Bunuh Diri Berdasarkan Iman Kristen
BUNUH DIRI (berdasarkan Alkitab)
Bunuh diri itu dosa atau tidak?
=> Hukum Taurat yang keenam “Jangan membunuh” (Kel. 20:13).
=> Kejadian 9:6 hukuman bagi manusia yang membunuh manusia, yaitu hukuman mati.
=> Dan yang berhak atas kematian seseorang itu adalah Allah ( Mazmur 31:15; Ayub 1:21).
Jadi, bunuh diri adalah dosa, karena telah melakukan tindakan membunuh manusia yaitu diri sendiri dan bahkan bertindak menjadi Allah dalam mengambil kehidupan manusia (dirinya sendiri)
Bunuh diri masuk sorga atau neraka?
Alkitab tidak mengatakan secara jelas bagaimana nasib mereka yang bunuh diri, Alkitab hanya mengajarkan bunuh diri adalah dosa. Namun Alkitab menceritakan ada beberapa tokoh yang bunuh diri dan hendak bunuh diri. Dari cerita-cerita tersebut kita dapat menemukan jawaban Alkitab mengenai nasib mereka yang bunuh diri, surga atau neraka.
Tokoh-tokoh Alkitab yang bunuh diri, yaitu Abimelekh (Hakim2 9:54), Saul (1 Samuel 31:4), Pembawa senjata Saul (1 Sam 31:4), Ahitofel (2 Sam 17:23), Zimri (1 Raj 16:18), dan Yudas (Mat. 27:5).
Namun dari tokoh-tokoh Alkitab tersebut ada satu tokoh yang bunuh diri tidak secara langsung, yaitu dengan meminta orang lain untuk membunuhnya. Dialah Abimelekh yang meminta bujang pembawa senjatanya untuk membunuhnya dan bujang tersebut akhirnya membunuhnya (Hak. 9:54)
Kalau kita menyelidiki tokoh-tokoh tersebut maka kita dapat menemukan bahwa tokoh-tokoh tersebut adalah orang-orang yang melakukan kejahatan. Akibat kejahatan mereka sendiri maka mereka mendapatkan penghukuman dari Tuhan. Disaat mereka mengalami penghukuman dari Tuhan mereka memutuskan untuk bunuh diri, seperti Abimelekh akibat hukuman Tuhan ia mati (Hak 9:56), Saul karena banyak melawan Allah bahkan akhirnya dia pergi ke perempuan peramal pemanggil roh (dalam Imamat 19:31; 20:6 orang yang pergi ke peramal dan pemanggil roh, dia harus dihukum mati) sehingga Allah tidak lagi besertanya dalam peperangan, dan ini menyebabkan ia dan orang Israel kalah dari orang Filistin. Keadaan yang terdesak membuat Saul bunuh diri (anak-anaknya juga mati dalam peperangan, tetapi tidak ada yang bunuh diri).penghukuman Allah terhadap Saul adalah Allah tidak mau menyertai dan menolong Saul. Sedangkan pembawa senjata itu dikarenakan segan dengan Saul. Sedangkan Ahitofel dan Zimri adalah orang-orang yang telah melakukan kejahatan namun menyadari perbuatannya akan mendatang celaka bagi mereka, maka mereka bunuh diri. Berbeda dengan Yudas, karena telah menyesali perbuatannya yang jahat, dia bunuh diri.
Namun ada juga beberapa tokoh di Alkitab yang ingin bunuh diri atau ingin mengakhiri hidupnya, seperti Elia yang depresi sehingga ingin mati (1 raj 19:4), Yunus yang berharap untuk mati (Yunus 4:8), kepala penjara Filipi hendak bunuh diri (Kisah 16:27), namun dari tokoh-tokoh tersebut tidak jadi mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, kenapa? Karena Tuhan tolong. Seperti Elia dihiburkan dan dikuatkan Allah bahkan Allah berfirman kepadanya dengan angin sepoi-sepoi basah. Yunus mendapatkan penjelasan dari Allah. Kepala penjara Filipi tidak jadi bunuh diri bahkan menjadi orang percaya kepada Tuhan Yesus beserta keluarganya..
Dari contoh-contoh tersebut, maka kita menemukan bahwa orang-orang yang bunuh diri itu tidak mendapatkan pertolongan Tuhan atau lebih tepatnya tidak mendapatkan anugerah Tuhan, sehingga mereka bunuh diri. Sedangkan mereka yang tidak jadi bunuh diri, mereka adalah orang-orang yang mendapatkan anugerah Allah, sehingga mereka tidak jadi bunuh diri, melainkan mereka menjadi kuat untuk menghadapi masalah mereka.
Maka timbul pertanyaan selanjutnya, mengapa mereka yang bunuh diri tidak mendapat anugerah Allah. Jawabanya bisa kita dapatkan dari peristiwa Yudas.
Yudas melakukan kejahatan, yaitu menjual Tuhan Yesus, namun Yesus tidak pernah berkata bahwa Ia akan berdoa untuk Yudas agar Yudas setelah berdosa kembali bertobat. Berbeda dengan Petrus yang akan melakukan dosa yaitu menyangkal Yesus, namun Yesus berdoa untuk Petrus supaya imannya tidak gugur dan menjadi insaf (Luk 22:31-32). Mengapa Yesus berdoa bagi Petrus namun tidak berdoa bagi Yudas? Jawabnya ada di doa Tuhan Yesus. Dalam doa Tuhan Yesus, Yesus hanya berdoa bagi orang-orang milik-Nya dan milik-Nya tidak akan binasa, tetapi diselamatkan. Yudas bukanlah milik-Nya, melainkan orang yang telah ditentukan binasa (Yoh 17:12).
Maka dapat disimpulkan, orang yang bunuh diri adalah orang yang tidak mendapatkan anugerah dari Tuhan, karena itulah mereka memutuskan untuk bunuh diri dan akhirnya binasa. Kenapa mereka tidak mendapatkan anugerah Tuhan, karena mereka bukan milik Allah, tetapi orang-orang yang telah ditentukan untuk binasa.
Orang-orang yang adalah milik Allah akan mendapatkan anugerah-Nya, bahkan Roh Kudus tinggal tetap dalam dirinya. Karena itu Roh Kudus yang adalah Allah yang maha kuasa akan sanggup menolong orang-orang-Nya untuk menghadapi setiap permasalahannya, mungkin bisa putus asa, namun pertolongan Allah akan menguatkan mereka kembali. “Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya” (Maz. 37:23-24).
Seperti Paulus yang begitu banyak penderitaan, namun dia bisa menghadapi itu semua karena pertolongan Allah “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Fil. 4:13). Ayub begitu merana dan menderita (mungkin tidak ada orang semenderita dirinya) tetapi ia tidak bunuh diri, karena dalam kesesakannya Allah mengunjunginya, dan menyadarkannya pada akhirnya memulihkannya.
Allah berjanji bahwa setiap masalah yang kita hadapi tidak akan melampaui kekuatan kita, bahkan Ia berjanji akan tolong kita, sehingga kita dapat menanggungnya (1 Kor 10:13). Allah juga berjanji bahwa segala sesuatu adalah hasil karya-Nya dengan tujuan untuk menjadikan kita sama seperti Yesus (Rom 8:28-30), jadi tidak akan mungkin kita bunuh diri, karena kita akan menjadi seperti Yesus, mampu menanggung penderitaan dan tetap setia kepada Allah sampai mati.
Jadi, orang-orang yang bunuh diri adalah orang-orang bukan milik Allah dan akan bernasib masuk neraka.
Namun bagaimana dengan Simson?
Simson bukan mati bunuh diri. Simson mati dalam peperangan. Simson hakim Israel yang berbeda dengan hakim-hakim yang lain. Setiap hakim-hakim Israel berperang dengan dibantu oleh beberapa suku Israel, sedangkan Simson sejak awal melawan musuh Israel hanya sendirian - waktu zamannya Simson Israel sedang dijajah oleh Filistin - Saat Simson merobohkan tiang penyanggah, Simson sebagai hakim Israel sedang menjalankan tugasnya yaitu mengalahkan Filistin. Sejak peristiwa tersebut Israel menjadi bebas dari Filistin. Karena semua raja-raja Filistiin mati (Hak 16:23, 30) maka secara langsung kekuatan Filistin menjadi lemah dan kalah dengan orang Israel, akhirnya Filistin mundur dari Israel. Hal ini dapat dilihiat pada pasal berikutnya dimana orang-orang Dan bergerak kembali untuk merebut daerah-daerah yang harus direbut mereka. Orang-orang suku Dan melakukan hal tersebut karena Israel dalam keadaan aman. Keadaan aman tersebut karena Tuhan memakai hakim Simson untuk mengalahkan orang-orang Filistin.
Keberatan
Ada pendapat yang mengatakan bahwa keselamatan itu adalah anugerah dari Allah dan bukan berdasarkan perbuatan, oleh karena itu orang bunuh diri yang adalah orang percaya Yesus, maka dia masuk sorga.
Sanggahan saya
1. Beberapa orang berpendapat demikian mengawali argumennya dengan contoh orang-orang Kristen yang baik, setia dalam pelayanan dan bayak menolong orang lain, dan sudah banyak melakukan pelayanan dan sebagainya, namun karena masalah yang begitu berat yang dihadapinya, akhirnya mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Pendapat saya, dengan memberikan contoh dari orang-orang kristen yang baik tersebut untuk memperkuat argumen bahwa orang-orang tersebut masuk sorga walau pun matinya dengan cara bunuh diri dikarenakan keselamatan adalah anugerah Allah, justru itu melemahkan "Keselamatan oleh karena anugerah", dan menyetujui "keselamatan karena perbuatan baik". Karena ada unsur pertimbangan perasaan yang berdasarkan perbuatan-perbuatan baik orang Kristen tersebut. "kok orang yang baik gitu masuk neraka sih???"
2. Doktrin Pengudusan. Alkitab memang mengajarkan keselamatan adalah anugerah Allah, namun bukan berarti Allah membiarkan kita tetap dalam keberdosaan kita. Allah memiliki rencana untuk menjadikan kita yang percaya pada Tuhan Yesus menjadi serupa dengan Yesus (Rm 8:29; 2 Kor. 3:18). Pengudusan untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus merupakan proses disepanjang hidup sampai pada akhirnya tiba di sorga. Dalam proses pengudusan karya Allah dan tanggung jawab manusia saling bekerja sama, namun semua adalah inisiatif Allah. Allah yang berkarya, maka manusia melakukan tanggung jawabnya dan Allah tidak berkarya, maka manusia tidak melakukan tanggung jawabnya (Filp. 2:12-13).
Jadi, kita yang percaya Yesus akan mengalami proses semakin meninggalkan dosa dan hidup kudus (tetapi belum sempurna) dan akhirnya kita sama seperti Yesus tidak melakukan dosa lagi di sorga nanti (1 Yoh. 3:2-3).
"Kita dapat mendefinisikan pengudusan sebagai karya yang penuh Roh Kudus, yang melibatkan tanggung jawab kita untuk berpartisipasi, yang dengannya Roh Kudus melepaskan kita dari pencemaran dosa, memperbaharui keseluruhan natur kita menurut gambar Allah, dan memampukan kita untuk menjalankan kehidupan yang diperkenankan oleh Allah" - Anthony A. Hoekema, Diselamatkan Oleh Anugerah, 255-256.
Jadi, orang yang sungguh-sungguh percaya Tuhan Yesus itu akan mengalami perubahan semakin baik, bukan menjadi pembunuh (bunuh diri). Seorang pembunuh semakin berubah menjadi seorang yang mau menderita demi Kristus, bukan pemarah menjadi semakin jahat, yaitu menjadi pembunuh (bunuh diri). Oleh karena itu orang yang sungguh-sungguh percaya Yesus akan mengalami proses pengudusan dan tidak mungkin semakin jahat tetapi semakin baik, sehingga tidak mungkin ia bunuh diri. Sedangkan orang bunuh diri adalah orang yang tidak sungguh-sungguh percaya Tuhan Yesus, oleh karena itu sejak awal tidak pernah mengalami karya Allah, maka tidak ada kemauan dan kemampuan untuk mentaati Allah (jangan membunuh).
Jombang, 24 Jan 2020
Ranja Ginta Ginting
Bunuh diri itu dosa atau tidak?
=> Hukum Taurat yang keenam “Jangan membunuh” (Kel. 20:13).
=> Kejadian 9:6 hukuman bagi manusia yang membunuh manusia, yaitu hukuman mati.
=> Dan yang berhak atas kematian seseorang itu adalah Allah ( Mazmur 31:15; Ayub 1:21).
Jadi, bunuh diri adalah dosa, karena telah melakukan tindakan membunuh manusia yaitu diri sendiri dan bahkan bertindak menjadi Allah dalam mengambil kehidupan manusia (dirinya sendiri)
Bunuh diri masuk sorga atau neraka?
Alkitab tidak mengatakan secara jelas bagaimana nasib mereka yang bunuh diri, Alkitab hanya mengajarkan bunuh diri adalah dosa. Namun Alkitab menceritakan ada beberapa tokoh yang bunuh diri dan hendak bunuh diri. Dari cerita-cerita tersebut kita dapat menemukan jawaban Alkitab mengenai nasib mereka yang bunuh diri, surga atau neraka.
Tokoh-tokoh Alkitab yang bunuh diri, yaitu Abimelekh (Hakim2 9:54), Saul (1 Samuel 31:4), Pembawa senjata Saul (1 Sam 31:4), Ahitofel (2 Sam 17:23), Zimri (1 Raj 16:18), dan Yudas (Mat. 27:5).
Namun dari tokoh-tokoh Alkitab tersebut ada satu tokoh yang bunuh diri tidak secara langsung, yaitu dengan meminta orang lain untuk membunuhnya. Dialah Abimelekh yang meminta bujang pembawa senjatanya untuk membunuhnya dan bujang tersebut akhirnya membunuhnya (Hak. 9:54)
Kalau kita menyelidiki tokoh-tokoh tersebut maka kita dapat menemukan bahwa tokoh-tokoh tersebut adalah orang-orang yang melakukan kejahatan. Akibat kejahatan mereka sendiri maka mereka mendapatkan penghukuman dari Tuhan. Disaat mereka mengalami penghukuman dari Tuhan mereka memutuskan untuk bunuh diri, seperti Abimelekh akibat hukuman Tuhan ia mati (Hak 9:56), Saul karena banyak melawan Allah bahkan akhirnya dia pergi ke perempuan peramal pemanggil roh (dalam Imamat 19:31; 20:6 orang yang pergi ke peramal dan pemanggil roh, dia harus dihukum mati) sehingga Allah tidak lagi besertanya dalam peperangan, dan ini menyebabkan ia dan orang Israel kalah dari orang Filistin. Keadaan yang terdesak membuat Saul bunuh diri (anak-anaknya juga mati dalam peperangan, tetapi tidak ada yang bunuh diri).penghukuman Allah terhadap Saul adalah Allah tidak mau menyertai dan menolong Saul. Sedangkan pembawa senjata itu dikarenakan segan dengan Saul. Sedangkan Ahitofel dan Zimri adalah orang-orang yang telah melakukan kejahatan namun menyadari perbuatannya akan mendatang celaka bagi mereka, maka mereka bunuh diri. Berbeda dengan Yudas, karena telah menyesali perbuatannya yang jahat, dia bunuh diri.
Namun ada juga beberapa tokoh di Alkitab yang ingin bunuh diri atau ingin mengakhiri hidupnya, seperti Elia yang depresi sehingga ingin mati (1 raj 19:4), Yunus yang berharap untuk mati (Yunus 4:8), kepala penjara Filipi hendak bunuh diri (Kisah 16:27), namun dari tokoh-tokoh tersebut tidak jadi mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, kenapa? Karena Tuhan tolong. Seperti Elia dihiburkan dan dikuatkan Allah bahkan Allah berfirman kepadanya dengan angin sepoi-sepoi basah. Yunus mendapatkan penjelasan dari Allah. Kepala penjara Filipi tidak jadi bunuh diri bahkan menjadi orang percaya kepada Tuhan Yesus beserta keluarganya..
Dari contoh-contoh tersebut, maka kita menemukan bahwa orang-orang yang bunuh diri itu tidak mendapatkan pertolongan Tuhan atau lebih tepatnya tidak mendapatkan anugerah Tuhan, sehingga mereka bunuh diri. Sedangkan mereka yang tidak jadi bunuh diri, mereka adalah orang-orang yang mendapatkan anugerah Allah, sehingga mereka tidak jadi bunuh diri, melainkan mereka menjadi kuat untuk menghadapi masalah mereka.
Maka timbul pertanyaan selanjutnya, mengapa mereka yang bunuh diri tidak mendapat anugerah Allah. Jawabanya bisa kita dapatkan dari peristiwa Yudas.
Yudas melakukan kejahatan, yaitu menjual Tuhan Yesus, namun Yesus tidak pernah berkata bahwa Ia akan berdoa untuk Yudas agar Yudas setelah berdosa kembali bertobat. Berbeda dengan Petrus yang akan melakukan dosa yaitu menyangkal Yesus, namun Yesus berdoa untuk Petrus supaya imannya tidak gugur dan menjadi insaf (Luk 22:31-32). Mengapa Yesus berdoa bagi Petrus namun tidak berdoa bagi Yudas? Jawabnya ada di doa Tuhan Yesus. Dalam doa Tuhan Yesus, Yesus hanya berdoa bagi orang-orang milik-Nya dan milik-Nya tidak akan binasa, tetapi diselamatkan. Yudas bukanlah milik-Nya, melainkan orang yang telah ditentukan binasa (Yoh 17:12).
Maka dapat disimpulkan, orang yang bunuh diri adalah orang yang tidak mendapatkan anugerah dari Tuhan, karena itulah mereka memutuskan untuk bunuh diri dan akhirnya binasa. Kenapa mereka tidak mendapatkan anugerah Tuhan, karena mereka bukan milik Allah, tetapi orang-orang yang telah ditentukan untuk binasa.
Orang-orang yang adalah milik Allah akan mendapatkan anugerah-Nya, bahkan Roh Kudus tinggal tetap dalam dirinya. Karena itu Roh Kudus yang adalah Allah yang maha kuasa akan sanggup menolong orang-orang-Nya untuk menghadapi setiap permasalahannya, mungkin bisa putus asa, namun pertolongan Allah akan menguatkan mereka kembali. “Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya” (Maz. 37:23-24).
Seperti Paulus yang begitu banyak penderitaan, namun dia bisa menghadapi itu semua karena pertolongan Allah “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Fil. 4:13). Ayub begitu merana dan menderita (mungkin tidak ada orang semenderita dirinya) tetapi ia tidak bunuh diri, karena dalam kesesakannya Allah mengunjunginya, dan menyadarkannya pada akhirnya memulihkannya.
Allah berjanji bahwa setiap masalah yang kita hadapi tidak akan melampaui kekuatan kita, bahkan Ia berjanji akan tolong kita, sehingga kita dapat menanggungnya (1 Kor 10:13). Allah juga berjanji bahwa segala sesuatu adalah hasil karya-Nya dengan tujuan untuk menjadikan kita sama seperti Yesus (Rom 8:28-30), jadi tidak akan mungkin kita bunuh diri, karena kita akan menjadi seperti Yesus, mampu menanggung penderitaan dan tetap setia kepada Allah sampai mati.
Jadi, orang-orang yang bunuh diri adalah orang-orang bukan milik Allah dan akan bernasib masuk neraka.
Namun bagaimana dengan Simson?
Simson bukan mati bunuh diri. Simson mati dalam peperangan. Simson hakim Israel yang berbeda dengan hakim-hakim yang lain. Setiap hakim-hakim Israel berperang dengan dibantu oleh beberapa suku Israel, sedangkan Simson sejak awal melawan musuh Israel hanya sendirian - waktu zamannya Simson Israel sedang dijajah oleh Filistin - Saat Simson merobohkan tiang penyanggah, Simson sebagai hakim Israel sedang menjalankan tugasnya yaitu mengalahkan Filistin. Sejak peristiwa tersebut Israel menjadi bebas dari Filistin. Karena semua raja-raja Filistiin mati (Hak 16:23, 30) maka secara langsung kekuatan Filistin menjadi lemah dan kalah dengan orang Israel, akhirnya Filistin mundur dari Israel. Hal ini dapat dilihiat pada pasal berikutnya dimana orang-orang Dan bergerak kembali untuk merebut daerah-daerah yang harus direbut mereka. Orang-orang suku Dan melakukan hal tersebut karena Israel dalam keadaan aman. Keadaan aman tersebut karena Tuhan memakai hakim Simson untuk mengalahkan orang-orang Filistin.
Keberatan
Ada pendapat yang mengatakan bahwa keselamatan itu adalah anugerah dari Allah dan bukan berdasarkan perbuatan, oleh karena itu orang bunuh diri yang adalah orang percaya Yesus, maka dia masuk sorga.
Sanggahan saya
1. Beberapa orang berpendapat demikian mengawali argumennya dengan contoh orang-orang Kristen yang baik, setia dalam pelayanan dan bayak menolong orang lain, dan sudah banyak melakukan pelayanan dan sebagainya, namun karena masalah yang begitu berat yang dihadapinya, akhirnya mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Pendapat saya, dengan memberikan contoh dari orang-orang kristen yang baik tersebut untuk memperkuat argumen bahwa orang-orang tersebut masuk sorga walau pun matinya dengan cara bunuh diri dikarenakan keselamatan adalah anugerah Allah, justru itu melemahkan "Keselamatan oleh karena anugerah", dan menyetujui "keselamatan karena perbuatan baik". Karena ada unsur pertimbangan perasaan yang berdasarkan perbuatan-perbuatan baik orang Kristen tersebut. "kok orang yang baik gitu masuk neraka sih???"
2. Doktrin Pengudusan. Alkitab memang mengajarkan keselamatan adalah anugerah Allah, namun bukan berarti Allah membiarkan kita tetap dalam keberdosaan kita. Allah memiliki rencana untuk menjadikan kita yang percaya pada Tuhan Yesus menjadi serupa dengan Yesus (Rm 8:29; 2 Kor. 3:18). Pengudusan untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus merupakan proses disepanjang hidup sampai pada akhirnya tiba di sorga. Dalam proses pengudusan karya Allah dan tanggung jawab manusia saling bekerja sama, namun semua adalah inisiatif Allah. Allah yang berkarya, maka manusia melakukan tanggung jawabnya dan Allah tidak berkarya, maka manusia tidak melakukan tanggung jawabnya (Filp. 2:12-13).
Jadi, kita yang percaya Yesus akan mengalami proses semakin meninggalkan dosa dan hidup kudus (tetapi belum sempurna) dan akhirnya kita sama seperti Yesus tidak melakukan dosa lagi di sorga nanti (1 Yoh. 3:2-3).
"Kita dapat mendefinisikan pengudusan sebagai karya yang penuh Roh Kudus, yang melibatkan tanggung jawab kita untuk berpartisipasi, yang dengannya Roh Kudus melepaskan kita dari pencemaran dosa, memperbaharui keseluruhan natur kita menurut gambar Allah, dan memampukan kita untuk menjalankan kehidupan yang diperkenankan oleh Allah" - Anthony A. Hoekema, Diselamatkan Oleh Anugerah, 255-256.
Jadi, orang yang sungguh-sungguh percaya Tuhan Yesus itu akan mengalami perubahan semakin baik, bukan menjadi pembunuh (bunuh diri). Seorang pembunuh semakin berubah menjadi seorang yang mau menderita demi Kristus, bukan pemarah menjadi semakin jahat, yaitu menjadi pembunuh (bunuh diri). Oleh karena itu orang yang sungguh-sungguh percaya Yesus akan mengalami proses pengudusan dan tidak mungkin semakin jahat tetapi semakin baik, sehingga tidak mungkin ia bunuh diri. Sedangkan orang bunuh diri adalah orang yang tidak sungguh-sungguh percaya Tuhan Yesus, oleh karena itu sejak awal tidak pernah mengalami karya Allah, maka tidak ada kemauan dan kemampuan untuk mentaati Allah (jangan membunuh).
Jombang, 24 Jan 2020
Ranja Ginta Ginting
Komentar
Posting Komentar