Memiliki Sikap Seperti Yesus Kristus
Memikirkan Dan Mengusahakan Kepentingan
Orang Lain
Filipi 2:1-30
Ayat Kuncinya ayat 4: “dan
janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi
kepentingan orang lain juga”
Pendahuluan
Kita manusia pada umumnya untuk
memimirkan kepentingan sendiri tidak perlu disuruh, kita sudah pasti memikirkannya
dan mengusahakannya. Tetapi yang menjadi permasalahan, jika kepentingkan
seseorang dipaksakan untuk orang lain ikut memikirkan dan mengusahakannya,
pasti akan terjadi berbenturan antara kepentingan yang satu dengan kepentingan
yang lain. Dan jikalau tetap dipaksakan, maka yang terjadi perpecahan, atau
jika tetap dilakukan, yang ada bukan dengan senang hati, tetapi dilakukan
dengan keterpaksaan. Inilah yang terjadi di dalam gereja, yaitu perbantah-bantahan
dan.perpecahan yang dikarenakan ada orang-orang yang hanya memikirkan
kepentingannya sendiri dan memaksakannya.
Permasalahan mementingkan
kepentingan sendiri, rasul Paulus juga membahasnya dalam surutnya ke jemaat
Filipi, terkususnya pada pasal dua.
Pada pasal ke 2 dan ayat 1-2 ada
perintah untuk bersatu, pada ayat 3, 4, dan 21 adanya orang-orang yang
mementingkan dirinya sendiri dalam jemaat, dan pada ayat 14 adanya
sungut-sungut dan bantah-bantahan dalam jemaat. Ayat-ayat tersebut menjelaskan perpecahan
didalam jemaat disebabkan orang-orang yang mementingkan dirinya sendiri dan
berusaha menjadikan kepentingannya menjadi yang utama di dalam jemaat, maka
terjadilah sungut-sungut dan bantah-bantahan antar jemaat, dan akhirnya
keberadaan jemaat sama bengkoknya dengan angkatan yang bengkok dan menjadi sama
gelapnya ditengah-tengah dunia yang gelap ini (ayt 15). Seharusnya sebagai
anak-anak Allah hidupnya harus tidak beraib dan tiada bernoda dan yang tidak
bercela, yaitu hidup saling mengasihi dalam kesatuan di dalam jemaat, tidak ada
perpecahan, tidak ada sungut-sungut dan bantah-bantahan, dan tidak ada
mementingkan diri sendiri dan saling rendah hati dan menjadikan yang lain
menjadi yang utama (dilihat dari konteks pasal 2, maka yang dimaksud tidak
beraib dan tidak bernoda dan yang tidak bercela memiliki arti tidak hidup dalam
perpecahan, tetapi saling mengasihi dengan cara saling mendahului kepentingan
orang lain), maka pada saat itulah jemaat akan bersinar seperti bintang-bintang
di dunia, sehingga sangat berbeda dengan orang-orang yang bukan anak-anak
Allah.
Bagaimana dapat melakukannya?
1. Bersikap seperti Yesus
Bersikap (ayat 5)
“Bersama-sama menaruh pikiran dan
perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus”.
Jika dibandingkan dengan NIV “”Your attitude should be the same as that of Christ
Jesus”. Maka “menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” adalah kita harus bersikap sama seperti Yesus bersikap.
Yesus bersikap tidak mementingkan kepentingan-Nya sendiri tetapi
mementingkan kepentingan kita. Jika dibandingkan dengan Roma 5:13-19, maka
Tuhan Yesus taat sampai mati dikayu salib (ayt 8) adalah untuk kita, sehingga
ketaatan-Nya diperhitungkan sebagai ketaatan kita, kebenaran-Nya menjadi
kebenaran kita (Yesus menjadi perwakilan kita dari Allah). Namun karena kita adalah manusia maka Ia yang
adalah Allah memilih untuk tidak mempertahankan keberadaan-Nya sebagai Allah
yang merupakan milik-Nya, karena Dialah Allah: “yang walaupun dalam rupa Allah;
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan” (keberadaan Allah adalah keberadaan yang harus dimuliakan,
dianggungkan, ditinggikan, disembah dan ditaati oleh semua ciptaan) dan tidak mempertahankan
ke-Allahan-Nya (Maha Kuasa, Maha Hadir, Maha Mulia, Maha Agung dan Maha Suci) “melainkan
telah mengosongkan diri-Nya sendiri” dengan menjadi manusia sejati bahkan
merendahkan diri-Nya dan mentaati semua perintah Allah sampai mati selayaknya seorang budak (semua perintah Allah
telah dilakukan-Nya “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk
meniadakan hukum Taurat atau kitab para Nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.[Mat 5:17]”), bahkan kehendak
Allah kepada-Nya untuk mati di kayu salib digenapi-Nya (Kis 2:23; 3:13-18).
Namun jika kita perhatikan ayat 9-11, maka Yesus melakukan itu semua (ayt
6-8) adalah untuk kepentingan Kemuliaan Allah Tri Tunggal. Bapa menjadikan
Yesus dipermuliakan (ayt 9-10) melalui sikap dan tindakan Tuhan Yesus yang
tidak memikirkan kepentingan-Nya, tetapi mengusahakan kepentingan kita, dan
kemuliaan Yesus yang Yesus terima dari Bapa adalah Kemuliaan Bapa (ayt 11).
Bandingkan dengan Roma 11:36; Kolose 1:15-16 “Semua untuk kemuliaan Dia”. Allah
Tri Tunggal (Bapa, Yesus dan Roh Kudus) tidak saling mementingkan diri sendiri,
tetapi mementingkan kepentingan bersama. Sama-sama berkarya untuk kepentingan
kemuliaan bersama.
Jadi intinya, Yesus bersikap (selalu berpikir dan berperasaan dan
melakukan) mementingkan kepentingan bersama, bukan kepentingan diri-Nya
sendiri.
2. Bergantung Kepada Tuhan (ayat 12-13).
Pada ayat 12 dalam bahasa Yunaninya diawali dengan kata “ōste” yang merupakan kata penghubung yang berarti “maka”
atau “sebab itu”. Ini menjelaskan bahwa perikop kedua pada pasal dua masih
berhubungan dengan perikop pertama. Oleh karena itu pada ayat 12 rasul Paulus
menasehati jemaat untuk senantiasa taat adalah menunjuk kepada sikap bersatu
dan saling mengasihi dan tidak mementingkan diri sendiri “kamu senantiasa taat”
, namun bukan karena pada saat kehadiran rasul Paulus, maka jemaat melakukakan
dengan senantiasa, tetapi harus lebih
bersungguh-sungguh lagi saat rasul Paulus tidak hadir “bukan saja seperti waktu
aku hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir” karena hidup
saling mengasihi, tidak mementingkan kepentingan sendiri dan lebih memikirkan
dan mengusahakan kepentingan bersama adalah sikap yang harus terus
dikerjakan oleh orang yang telah memperoleh keselamatan “karena itu tetaplah
kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar”, kata “kerjakan” dalam bahasa
Yunaninya “Katergazomai” yang
merupakan kata kerja present tense, yang berarti “menunaikan” atau
“melaksanakan” berarti terus menerus menunaikan
atau melaksanakan hidup sebagai orang yang telah diselamatkan – jika dilihat dari konteks pasal 2, maka yang harus
terus ditunaikan sebagai orang yang diselamatkan adalah saling mengasihi, tidak
memikirkan kepentingan sendiri dan lebih memikirkan dan mengusahakan
kepentingan bersama.
Namun, pada ayat 13 diawali kata
“karena”, ini berarti ayat 12 dapat dilakukan bukan karena kekuatan atau kuasa
atau karisma hamba Tuhan (kehadiran Rasul Paulus), tetapi karena Allah “karena
Allah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut
kerelaan-Nya”. Kata “mengerjakan” dalam bahasa Yunaninya “ho energōn” dalam kata
bendanya adalah “energēs”yang
berarti “kuasa” dan artikel “ho” yang
berarti “satu-satunya”. Ini berarti Allahlah satu-satunya kuasa yang berkarya
sehingga kita memiliki kemauan dan mampu merealisasikan hidup untuk saling
mengasihi, tidak memikirkan kepentingan sendiri dan lebih memikirkan dan
mengusahakan kepentingan bersama. Jadi,
untuk dapat melakukannya, kita harus hidup bergantung pada Allah dan bukan
bergantung kepada adanya hamba Tuhan yang kita segani dan hormati.
Oleh karena itu persekutuan
dengan Tuhan tidak boleh kita tinggalkan, karena hanya Dia yang memampukan kita
untuk melakukan hidup untuk saling mengasihi dengan hidup yang memikirkan dan
mengusahakan kepentingan bersama.
3. Berpegang terus pada
Firman Tuhan (ayt16)
Ayat 16: “sambil berpegang pada
firman kehidupan” merupakan anak kalimat dari ayat 15, yaitu dari kalimat
“sehingga kamu bercahaya”, sedangkan kata “bercahaya” dalam bahasa Yunaninya
merupakan kata kerja pasif present, berarti kata “bercahaya” dapat
diterjemahkan “terus menerus dijadikan bercahaya” merupakan anak kalimat dari
kalimat pada ayat 14. Berarti yang menjadikan kita bercahaya adalah
saat kita orang percaya (anak-anak Allah [ayat 15]) tidak lagi saling
bersungut-sungut dan berbantah-bantah (konteks pasal 2 adalah adanya perpecahan
karena adanya orang yang mementingkan kepentingannya sendiri) atau sama dengan
hidup yang saling mengasihi dan memikirkan dan mengusahakan kepentingan bersama. Dan kata “sambil berpegang” (ayt 16) dalam
bahasa Yunaninya tidak ada kata “sambil” yang ada “kamu sekalian terus menerus berpegang” (epexontes: kata kerja partisipel
present aktif maskulin jamak, yang berarti berpegang). Ini berarti sewaktu hidup
kita sebagai jemaat Tuhan bercahaya, yaitu saat kita hidup saling mengasihi dan
memikirkan dan mengusahakan kepentingan bersama, harus terus dilakukan
bersama-sama dengan berpegang pada
Firman Kehidupan, seperti mata uang yang ada dua sisi, satu sisi kita harus
terus menerus hidup saling mengasihi dan meikirkan dan mengusahakan kepentingan
bersama, maka sisi satunya lagi adalah kita harus terus menerus berpegang pada
firman Kehidupan. Mengapa harus demikian?
Firman kehidupan menunjuk pada firman
Yesus Kristus, karena sebelum perikop ke dua Paulus sudah mencontohkan Tuhan
Yesus yang dimuliakan karena sikap-Nya (ayt 6-11), dan pada ayat 1 ada kalimat
“jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan
Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan”, setelah itu rasul Paulus membahas
keharusan jemaat untuk bersatu. Ini menunjukkan kehidupan yang saling mengasihi
dan memikirkan dan mengusahakan kepentingan bersama akan terus dapat terwujud
jika kita juga terus menerus berpegang pada firman Tuhan Yesus, karena Tuhan
Yesus telah menasehati murid-murid-Nya selama Ia masih berada di dunia secara
fisik untuk saling mengasihi dan saling memikirkan dan mengusahakan kepentingan
bersama (Yoh 13:34-35; 15:12-14, 17; Mat
7:12).
Jadi, kita dapat mewujudkan
kehidupan yang saling mengasihi dan memikirkan dan mengusahakan kepentingan
bersama, jika kita terus melakukan kehidupan kita berdasarkan firman yang
keluar dari mulut Tuhan Yesus, yaitu saling mengasihi.
4. Ingat Terus Bahwa Mereka bisa
maka Kita pun bisa (ayat 16c-30)
Paulus tidak berhenti memberikan
contoh setelah memberikan contoh Tuhan Yesus, namun ia juga menjadikan dirinya
sebagai contoh orang yang telah meikirkan dan mengusahakan kepentingan orang
lain dari pada memikirkan kepentingannya sendiri (ayat 16c-17). Paulus sewaktu
menulis surat Filipi ini sedang ada di dalam penjara (1:13-14, 17) dan
kemungkinan ada ancaman kematian (1:20-23; 2:17), tetapi ia tetap memikirkan
dan mengusahakan kepetingan jemaat Tesalonika dengan menuliskan surat dan mengutus
Timotius (2:19). Demikian juga Timotius, rasul Paulus mengutus Timotius
dikarenakan Paulus sangat mengetahui
bagaimana Timotius sangat mengasihi jemaat Tesalonika sehingga ia
bersungguh-sungguh memperhatikan kepentingan jemaat dari pada kepentingannya
sendiri (ayt 20). Dan satu contoh lagi, yaitu Epafroditus (ayt 25), yang sangat
memperhatikan kepentingan jemaat Tesalonika sehingga ia memutuskan kembali ke
Tesalonika supaya jemaat Tesalonika bersukacita dengan kehadirannya (ayt 25-28)
bahkan ia juga sangat memperhatikan kepentingan rasul Paulus sampai-sampai dia
mengalami ancaman kematian (30).
Tiga orang contoh di atas
menunjukkan bahwa kita sanggup melakukan hidup
yang saling memikirkan dan mengusahakan kepentingan bersama, karena kita
anak-anak Allah, sama seperti Paulus, Timotius dan Eprafoditus. Karena mereka bisa, maka kita pun bisa, sebab
kita dengan mereka sama, sama-sama manusia, sama-sama anak-anak Tuhan,
sama-sama berpegang pada firman Tuhan dan sama-sama menerima kuasa dari Tuhan (ho energōn).
Penutup
Karena itu marilah kita saling
memikirkan dan mengusahakan kepentingan bersama dari pada kepentingan diri
sendiri dan terus berpegang pada firman Tuhan dan terus tetap memiliki
persekutuan dengan Tuhan, maka kita akan terus menjadi bercahaya seperti
bintang-bintang di dunia di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan
yang sesat ini. Amin…..
Komentar
Posting Komentar