Kelahiran Tuhan Yesus Menunjukkan bahwa bagi Dia tidak ada yang mustahil
Sebab Bagi Allah
Tidak Ada Yang Mustahil
Lukas 1:26-38
Pendahuluan
Ada ahli mengatakan
bahwa pusat dari Alkitab adalah Tuhan Yesus. Dan pusat dari sejarah adalah
Tuhan Yesus. Hapuskan Yesus dari Alkitab, maka semua firman Tuhan ini menjadi
firman pembohong artau yang berfirman tidak sanggup untuk mewujudkan, karena
isi perjanjian Lama berbicara mengenai pengharapan keselamatan yang dijanjikan
Allah, yang melalui Yesus Kristus, Yesus tidak ada, maka Allah berbohong,
sedangkan Perjanjian Baru adalah penggenapan janji Allah, Yesus tidak ada, maka
tidak ada Perjanjian Baru, dan ini berarti tidak ada penggenapan, maka ini
adalah penipuan atau ketidaksanggupan yang berjanji.
Seperti kita, kalau
kita berjanji, ada dua kemungkinan, bisa kita tepati atau tidak bisa kita
tepati. Mengapa? Karena kita tidak maha kuasa. Mungkin sewaktu kita berjanji,
kita berjanji dengan serius untuk menepatinya, namun apa daya, sewaktu mau
menepati ada halangan, mungkin terjadi hujan yang sangat lebat, atau mungkin
tiba-tiba motor kita rusak attau mungkin terjadi kemacetan yang parah sekali,
sehingga tidak dapat menepati janji. Manusia itu adalah makluk sosial, makluk
yang tidak terikat hanya oleh satu orang tetapi terikat oleh banyak orang, jadi
saat dia mau menepati janjinya, dia bisa terbentur dengan ikatan yang lainnya.
Contoh, tiba-tiba anak sakit (ada ikatan orang tua dan anak), atau tiba-tiba
kita kedatangan saudara kakak atau adik kita atau orang tua kita (ada ikatan
persaudaraan). Dan masih banyak lagi hal yang membuat manusia bisa menepati
janjinya dan bisa tidak.
Tetapi, Allah adalah
maha kuasa, oleh karena itu Dia mengatur semuanya supaya janji-Nya dapat
tergenapi, dan Dia tidak terikat oleh siapa pun dan tidak tergantung siapa pun,
oleh karena itu tidak ada siapa pun yang dapat menghalangi janji-Nya. Dan
janji-Nya yang telah digenapi-Nya adalah kedatangan Tuhan Yesus ke dunia
melalui rahim perempuan perawan yang bernama Maria. Janji ini telah
diberitahukan oleh nabi Yesaya (7:14) 700 tahun sebelum kelahiran Tuhan Yesus.
Namun dalam
menggenapi janji-Nya. Allah yang mahakuasa memakai manusia.
Ini bukan karena Ia
bergantung pada manusia, tetapi ini merupakan kemahakusaan-Nya, dalam
kemahakuasaan-Nya, Ia memilih manusia siapa yang dikehendaki-Nya dan manusia
tidak dapat menolak kehendak-Nya. Contoh seperti, Musa, Yunus, Yesaya, Yeremia
dan lain-lainnya
Pembahasan
Karena itulah Ia
memakai Maria. Siapa Maria?
Hanya seorang
perempuan yang belum menikah (tidak diperhitungkan)
Tinggal di Nazaret,
kota yang hina (yoh 1:45-46)
Bukan dari kaum
bangsawan, tetapi rakyat jelata
Dan bukan juga orang
berpendidikan, bukan ahli taurat atau orang farisi, atau seorang filsuf.
Dan bukan juga orang
suci, tanpa dosa
= inilah yang membuat
Maria takut saat Gabriel datang padanya (29-30), dia bukan seorang nabiah, dan
bukan juga kaum rohaniawan, dan sudah
400 tahun Tuhan tidak berfirman.
Namun Allah
memilihnya untuk menggenapi janji-Nya kepada kita, yaitu janji mengenai
Juruselamat (Luk 2:11) melalui seorang perawan, yaitu Maria.
Mengapa Maria,
mengapa bukan yang lain, apakah Maria lebih baik dan lebih layak? Jawabannya
adalah hanya Kasih karunia dari pihak Allah (30). Telah dijelaskan di atas,
Maria tidak memenuhi kriteria, namun Allah tetap memilihnya.
Demikian juga dengan
kita, Allah sedang menjalankan atau menggenapi rencana-Nya, dan Dia sedang
memakai orang-orang pilihan-Nya, yaitu kita. Tidak peduli siapa kita, apa latar
belakang kita, apa pendidikan kita, apa status sosial kita dan apa
kelemahan-kelemahan kita. Ditangan-Nya semua yang dinggap orang tidak
mungkin menjadi mungkin. Batu ditangan
saya, tetap sebagai bongkahan batu, namun di tangan Michelangelo, batu marmer
menjadi menjadi pahatan yang indah the virgin Mary
Kayu
ditangan saya tetap hanya sebagai kayu, namun bagi tukang kayu, kayu bisa jadi
meja, kursi, mimbar dan lain-lain.
Ditangan Tuhan kita
bisa jadi alat-Nya, yang bergunan bagi rencana-Nya
Seperti Agustinus
seorang Bapa gereja pada abad ke 4, yang pemikirannya dipakai oleh
teolog-teolog dari Protestan dan katolik sampai pada saat ini, yang sebelum
bertobat adalah seorang yang hidup dalam percabulan dan jauh dari Tuhan. Namun
ia bertobat hanya karena seorang anak kecil yang bernyanyi ambil bacalah-ambil bacalah,
maka ia mengambil Alkitab dan membaca Roma 13:13-14, dan terjadilah petobatan.
Dari sejak saat itu Augustinus mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk melayani
Tuhan, sehingga terbentuklah pemikiran-pemikiran yang sangat berpengaruh di
dalam gereja, termasuk peristiwa reformasi gereja yang dicetuskan oleh Martin
Luther pada abad 16 adalah hasil salah satunya dari pembelajaran Martin Luther
terhadap pemikiran-pemikirannya Agustinus. Di mana Martin Luther adalah
biarawan dari Agustinian. Jadi untuk menjalankan rencana-Nya dalam meroformasi
gereja pada abad 16, Allah telah memakai anak kecil untuk bernyanyi “ambilah
dan bacalah” pada abad yang ke 4.
Namun kita harus
percaya Tuhan.
Ayat 37 ”Bagi Allah
tidak ada yang mustahil”
Maria belum belum
bersuami. Pada umumnya dan wajarnya,
seorang perempuan hamil adalah karena ia telah bersuami atau karena berhubungan
badan dengan laki-laki. Karena itu maria menyanggah “karena aku belum bersuami”
(ayt 34)
Tuhan menjelaskan
namun tetap saja penjelasan Tuhan tidak bisa dapat dimengerti oleh Maria, walau
pun Tuhan memberikan contoh Elisabet yang hamil pada masa tuanya, karena
Elisabet memiliki suami, yaitu Zakharia. Oleh karena itu malaikat utusan Tuhan
ini menutup penjelasannya, yang merupakan penjelasan yang masuk akal dan
menjawab setiap keraguan: “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”.
Penjelasan yang terakhir ini yang membuat Maria berkata “jadilah padaku menurut
perkataanmu…”
Demikian juga kita,
banyak peristiwa dan keadaan yang sering sekali kita tidak menemukan penjelasan
yang dapat kita terima, namun untuk menjawab semua keraguan kita adalah“Sebab
bagi Allah tidak ada yang mustahil” di sinilah peran iman. Iman yang mengerti
yang diimaninya, yaitu iman yang berdiri diatas kebenaran, yaitu bagi Allah tidak
ada yang mustahil. Jangan lihat diri dan jangan lihat keadaan, tetapi lihatlah
Allah, maka kita menemukan pengharapan yang pasti, dan kepastian. Karena
bagi-Nya tidak ada yang mustahil.
Bukti kepercayaan
kita kepada Allah:
Tunduk dan berserah
“Sesungguhnya aku ini
adalah hamba Tuhan…”
Hamba tidak punya
hak, dia hanya punya kewajiban, yaitu tunduk kepada tuanya, hanya melakukan apa
yang dikehendaki tuanya. Tuhan kita adalah Allah, maka bukti kita percaya
kepada Allah adalah kita tunduk dan melakukan apa yang Ia kehendaki.
“…jadilah padaku menurut perkataanmu”, suatu
sikap yang berserah namun penuh kepercayaan kepada Allah.
Penutup
Percayalah
kepada Allah karena bagi-Nya tidak ada yang mustahil, Dia sanggup menjadikan
apa yang tidak mungkin bagi manusia menjadi mungkin bagi Allah. Dan teruslah
melakukan perintah-Nya karena Dia adalah Allah kita
Komentar
Posting Komentar