Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Belajar Dari Pencobaan Yang Tuhan Yesus Alami Di Padang Gurun

Pencobaan Yang Kita Hadapi Matius 4:1-11 Pendahuluan Dalam 1 Petrus 5:8-9 “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama” Dari ayat tersebut memberitahu kita bahwa Iblis setiap hari mencari kesempatan untuk menjatuhkan kita dalam dosa, karena kata kerja berjalan keliling, mengaum-aum dan mencari memakai kata kerja present tens yang arti tiap saat atau tiap hari dan karena itulah kita harus sadarlah dan berjaga-jagalah dan ini berlaku bagi semua orang percaya. Namun, di bagian teks matius 4:1-11, bukan sedang berbicara bahwa Iblis sebagai Singa yang sedang mencari mangsa, tetapi Roh atau Roh Kudus(dalam Lukas 4:1, ditulis “Roh Kudus”) yang membawa Tuhan Yesus masuk dalam situasi menjadi mangsa yang siap diterkam oleh singa yang sedang kelapar

Yesus adalah pusat prinsip kesatuan anak-anak Tuhan

Prinsip Kesatuan Anak-anak Allah Filipi 2:12-18 Pendahuluan Alexander Agung dari Mekadonia berhasil mempersatukan seluruh tanah Yunani dan membentuk pasukan yang hebat. Yunani di bawah kepemimpinan Alexander Agung dapat mengembangkan kekuasaannya sampai ke India, namun setelah ia mati, kerajaan Yunani terbagi menjadi empat bagian. Tentu kita juga pernah dengar tokoh sejarah di Indonesia yang berhasil mempersatukan Nusantara, yaitu Gajah Mada dengan sumpah Palapanya. Gajah Mada dengan kehebatannya berperang akhirnya dapat memenuhi sumpahnya yaitu mempersatukan Nusantara. Tetapi setelah ia mati, Nusantara terpecah-pecah. Alkitab juga menceritakan tokoh yang dapat mempersatukan dua belas suku Israel, yaitu Daud, ia dapat mempersatukan dua belas suku Israel dan Salomo anaknya Daud meneruskannya, namun setelah Salomo mati, Israel terbagi menjadi dua kerajaan.  Dari contoh-contoh di atas memberikan pengertian bahwa kewibawaan atau karisma seorang pemimpin dapat mempersat

Bahaya Pengkultusan Diri Sendiri Lukas 18:9-14

Bahaya Pengkultusan Diri Sendiri Lukas 18:9-14 Pendahuluan Pengkultusan arti sederhananya adalah mentuhankan sesuatu atau orang. Biasanya ini dilakukan oleh kerajaan-kerajaan kuno, seperti kerajaan Mesir Kuno, Babel, Persia, Yunani dan Romawi, dimana suara raja dianggap sebagai suara dewa/tuhan, dan raja dipandang oleh rakyatnya sebagai dewa/tuhan atau titisan atau jelmaan dewa/tuhan. Ada dua cara pengkultusan, yaitu yang pertama, adalah dari luar diri adalah biasanya dikarenakan budaya pada lingkungan setempat yang membuat seseorang dikultuskan, seperti pada zama kerajaan kuno, budaya setempat membuat raja sama dengan dewa. Kalau di budaya orang batak karo, paman, saudara laki-laki ibu dikatakan dalam istilah karo “Dibata di idah” artinya tuhan yang kelihatan. Jadi kalau setiap rapat keluarga untuk menetukan sesuatu, keputusan paman tidak boleh dibantah, keputusan paman adalah yang paling benar, karena dia adalah tuhan yang kelihatan. Atau ada juga karena jasa-jasa se