Yesus adalah pusat prinsip kesatuan anak-anak Tuhan



Prinsip Kesatuan Anak-anak Allah
Filipi 2:12-18
Pendahuluan
Alexander Agung dari Mekadonia berhasil mempersatukan seluruh tanah Yunani dan membentuk pasukan yang hebat. Yunani di bawah kepemimpinan Alexander Agung dapat mengembangkan kekuasaannya sampai ke India, namun setelah ia mati, kerajaan Yunani terbagi menjadi empat bagian.
Tentu kita juga pernah dengar tokoh sejarah di Indonesia yang berhasil mempersatukan Nusantara, yaitu Gajah Mada dengan sumpah Palapanya. Gajah Mada dengan kehebatannya berperang akhirnya dapat memenuhi sumpahnya yaitu mempersatukan Nusantara. Tetapi setelah ia mati, Nusantara terpecah-pecah.

Alkitab juga menceritakan tokoh yang dapat mempersatukan dua belas suku Israel, yaitu Daud, ia dapat mempersatukan dua belas suku Israel dan Salomo anaknya Daud meneruskannya, namun setelah Salomo mati, Israel terbagi menjadi dua kerajaan. 

Dari contoh-contoh di atas memberikan pengertian bahwa kewibawaan atau karisma seorang pemimpin dapat mempersatukan bermacam-macam perbedaan. Semua perbedaan menjadi berjalan bersama-sama karena pengaruh karisma atau wibawa seorang pemimpin.

Namun, justru hal ini yang dikawatirkan oleh Rasul Paulus. Kewibawaan dan karisma rasul Paulus membuat jemaat Filipi bergantung pada dirinya, sehingga saat ia tidak hadir atau bahkan mungkin akan mati, maka jemaat Filipi akan terpecah-pecah. Kita dapat melihat pada ayat 12, di awal ayat 12 dalam bahasa Yunaninya ada kata “Ωστε” (Sebab itu). Oleh karena itu ayat 12-18 masih berhubungan dengan ayat 1-11. Pada ayat 1-11 rasul Paulus memberikan nasehat supaya mereka bersatu. Hal ini menujukkan bahwa di jemaat Filipi sudah ada indikasi adanya perpecahan dalam jemaat. Mengapa perpecahan mulai terjadi di Filipi? Penyebabnya karena rasul Paulus tidak hadir di tengah-tengah jemaat Filipi. “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat... bukan saja sewaktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir”. Dari ayat 12 tersebut kita mendapatkan petunjuk bahwa jemaat Filipi senantiasa taat (berarti termasuk mentaati perintah untuk bersatu) saat rasul Paulus hadir ditengah-tengah jemaat Filipi, karena itulah rasul Paulus mengajak jemaat untuk tetap taat walau pun rasul Paulus tidak hadir. Kekawatiran rasul Paulus juga dapat kita lihat di ayat 19, di mana rasul Paulus mengutus Timotius.

Rasul Paulus sangat paham sekali jika kesatuan anak-anak Tuhan karena kewibawaan seorang pemimpin maka yang ada adalah perpecahan anak-anak Tuhan (ini dapat dilihat dari suratnya ke jemaat Korintus, 1 Korintus. 1:10-13; 3:1-9). Oleh karena itulah rasul Paulus mengarahkan kepada jemaat Filipi pada saat itu dan kepada kita sekarang untuk bersatu bukan karena kewibawaan atau karisma seoramg pemimpin tetapi karena Allah.

1.  KESATUAN KITA BUKAN BERDASARKAN KEWIBAWAAN ATAU KARISMA HAMBA TUHAN TETAPI KARENA ALLAH

Pada ayat 12, Rasul Paulus memuji jemaat Filipi, jemaat filipi adalah jemaat yang senantiasa taat kepada rasul Paulus, namun jemaat Filipi melakukannya karena ada kehadiran rasul Paulus (ini dapat kita lihat dari kalimat “bukan saja seperti aku masih hadir”). rasul Paulus sadar benar, bahwa sikap seperti itu tidak boleh terus dipertahankan. Mereka seharusnya taat walau pun rasul Paulus tidak hadir. Alasannya apa?:

A. Karena Paulus tidak akan mungkin selalu bersama-sama mereka.
Ini berbicara mengenai keterbatasan manusia, sehebat-hebatnya rasul Paulus, tetap saja ia manusia, sehebat-hebatnya hamba Tuhan, tetap saja ia manusia, yang pasti punya kerterbatasan. Salah satunya keterbatasan terhadap ruang dan waktu.

 Kita tahu bahwa Surat Filipi ini ditulis saat Paulus sedang dipenjara (Ps 1:13,17) sehingga tidak mungkin Paulus dapat memantau mereka, mengarahkan mereka, mengajari mereka, menaseheti mereka dan menguatkan mereka secara langsung. Apa lagi ada kemungkinan dia akan dihukum mati di penjara Roma (Ps 1:12; 2:17). Jadi, ada kemungkinan rasul Paulus tidak akan datang kembali ke Filipi. Oleh karena itulah rasul Paulus menasehati mereka untuk tidak bergantung pada kehadirannya. Di Filipi 1:27 Paulus menuliskan “...supaya aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar”, ada kerinduan Paulus yang tersirat di ayat ini, yaitu jemaat filipi mengalami kemajuan walaupun ia tidak hadir namun ia dapat mendengar kabar kemajuan jemaat di Filipi. Di ps 2:12 dia lebih mempertegas lagi “tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir”. Rasul Paulus mengarahkan jemaat Filipi untuk bergantung kepada Allah saja. Kenapa?

B. Karena Allahlah Yang Mahahadir.
Mari kita melihat di ayat 12, rasul Paulus memerintahkan mereka untuk tetap mengerjakan keselamatan mereka dengan takut dan gentar: “tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar. Saudara-saudara Kata “Kerjakanlah” dari kalimat kerjakanlah keselamatanmu (ayt 12), bukan sedang berbicara bahwa keselamatan yang Tuhan telah anugerahkan kepada kita belum sempurna dan sangat bergantung kepada andil kita. Sehingga terkesan jika kita tidak mengerjakan keselamatan kita tersebut dengan takut dan gentar maka kita tidak memperoleh keselamatan. 

Kata “kerjakanlah” berasal dari kata “KATERGAZOMAI”, yang juga memiliki arti menunaikan, jika dibandingkan dengan ayat 15, ada pejelasan “sebagai anak-anak Allah” dalam kalimat Yunaninya lebih tepat diterjemahkan anak-anak Allah yang telah menjadi  tidak beraib dan tidak bernoda. Nah, ini berarti kata kerjakanlah atau Katergazomai lebih tepat diartikan tunaikanlah setatus kita yang sudah diselamatkan atau hidupilah keberadaan kita yang adalah anak-anak Allah yang tidak beraib dan yang tidak bernoda. Jadi, hidupilah keberadaan kita sebagai anak-anak Allah yang tidak beraib dan tidak bernoda, dikatakan “dengan takut dan gentar”.

Takut dan gentar ini tentunya tidak lagi ditujukan kepada Paulus, karena Paulus menuliskan “tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir”. Jadi, rasul Paulus memerintahkan mereka dengan lebih lagi takut dan gentar saat paulus tidak hadir di tengah-tengah jemaat. Jadi, sifat lebih lagi untuk takut dan gentar tersebut ditujukan kepada siapa? Tentunya itu diarahkan kepada Allah. Rasul Paulus ingin mengarahkan pusat perbuatan mereka yang sebelumnya kepada Paulus sekarang kepada Allah, Karena Allah adalah Mahahadir, sedangkan rasul Paulus tidak maha hadir, Allah ada dimana-mana sehingga semua yang kita sedang perbuat sedang kita perbuat di hadapan Allah CORAM DEO, bukan kepada hamba Tuhan yang hanya manusia. Takut dan gentar ditujukan kepada Tuhan juga karena penjelasan di ayat 13.

C. Karena Allahlah Sumbernya.
Ada kata “Karena Allahlah”. Ini sangat jelas sekali bahwa ayat 12 sangat bergantung pada ayat 13. kata “mengerjakan” dalam kalimat karena Allahlah yang mengerjakan memakai bahasa Yunani: Ho Energon, yang artinya satu-satunya energi, atau satu-satunya kuasa yang dapat menghasilkan di dalam kita baik kemauan dan pekerjaan. Kata ho energon atau mengerjakan dan kata kemauan dan pekerjaan di ayat 13 juga memakai kata kerja present tens, berarti setiap saat Allahlah satu-satunya energi atau kuasa yang menyebabkan keinginan dan tindakan kita tiap saat dan setiap hari yang sesuai dengan menurut kerelaan-Nya. Jadi, setiap keinganan kita dan akhirnya kita mampu menghidupi setatus kita sebagai anak-anak Allah kapan pun itu, itu disebabkan hanya oleh karena kuasa Allah. Bukan karena hebatnya hamba Tuhan berkotbah, mengajar, memberi nasehat, memperhatikan dan sebagainya. Jelas, itu dikarenakan hanya karena kuasa Allah, yang adalah satu-satunya penyebab.
Karena itulah kita harus lebih takut dan gentar terhadap Allah, karena Dialah sumbernya sehingga kita berkeinginan dan mampu menghidupi keadaan kita sebagai anak Allah yang tidak beraib dan tidak bernoda dengan menjalani kehidupan yang bersatu. Maksud takut dan gentar, ini memiliki makna, kita begitu kagum dan hormat kepada Allah, karena Dialah satu-satunya kuasa yang menyebabkan dan semuanya terjadi sesuai dengan kehendak-Nya.

Rasul Paulus juga sangat menyadari bahwa ia pun dapat menanggung segala sesuatu itu karena kuasa-Nya Tuhan Ps 4:12-13: “AKU TAHU APA ITU KEKURANGAN DAN AKU TAHU APA ITU KELIMPAHAN. DALAM SEGALA HAL DAN DALAM SEGALA PERKARA TIDAK ADA SESUATU YANG MERUPAKAN RAHASIA BAGIKU; BAIK DALAM HAL KELAPARAN, BAIK DALAM HAL KELIMPAHAN MAU PUN DALAM HAL KEKURANGAN. SEGALA PERKARA DAPAT KUTANGGUNG DI DALAM DIA YANG MEMBERI KEKUATAN PADAKU”. 

Kata energon juga dipakai di Galatia 2:8 “KARENA IA YANG TELAH MEMBERIKAN KEKUATAN (ENERGEO BENTUK KATA KERJA DARI KATA ENERGO) KEPADA PETRUS UNTUK MENJADI RASUL BAGI ORANG-ORANG BERSUNAT, IA JUGA YANG TELAH MEMBERIKAN KEKUATAN KEPADAKU UNTUK ORANG-ORANG YANG TIDAK BERSUNAT” Ini menunjukkan bahwa paulus bisa begitu giat memberitakan Injil kepada orang-orang tidak bersunat itu karena kekuatan Allah.

Di surat Paulus kepada Jemaat Korintus, Paulus juga mengakui bahwa pertumbuhan jemaat adalah urusannya Allah “AKU MENANAM, APOLOS MENYIRAM, TETAPI ALLAH YANG MEMBERI PERTUMBUAHAN” 1 Kor 3:6.
Pada Ps 1:5-6, kita menemukan penjelasan bagaimana Paulus sangat menyadari bahwa ketaatan dan kesetiaan jemaat Filipi terhadap Injil dari saat terbentuknya jemaat tersebut  sampai surat kepada jemaat Filipi tersebut dibuat dan pada akhirnya sampai Yesus Kristus datang ke dua kali, semuanya itu adalah karyanya Allah semata, bukan karena usaha rasul Paulus atau usaha manusia.
Jadi jelas, Pertumbuhan jemaat adalah semata-mata dikarenakan Karya Allah, termasuk salah satunya pertumbuhan jemaat dalam menjalani kehidupan yang bersatu dan kemampuan hamba Tuhan untuk dapat melakukan pelayanannya itu pun hanya karena karya Tuhan.
Saya pernah mendengar kesaksian dari seseorang Majelis dari salah satu gereja di jakarta, waktu itu ia datang ke salatiga bersaksi di salah satu gereja di salatiga, dalam kesaksiannya ia berkata, lakukanlah bagian kita dengan sungguh-sungguh dan sisanya biarlah Tuhan yang mengerjakannya. Sewaktu saya mendengar kesaksian ini saya kaget, loh kok, berarti jikalau tidak ada sisanya, maka Tuhan tidak diperlukan lagi ya. Seorang Teolog Reformed Erwin W. Lutzer dalam bukunya sepuluh kebohongan tentang Allah mengkritisi pemahaman tersebut, dia menuliskan bahwa pernyataan itu di dasarkan pada asumsi kemampuan, yaitu bahwa sebenarnya ada sesuatu yang bisa Anda lakukan; Anda bisa mengambil langkah pertama. ... selanjutnya Lutzer menuliskan Allah selalu mengambil langkah pertama. 

Jelas, dari ayat 13 kita mendapatkan pemahaman bahwa Allahlah satu-satunya kuasa yang menyebabkan kita memiliki keinginan dan akhirnya mampu melakukan tindakan, yaitu menghidupi keadaan kita sebagai anak-anak Allah dengan takut dan gentar, dan salah satunya dapat menghidupi kesatuan anak-anak Tuhan. Jadi, tidak ada istilah sisanya bagian Tuhan, dari awal sampai akhir Tuhanlah yang berkarya.

Mungkin akan timbul pertanyaan, Jikalau Tuhan yang berkarya dari awal sampai akhirnya, dan Tuhanlah yang menyebabkan baik keinginan dan pekerjaan, untuk apa perintah di ayat 12?
Pertama, Ini yang harus terus kita ingat, Alkitab berisi perintah-perintah Allah, namun juga mengajarkan tentang Anugerah Allah. Tanggung jawab dan Anugerah, dua hal yang sama-sama diajarkan oleh Alkitab. 

Kedua, Perintah (tanggung jawab manusia) tidak akan mungkin dapat dilakukan manusia, jika tidak ada anugerah Allah. Namun Anugerah Allah tanpa perintah Allah, akan menjadikan manusia kacau balau, tidak ada arahan, tidak ada standar sebagai ukuran dan tidak ada sesuatu yang dituju. Karena itulah Perintah dan Anugerah Allah saling berkaitan.

Ketiga, Allah tidak akan mungkin gagal, Dia pasti mampu menjadikan kita sesuai dengan keinginan-Nya. Anugerah Allah tidak akan mungkin gagal Irresistible of grace
Karena ada anugerah Allah, ada harapan bahwa kita akan mampu untuk melakukan perintah Allah, jika akhirnya kita mampu melakukan peritah Allah, kita akan tetap rendah hati, karena Tuhanlah yang mengerjakannya. Ini prinsip yang harus kita pegang. 

Memang semuanya itu berbicara proses, tidak tiba-tiba kita mampu mengerjakan perintah Allah. Karena itulah Alkitab menyebut, kata berbuah, bertumbuh, semakin maju, terus menerus diperbaharui, semakin dewasa. Dan sebagainya.
Jadi, jelas kesatuan kita anak-anak Tuhan bukan karena karisma atau wibawa hamba Tuhan, tetapi karena Tuhan yang Maha Hadir dan karena Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga hanya Ia sajalah yang dapat terus memantau kita dan mempersatukan kita.

2. Bersatu bukan lagi karena motif apa yang didapat  tetapi bersatu karena memiliki status anak Allah (14-18)
Pada Perikop sebelumnya rasul paulus membahas bahwa di Filipi ada perpecahan, perpecahan tersebut dikarenakan adanya jemaat mencari kepentingannya sendiri, mencari puji-pujian bagi dirinya sendiri, menganggap dirinya lebih utama dari yang lain (tinggi hati lawan dari rendah hati) dan hanya memperhatikan kepentingannya sendiri. (Ps 2:3-4). 

Karena itulah rasul paulus dalam ayat 14 memerintahkan “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantah” jika kita bandingkan dengan ayat 3-4, peritah tersebut karena adanya perpecahan. 

Melakukan sesuatu dengan sungut-sungut dan berbantah-bantah, karena tidak sesuai dengan kepentingannya sendiri, tidak mendapat puji-pujian jika melakukannya dan karena tidak menjadikan dirinya yang lebih utama (harus paling dihormati). 

Berarti seandainya,   kepentingannya sendiri terpenuhi, puji-pujian didapatkan, penghormatan yang lebih diperoleh, maka tidak ada sungut-sungut dan berbantah-bantah alias bersatu. Apakah ini dasar kebersatuan tersebut?.

A. Kebersatuan kita bukan lagi berdasarkan hasil apa yang kita peroleh
Saudara-saudara kita hidup di zaman komersial, segala sesuatu dihitung untung rugi. Sejak kecil diiming-iming hadiah kalau bisa meraih juara satu di kelas, sehingga sang anak sungguh-sungguh belajar supaya mendapat hadiah, bukan karena supaya juara satu dikelas, tentunya hadiah yang istimewa yang diiming-imingi , yang membuat sang anak tertarik untuk belajar sungguh-sungguh. Kayak ikan lumba-lumba... pernah lihat ikan lumba-lumba ya, kalau berhasil melakukan perintah ... dapat ikan. Akhirnya setelah besar, semuanya dihitung untung ruginya, kalau saya buat ini saya dapat apa? 

Paham komersial ini juga yang akhirnya masuk dalam gereja, Saya dapat apa di gereja ini? Dan ini sudah terjadi pada zamannya rasul Paulus, seperti ayat 3-4, saya dapat pujiankah, saya dapat penghormatankah, saya dapat apa yang saya butuhkankah (memikirkan kepentingan sendiri)?
Akhirnya prinsip komersial pun sudah menodai prinsip kebersatuan, kebersatuan berpusat pada hasil. Ada slogan, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Slogan ini juga termasuk kebersatuan yang berpusat kepada hasil yang diperoleh: kalau kita bersatu kita teguh. Kalau kita bersatu semua dapat kita kerjakan dengan mudah, kembali lagi kepada hasil ‘semua dapat dikerjakan dengan mudah’, Kalau kita bersatu program-program dapat direalisasikan, berpusat kepada hasil lagi, semua ditujukan kepada hasil. 

Dan ada lagi orang mau bersatu, karena ia tahu kalau bersatu dengan orang-orang ini, atau dengan lembaga ini atau dengan gereja ini, saya akan mendapatkan ini, itu dan lain-lain. Dan lebih parah lagi ada orang yang memaksakan kepentingannya sendiri sehingga ia menggerakkan orang-orang disekitarnya untuk bersatu dengannya sehingga orang-orang tersebut dapat membantunya untuk mewujudkan kepentingannya sendiri, sehingga saat ada orang yang tidak sejalan dengan dia, disikat dan disingkirkan, yang merasa disikat dan mau disingkirkan pun tidak terima, dia balik lagi sikat dan berusaha menyingkirkan, sehingga terjadi perpecahan. Inilah yang juga terjadi di Jemaat Filipi, kita bisa melihat di Ps 1:15-17 adanya orang-orang memberitakan injil untuk kepentingan sendiri, karena dengki, karena perselisihan, dan tidak iklas dan Ps 4:2-3, adanya pemimpin jemaat yang bertengkar.
Rasul Paulus mengarahkan jemaat untuk bersatu karena mereka adalah anak-anak Allah (ayt 15). Demikian juga kepada kita sekarang... Mari kita bersatu bukan karena kita akan mendapatkan sesuatu tetapi karena kita anak-anak Allah. Jikalau, diantara kita bersatu karena berharap akan mendapatkan sesuatu, mari kita next level, bersatu karena kita adalah anak-anak Allah  

B. Kebersatuan kita Karena kita anak-anak Allah.
Allah satu tetapi tiga pribadi, Bapa, Anak Dan Roh Kudus, Ketiga Pribadi ini adalah Allah. Berbicara mengenai hakikat Allah, Allah adalah satu, namun jika berbicara mengenai pribadi Allah, maka ada tiga Pribadi. Sama juga jika kita berbicara mengenai hakikat manusia, manusia adalah satu, namun jika berbicara mengenai pribadi manusia, maka ada banyak pribadi manusia.

I. Anak-anak Allah memikirkan kepentingan bersama
Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah tiga pribadi yang berbeda, Bapa merupakan pribadi sendiri, Anak merupakan pribadi sendiri dan Roh Kudus juga merupakan pribadi sendiri. Namun ketiga pribadi ini tidak saling bertentangan, melainkan ketiga pribadi Allah bersatu dan selaras. Bapa tidak berbantah-bantah dengan Anak dan Anak tidak berbantah-bantah dengan Roh Kudus dan begitu juga sebaliknya, kenapa demikian? Karena Bapa tidak memikirkan kepentingan sendiri, Anak tidak memikirkan kepentingan-Nya sendiri, dan Roh kudus tidak memikirkan kepentingan-Nya sendiri, tetapi ketiga pribadi ilahi tersebut memikirkan kepentingan bersama demikian juga seharusnya kita yang adalah anak-anak Allah, seharusnya mengikuti teladan Allah. 

Tuhan Yesus telah memberikan teladan pada ayat 6-9, Dia adalah Allah namun Ia mau merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati di kayu salib. Yesus tidak mempertahankan keadaan sebagai Allah, yang Mahakuasa untuk menolak atau berbantah-bantah, dan tidak sedang memikirkan kepentingan-Nya sendiri sehingga Ia mempertahankan keallahan-Nya, tetapi Ia merendahkan diri dan tidak mempertahankan keallahan-Nya bahkan taat sampai mati kepada Bapa “... untuk kemulian Allah Bapa” (AY 11). Akhirnya Yesus pun dipermuliakan (ayt 9), dan kemuliaan Yesus yang Yesus peroleh adalah kemulian bagi Bapa (ayat 11).  Bapa memikirkan kemuliaan Anak, sehingga memerintahkan Anak untuk menanggalkan keilahian-Nya, dan ketaatan Anak membuahkan kemuliaan bagi diri-Nya, namun saat Anak dipermuliakan melalui semua lutut bertelut semua lidah mengaku : “Yesus Kristus adalah Tuhan”, maka saat itu juga Bapa dipermuliakan

Paulus telah memakai contoh Yesus Kristus tersebut adalah untuk menasehati jemaat Filipi dan kepada kita sekarang supaya bersatu bukan karena hasil yang akan kita dapatkan atau untuk kepentingan sendiri, tetapi karena kita ini adalah anak-anak Allah, anak-anak Allah tidak sedang memikirkan kepentingan-Nya sendiri tetapi untuk kepentingan bersama. 

II. Anak-anak Allah berpedoman pada Firman Tuhan
Kebersatuan anak-anak Allah juga kebersatuan yang harus selalu berpegang pada Firman Tuhan “Sambil berpegang pada firman kehidupan” Berarti, sebagai anak-anak Allah dalam hidup kebersatuan KITA, kebersatuan kita harus berdasarkan Firman Tuhan SOLA SCRIPTURA KATA SAMBIL BERPEGANG ADALAH KATA KERJA PRESENT TENS, BERARTI SETIAP HARI DAN STIAP SAAT KITA HARUS BERPEGANG PADA FIRMAN TUHAN. Inilah yang akan memagari kita untuk tetap bersatu dalam mementingkan kepentingan bersama, dan sikap terus berpegang pada Firman Tuhan juga akan mengembalikan kita kembali jika motifasi kita sudah salah.
Rasul Paulus juga di Filipi bukan hanya menyebut jemaat adalah anak-anak Allah, tetapi menyebut jemaat adalah orang-orang yang memiliki kewargaan sorga “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga” (Ps 4:20), kata kewargaan dalam bahasa Yunaninya di ayat ini “Politeuma” dan dalam kata kerjanya Politeuo, yang dipakai di ps 1:27 yaitu pada kata  hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, jadi dapat diartikan hendaklah hidupmu sebagai warga negara sorga berpadanan dengan Injil. Setiap kewargaan ada hukum atau aturan yang berlaku, aturan atau hukum yang berlaku bagi kita yang adalah anak-anak Allah dan sekaligus sebagai warga negara sorga adalah Injil atau Firman Tuhan.

Tentu hal ini dapat terealisasi jika kita suka membaca Alkitab. Sehingga pemahaman kita bukan hanya tergantung dari penggalian firman Tuhan yang hamba Tuhan bagikan, tetapi juga didapat dari perenungan kita dalam setiap saat teduh kita masing-masing di rumah kita masing-masing. Sudah dijelaskan sebelumnya di ayat 12, rasul paulus ingin jemaat Filipi tidak bergantung lagi tetrhadap rasul Paulus. Jadi, berpegang pada Firman Tuhan bukan lagi apa yang dibagikan oleh rasul Paulus, tetapi mereka sendiri yang mempelajari dan mengerti sehingga mereka terus berpegang pada Firman Tuhan. 

Hamba Tuhan menggali dari Firman Tuhan, kita jemaat juga gali Firman Tuhan, sehingga kita diperkaya Firman Tuhan, dari Hamba Tuhan yang membagikan penggaliannya dan dari penggalian kita sendiri atas Firman Tuhan. Akhirnya, jemaat dan hamba Tuhan bisa sama-sama berjalan di rel Firman Tuhan atau berpedoman pada Firman Tuhan, hamba Tuhan tidak lagi susah menasehati jemaatnya untuk berdiri di atas Firman Tuhan, karena jemaat sudah mengerti Firman Tuhan.
Saya teringat sebuah tulisan di selebaran undangan KKR yang diadakan oleh GRII Jakarta, yaitu “Reformed bukan hanya sebuah selogan. Reformed bukan hanya sebuah organisasi. Reformed adalah sebuah panggilan kepada seluruh gereja untuk berbalik dengan sepenuh hati kepada seluruh kebenaran Alkitab” (saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia). Mari kita Anak-anak Allah bersatu berdasarkan Firman Tuhan.

iii. Anak-anak Allah sukacitanya adalah saat melihat pertumbuhan bersama terjadi         
pada ayat 16-17, bagaimana rasul Paulus bersusah-susah sampai mencucurkan darah (intinya sangat bersusah dan menderita), namun ia bersukacita dengan jemaat Filipi. Pada ayat Ps 2:2, karena itu sempurnakanlah sukacitaku... berarti pada ayat 17, sukacita rasul Paulus adalah saat jemaat Filipi mengalami kebersatuan karena prinsip bahwa mereka anak-anak Allah, pada ayat 18, rasul Paulus mengajak jemaat untuk memiliki sukacita seperti sukacita rasul Paulus.
Setiap kita  pasti akan berusaha untuk mendapatkan apa yang membuat kita bahagia. Namun pada ayat ini, kita sedang diarahkan kepada kebahagian yang dikarenakan kebersamaan. Tidak lagi bersukacita, hanya karena saya berhasil, tidak lagi bersukacita karena anak kita sukses, tetapi bersukacita karena melihat bahwa kita jemaat Tuhan mengalami pertumbuhan bersama-sama karena berprinsip sebagai anak-anak Allah, yang tidak mementingkan kepentingan sendiri tetapi untuk kepentingan bersama. Jadi, bukan lagi hanya tanggung jawab hamba Tuhan, tetapi tanggung jawab bersama, sehingga bersama-sama jemaat dan hamba Tuhan berusaha mewujudkan sukacita bersama, yaitu mewujudkan jemaat yang bertumbuh dan bersatu karena prinsip sebagai anak-anak Allah. Pada akhirnya kita akan seperti bintang yang bercahaya di tengah-tengah dunia yang gelap ini, yang kebersatuan mereka berdasarkan apa yang mereka akan dapat dari kebersatuan tersebut. 

Jikalau semua bengkok maka tidak ada bengkok. Jikalau semua gelap maka tidak ada gelap. Tetapi karena ada lurus, maka yang bengkok dapat diketahui bahwa itu bengkok, dan karena ada terang maka yang gelap dapat diketahui bahwa itu gelap. Demikianlah seharusnya anak-anak Allah, dalam kehidupan mereka yang bersatu membuat orang-orang Duniawi menyadari bahwa mereka bengkok dan gelap, sehingga mereka sadar dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka.
Semoga kita dimampukan Tuhan untuk bersatu karena Hanya bergantung pada Tuhan dan bersatu karena status kita sebagai anak-anak Allah

SOLI DEO GLORIA


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencintai Tuhan Karena Mengenal Tuhan, Ulangan 6:5

Catatan Kotbah: Murid Kristus Yang Sejati. Yohanes 6:60-71

Hidup bergaul dengan Tuhan