebih-lebih
di ayat 9, dulu kita orang berdosa dikasihi-Nya, melalui Yesus Kristus, apa
lagi sekarang setatus kita bukan lagi orang berdosa, tetapi orang yang telah
dibenarkan, karena darah Yesus, pasti Tuhan akan terus mengasihi kita. Hanya
yang berdosa yang menerima murka Allah, sedangkan kita bukan lagi orang berdosa
tetapi orang benar, maka kita tidak akan terkena murka Allah.
Lebih-lebih
di ayat 10 , dulu kita adalah seteru atau musuh Allah namun dikasihi Allah,
melalui Yesus Kristus, apa lagi kita sekarang sudah diperdamaikan oleh kematian
Yesus Kristus. Kata diperdamaikan dengan Allah dan kata sekarang telah
diperdamaikan, dalam bahasa aslinya juga dapat diartikan dipertukarkan, jadi
maksudnya Allah telah menukarkan dosa kita dengan kematian Yesus Kristus,
hukuman yang harus kita terima sebagai musuh Allah yaitu kematian, maut (5:12),
namun Allah telah menukarnya dengan Yesus
yang mati untuk kita, dan kebenaran Yesus, yang telah hidup ditukarkan Allah
menjadi kebenaran kita. Kebenaran Yesus menjadi kebenaran kita. Roma 5:18-19
Jadi, setatus
kita bukan lagi musuh tetapi orang yang sudah berdamai dengan Allah dan Allah mau
berdamai dengan kita. Ayat 11
Nah inilah
yang membuat kepastian pengharapan kita mengenai keselamatan kita, melalui
Tuhan kita Yesus Kristus, dan berdasarkan kasih Allah, dan bukan berdasarkan
usaha kita atau berdasarkan pada diri kita sendiri.
Komentar
Posting Komentar