Yesus adalah Allah maha pengampun
Markus 2:1-12
Pendahuluan
Seorang Psikolog bernama Sigmund Freud memiliki pendapat mengenai agama, menurutnya agama merupakan ilusi dari sifat kekanak-kanakan manusia.
Maksudnya adalah sewaktu masih kecil manusia menginginkan figure seorang ayah yang penuh kasih, sanggup memberi pertolongan saat susah dan mau mengampuni saat dia nakal. Dan ilusi ini terus dibawa maka terbentuklah konsep mengenai Tuhan atau Allah atau god atau gusti, shiangti. Dimana Tuhan harus maha kasih, maha kuasa sanggup menolong kita dalam segala hal, dan maha pengampun yang dapat mengampuni segala kesalahan kita.
Karena itu freud mengatakan bahwa doa hanya merupakan cara untuk mengurangi rasa bersalah. Doa itu hanya terapi untuk menghilangkan perasaan bersalah.
Namun Kristen berbeda dengan agama yang lainnya. Kristen bukanlah hasil ilusi atau hasil imajinasi atau hasil buah pikiran seseorang, Kekristenan ada dikarenakan ada tokoh yang hidup pada awal abad pertama yang bernama Yesus Kristus. Melalui catatan Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, setiap orang dapat mengetahui siapa sebenarnya Yesus Kristus itu.
Markus 2:1-12 dan Matius 9:1-8 mencatat suatu peristiwa, yaitu Yesus Kristus menyembuhkan orang lumpuh. Namun yang menjadi keberatan di dalam hati orang-orang ahli Taurat pada saat itu adalah perkataan Yesus : “ Hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni” (Ket: dalam bahasa Yunani kata “dosa” memakai “ἁμαρτίαι” yang artinya “dosa-dosa”, jadi bukan satu dosa, tetapi dosa yang lebih dari satu).
Siapa Yesus sehingga Ia berani berkata demikian, apakah Ia tidak tahu bahwa yang dapat mengampuni dosa itu hanya Allah?, karena setiap orang telah bersalah kepada Allah, dan kenapa sebegitu beraninya Dia mengambil posisi Allah?, kalau Ia hanyalah manusia saja.
Apakah Yesus tidak tahu bahwa yang dapat mengampuni itu hanya Allah? Tentu Ia tahu. Ia adalah orang yang dilahirkan dari keluarga orang Yahudi asli, Yusuf dan Maria adalah keturunan Daud, dan bahkan Maria juga ada keturunan dari Harun (Elisabeth adalah sanaknya Maria Luk 1:36 dan Elisabeth adalah keturunan Harun LUk. 1:5). Kebiasaan orang Yahudi tentu membiasakan untuk mengajarkan anak-anak-Nya Hukum Taurat dan mengajarkan bahwa Allah mereka adalah Yahweh (Ul 6). Yusuf dan Maria adalah orang yang taat (Luks 2). Karena Yusuf dan Maria adalah orang yahudi yang taat, maka kebiasaan untuk mengajarkan Hukum Taurat keanak-anak mereka itu pasti dilakukan mereka.
Dan kita juga mendapatkan laporan dari Lukas bagaimana Yesus pada umur 12 tahun mendengarkan dan mengajukan pertanyaan alim ulama di dalam Bait suci (Lukas 2:46-47). Bahkan semua orang yang mendengar-Nya sangat heran (kata “sangat heran” memakai kata “existemi”, Lukas biasa memakai kata “existemi” untuk menunjukkan respon orang terhadap suatu peristiwa yang luar biasa. Seperti peristiwa orang mati dibangkitkan [Luk 8:56], orang dapat berbahasa lain tanpa belajar [Kis 2:7, 12], orang mengadakan berbagai mujizat [Kis 8:13]) (Yakub Tri Handoko, Yesus di Bait Allah Pada usia 12 Tahun [Lukas 2:41-52], star-exodus.org). jadi kata sangat heran ini adalah respon yang heranya luar biasa sekali. Seperti kita melihat anak kecil yang berumur dua tahun dapat menjawab soal pertambahan dan perkalian ribuan bahkan jutaan dengan cepat melebihi kakulator, maka kita akan terkagum-kagum.
Mereka terheran-heran terhadap apa? Kecerdasaanya dan segala jawaban yang diberikan-Nya (47). Sebenarnya kata kecerdasaan dalam bahasa aslinberalah pemahamannya, pemahaman terhadap apa? Terhadap kitab-kitab suci, bahkan para guru-guru agama pada saat itu dibuat terheran-heran. Ini berarti Yesus dari sejak kecil sangat memahami Hukum Taurat, ini juga menunjukkan Yesus sangat memahami bahwa hanya Allah yang boleh memberikan pengampunan.
Kalau begitu mengapa ia berani mengatakan “Hai anak-ku dosa-dosamu sudah diampuni” pada hal ia hanya manusia? Jawabannya adalah Ia sangat sadar bahwa Ia adalah Allah, maka Ia berani berkata demikian. Seperti yang dikatakan C. S Lewis:
“Kita semua bisa mengerti bagaimana seorang manusia mengampuni pelanggaran-pelanggaran terhadap dirinya. Anda menginjak jempol kaki saya dan saya memaafkan Anda. Anda mencuri uang saya dan saya mengampuni Anda. Tetapi bagaimana kita harus menanggapi seseorang, yang tidak dirampok dan diinjak, yang mengumumkan bahwa ia mengampuni Anda karena menginjak kaki orang lain dan mencuri uang orang lain? Tindakan yang sangat tolol, itulah penilain terbaik yang bisa kita berikan terhadap prilakunya. Namun inilah yang Yesus lakukan. Ia memberitahu orang bahwa dosa-dosa mereka diampuni dan tidak pernah menunggu untuk berkonsultasi pada semua orang lainnya yang telah terluka oleh dosa-dosa mereka itu. Ia tanpa ragu bersikap seakan-akan Dialah pihak yang paling berkepentingan, pribadi yang paling terluka dalam semua pelanggaran. Ini hanya masuk akal jika Ia benar-benar adalah Allah yang hukum-hukum-Nya dilanggar dan kasih-Nya dilukai dalam setiap dosa.” (C. S Lewis, Mere Christianity, terj: Kekristenan Asali, hal. 86).
Dan untuk menyakinkan semua orang banyak saat itu bahwa Ia adalah Allah sehingga layak untuk berkata “hai anak-Ku dosa-dosamu sudah diampuni”, Dia bertanya kepada ahli Taurat “manakah yang lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosa-dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: bangunlah, angkatlah tilamu dan berjalanlah”. Tentu kedua hal tersebut hanya dapat dilakukan oleh Allah saja.
Hanya Allah yang berfirman maka firman-Nya jadi. Seperti Allah menciptakan alam semesta hanya dengan firman “jadilah” maka jadi. Yesus hanya berkata “bangunlah” maka orang lumpuh ini bangun dari tempat tidurnya, “angkatlah”, maka orang lumpuh yang telah bangun dari tempat tidurnya mengangkat tempat tidurnya, dan “pulanglah”, maka orang lumpuh yang tadinya digotong oleh empat orang dari rumah, sekarang pulang dengan menggotong tempat tidurnya sendiri.
Namun Kristen berbeda dengan agama yang lainnya. Kristen bukanlah hasil ilusi atau hasil imajinasi atau hasil buah pikiran seseorang, Kekristenan ada dikarenakan ada tokoh yang hidup pada awal abad pertama yang bernama Yesus Kristus. Melalui catatan Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, setiap orang dapat mengetahui siapa sebenarnya Yesus Kristus itu.
Markus 2:1-12 dan Matius 9:1-8 mencatat suatu peristiwa, yaitu Yesus Kristus menyembuhkan orang lumpuh. Namun yang menjadi keberatan di dalam hati orang-orang ahli Taurat pada saat itu adalah perkataan Yesus : “ Hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni” (Ket: dalam bahasa Yunani kata “dosa” memakai “ἁμαρτίαι” yang artinya “dosa-dosa”, jadi bukan satu dosa, tetapi dosa yang lebih dari satu).
Siapa Yesus sehingga Ia berani berkata demikian, apakah Ia tidak tahu bahwa yang dapat mengampuni dosa itu hanya Allah?, karena setiap orang telah bersalah kepada Allah, dan kenapa sebegitu beraninya Dia mengambil posisi Allah?, kalau Ia hanyalah manusia saja.
Apakah Yesus tidak tahu bahwa yang dapat mengampuni itu hanya Allah? Tentu Ia tahu. Ia adalah orang yang dilahirkan dari keluarga orang Yahudi asli, Yusuf dan Maria adalah keturunan Daud, dan bahkan Maria juga ada keturunan dari Harun (Elisabeth adalah sanaknya Maria Luk 1:36 dan Elisabeth adalah keturunan Harun LUk. 1:5). Kebiasaan orang Yahudi tentu membiasakan untuk mengajarkan anak-anak-Nya Hukum Taurat dan mengajarkan bahwa Allah mereka adalah Yahweh (Ul 6). Yusuf dan Maria adalah orang yang taat (Luks 2). Karena Yusuf dan Maria adalah orang yahudi yang taat, maka kebiasaan untuk mengajarkan Hukum Taurat keanak-anak mereka itu pasti dilakukan mereka.
Dan kita juga mendapatkan laporan dari Lukas bagaimana Yesus pada umur 12 tahun mendengarkan dan mengajukan pertanyaan alim ulama di dalam Bait suci (Lukas 2:46-47). Bahkan semua orang yang mendengar-Nya sangat heran (kata “sangat heran” memakai kata “existemi”, Lukas biasa memakai kata “existemi” untuk menunjukkan respon orang terhadap suatu peristiwa yang luar biasa. Seperti peristiwa orang mati dibangkitkan [Luk 8:56], orang dapat berbahasa lain tanpa belajar [Kis 2:7, 12], orang mengadakan berbagai mujizat [Kis 8:13]) (Yakub Tri Handoko, Yesus di Bait Allah Pada usia 12 Tahun [Lukas 2:41-52], star-exodus.org). jadi kata sangat heran ini adalah respon yang heranya luar biasa sekali. Seperti kita melihat anak kecil yang berumur dua tahun dapat menjawab soal pertambahan dan perkalian ribuan bahkan jutaan dengan cepat melebihi kakulator, maka kita akan terkagum-kagum.
Mereka terheran-heran terhadap apa? Kecerdasaanya dan segala jawaban yang diberikan-Nya (47). Sebenarnya kata kecerdasaan dalam bahasa aslinberalah pemahamannya, pemahaman terhadap apa? Terhadap kitab-kitab suci, bahkan para guru-guru agama pada saat itu dibuat terheran-heran. Ini berarti Yesus dari sejak kecil sangat memahami Hukum Taurat, ini juga menunjukkan Yesus sangat memahami bahwa hanya Allah yang boleh memberikan pengampunan.
Kalau begitu mengapa ia berani mengatakan “Hai anak-ku dosa-dosamu sudah diampuni” pada hal ia hanya manusia? Jawabannya adalah Ia sangat sadar bahwa Ia adalah Allah, maka Ia berani berkata demikian. Seperti yang dikatakan C. S Lewis:
“Kita semua bisa mengerti bagaimana seorang manusia mengampuni pelanggaran-pelanggaran terhadap dirinya. Anda menginjak jempol kaki saya dan saya memaafkan Anda. Anda mencuri uang saya dan saya mengampuni Anda. Tetapi bagaimana kita harus menanggapi seseorang, yang tidak dirampok dan diinjak, yang mengumumkan bahwa ia mengampuni Anda karena menginjak kaki orang lain dan mencuri uang orang lain? Tindakan yang sangat tolol, itulah penilain terbaik yang bisa kita berikan terhadap prilakunya. Namun inilah yang Yesus lakukan. Ia memberitahu orang bahwa dosa-dosa mereka diampuni dan tidak pernah menunggu untuk berkonsultasi pada semua orang lainnya yang telah terluka oleh dosa-dosa mereka itu. Ia tanpa ragu bersikap seakan-akan Dialah pihak yang paling berkepentingan, pribadi yang paling terluka dalam semua pelanggaran. Ini hanya masuk akal jika Ia benar-benar adalah Allah yang hukum-hukum-Nya dilanggar dan kasih-Nya dilukai dalam setiap dosa.” (C. S Lewis, Mere Christianity, terj: Kekristenan Asali, hal. 86).
Dan untuk menyakinkan semua orang banyak saat itu bahwa Ia adalah Allah sehingga layak untuk berkata “hai anak-Ku dosa-dosamu sudah diampuni”, Dia bertanya kepada ahli Taurat “manakah yang lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosa-dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: bangunlah, angkatlah tilamu dan berjalanlah”. Tentu kedua hal tersebut hanya dapat dilakukan oleh Allah saja.
Hanya Allah yang berfirman maka firman-Nya jadi. Seperti Allah menciptakan alam semesta hanya dengan firman “jadilah” maka jadi. Yesus hanya berkata “bangunlah” maka orang lumpuh ini bangun dari tempat tidurnya, “angkatlah”, maka orang lumpuh yang telah bangun dari tempat tidurnya mengangkat tempat tidurnya, dan “pulanglah”, maka orang lumpuh yang tadinya digotong oleh empat orang dari rumah, sekarang pulang dengan menggotong tempat tidurnya sendiri.
Yesus menyembuhkan orang lumpuh hanya cukup dengan berkata, maka ini menunjukkan Dia adalah Allah, oleh karena itu Ia juga memiliki kuasa untuk mengampuni orang yang berdosa.
Ada orang yang berkata “mana ayat di Alkitab yang menunjukkan Tuhan Yesus berkata “aku adalah Allah, sembahlah aku”. Ini Pertanyaan yang keliru, tidak perlu mengaku-ngaku, perbuatan sudah membuktikan. Sebagai contoh Bj Habibie, tidak perlu dia woro-woro, kasih tahu semua orang kalau dia bisa buat pesawat, semua orang sudah tahu dia bisa buat pesawat, karena sudah ada pesawat yang dibuatnya.
Seperti Haritanu pendiri Partai Perindo, rcti, mnc group dan lain-lain. Diakan orang kaya, tidak pernah dia bilang-bilang keorang-orang “aku orang kaya”, semua orang sudah tahu kalau dia orang kaya, karena kekayaannya sudah dapat dilihat oleh banyak orang.
Demikian juga dengan Tuhan Yesus, Tuhan Yesus tidak perlu berbicara “aku Allah sembahlah aku”, dari perbuatan-perbuatannya dan perkataan-perkataannya itu sudah menunjukkan bahwa Dialah Allah. Bagaimana mungkin manusia hanya dengan memerintah/hanya dengan bicara maka penyakit sembuh, dan kalau hanya manusia bagaimana mungkin berani berkata dosamu sudah diampuni.
Melalui peristiwa ini kita mendapatkan informasi bahwa Yesus adalah Allah maha pengampun.
Sebelumnya Tuhan Yesus menyembuhkan orang kusta, dan bahkan sebelumnya lagi Tuhan Yesus menyembuhkan semua orang yang menderita sakit dan kerasukan setan (Mark 1:32-34), tetapi tidak satu pun Ia berkata dosa-dosamu sudah diampuni, namun kenapa hanya kepada orang lumpuh ini dia berkata “Hai anak-Ku dosa-dosamu sudah diampuni”?
Ayat ini menunjukkan bahwa orang lumpuh ini sakit lumpuh dikarenakan dosa-dosanya. Entah dosa-dosa apa? Namun dengan sebutan hai anak-Ku, ini berarti penyakit yang dideritanya adalah merupakan cambukan atau hukuman dari Tuhan, supaya dia bertobat dari dosa-dosanya. Seperti di amsal 3:12 “Karena Tuhan memberi ajaran/hukuman kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi”.
Jadi, dari ayat ini juga kita dapat pelajaran,
1. Waktu kita berdosa, sebenarnya kita sedang melakukan dosa kepada Tuhan. Mungkin kita melakukan kesalahan kepada orang lain, atau berbohong kepada orang lain, atau menyakiti perasaan orang lain dan sebagainya, itu sebenarnya adalah perbuatan yang kita lakukan kepada Allah, karena perintah Allahlah yang dilanggar oleh kita, karena kasih-Nya yang telah kita hianati. Oleh karena itu Daud berkata “Tuhan kasihilah aku, sembuhkanlah aku, sebab terhadap Engkaulah aku berdosa” (Mazmur 41:4).
Setiap dosa yang kita lakukan sebenarnya kita lakukan bagi Tuhan. Karena itulah Tuhan langsung berurusan dengan orang lumpuh ini dan berkata “hai anak-Ku dosa-dosamu sudah diampuni”. Pada hal kan orang lumpuh itu tidak melakukan apa-apa terhadap Tuhan Yesus, namun karena Tuhan Yesus adalah Allah maka secara langsung setiap perbuatannya yang jahat terhadap orang lain, adalah perbuatan yang ditujukan kepada-Nya.
2. Tuhan bisa saja memakai penyakit, untuk menyadarkan kita sehingga kita mengakui dan menyesali dosa kita. Seperti orang lumpuh ini. Dia telah disadarkan atas dosa-dosanya karena penyakit yang dideritanya, sehingga ia memutuskan untuk datang kepada Yesus. Sewaktu Yesus melihat iman mereka, sebenarnya iman mereka bukan iman bahwa Yesus sanggup menyembuhkan, tetapi iman bahwa Yesus sanggup mengampuni dosa-dosanya sehingga ia dapat sembuh. Karena orang Yahudi sangat memahami kalau orang sakitnya parah itu berarti dosanya besar, jadi bisa dikatakan bahwa mereka sangat menyadari bahwa orang lumpuh ini tidak bisa disembuhkan kalau dosa-dosanya tidak diampuni terlebih dahulu.
3. Saat kita sadar dan menyesalinya, maka datanglah pada-Nya maka Dia pasti mengampuni dosa-dosa kita. “Hai anak-Ku dosa-dosamu sudah diampuni”. Tepat seperti yang dituliskan di 1 Yoh 1:9
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan kita”
4. Dan saat kita datang pada-Nya kita harus meyakini bahwa Dia adalah Allah, Allah maha pengampun. Karena hanya datang pada Yesus lah kita telah datang pada Allah, maka Yesus yang adalah Allah pasti akan mengampuni dosa-dosa kita. Amin
Penutup
Tidak ada pengampunan di luar Tuhan Yesus. Karena di luar Tuhan Yesus orang-orang hanya menjadikan doa sebagai obat terapi untuk menghilangakan rasa bersalah, sebab di luar Tuhan Yesus tidak ada yang datang kepada Allah, tetapi datang kepada ilusinya.
Yesus adalah bukti bahwa Allah adalah Allah maha pengampun. Datang kepada Yesus berarti datang kepada Allah yang siap mengampuni dosa-dosa kita.
KEMULIAAN HANYA BAGI YESUS SAJA. AMIN……
Komentar
Posting Komentar