Apakah Tradisi Lisan Mengenai Tuhan Yesus Mengalami Perubahan Saat Injil Dituliskan?
Apakah Tradisi Lisan Mengenai Tuhan Yesus (perbuatan-perbuatan-Nya, peristiwa-peristiwa-Nya, dan ajaran-ajaran-Nya) Mengalami Perubahan Saat Injil Dituliskan?
Tuhan Yesus selama di bumi adalah pada tahun 4 SM sampai
dengan 30 M, sedangkan Injil ditulis pada tahun 50-90 M, jadi jarak antara
Yesus di bumi dengan tulisan Injil adalah 20-60 tahun. Beberapa penganut “Yesus
Seminari” (Penganut Yesus Seminari adalah yang percaya bahwa apa yang
dituliskan di Injil mengenai Yesus adalah hasil imannya para penulis Injil,
bukan sesuai dengan kenyataan dalam sejarah) berpendapat bahwa dengan jarak
yang puluhan tahun membuat para murid tidak mengingat lagi dengan pasti,
sehingga imannya para murid sangat berperan dalam penulisan Injil, dan hal ini
membuat penulisan Injil bukan menuliskan Yesus sesungguhnya, tetapi Yesus hasil
dari iman mereka.
Argumentasi
1. Jarak antara penulisan Injil dengan keberadaan Yesus
bukanlah masa sepi tanpa ada kegiatan. Para rasul dan para saksi mata setelah
hari Pentakosta mereka langsung mewartakan Kabar Baik tentang Yesus Kristus ke
mana pun mereka pergi. Pemberitaan ini dilakukan di depan banyak orang, dan
juga di dalam pertemuan-pertemuan pribadi. Kisah-kisah tentang Yesus dan
ucapan-ucapan-Nya diulangi ratusan atau bahkan ribuan kali oleh lusinan saksi
mata sebelum Injil yang pertama ditulis (J. Ed Komoszewski, M. James Sawyer,
Daniel B. Wallance, Reinventing Jesus, Jakarta: Perkantas, 2011, hal 34.). Hal ini
membuat ingatan para rasul dan para saksi mata tetang Yesus terpelihara.
2. Ada saksi mata yang masih hidup saat pewartaan Kabar Baik
tentang Yesus yang dilakukan oleh para rasul dan para saksi mata, oleh karena itu jikalau telah terjadi perubahan dalam
perwartaan, maka mereka para saksi akan dapat mengoreksinya dan keberatan,
sehingga Kabar Baik tentang Yesus tetap terjaga keasliannya dalam pewartaan.
3. Ingatan para rasul dan para saksi mata lainnya adalah
ingatan dalam komunitas, bukan perorangan. Ingatan mereka mengenai Yesus bisa
saling melengkapi dan saling meneguhkan, dan juga saling mengoreksi, sehingga
mereka tidak bisa mengarang bebas tentang Yesus, jadi tidak mungkin Yesus yang
disampaikan/diwartakan adalah Yesus hasil iman.
4. Pada zaman abad pertama ada kebiasaan mengingat yang
kuat, karena pada zaman itu pembelajaran bukan dari tulisan-tulisan, tetapi
dari penyampaian secara lisan. Kebiasaan inilah membuat para rasul dan para
saksi mata mengingat apa yang Yesus lakukan dan katakan. Selain itu, ingatan
ini semakin diperkuat karena terus menerus diwartakan.
Ahli Perjanjian Baru Craig L. Blomberg saat diwawancarai
oleh Lee Strobel mengenai ingatan para rasul, maka Blomberg menjelaskan
demikian:
“Para rabi menjadi terkenal karena menghafal seluruh
Perjanjian Lama di luar kepala. Jadi sangat mungkin bahwa murid-murid Yesus
mampu menghafal di luar kepala lebih banyak daripada apa yang muncul dalam
keempat Injil bila digabungkan menjadi satu dan meneruskannya secara akurat”
(Lee Strobel, Pembuktian Atas Kebenaran Kristus, Batam: Gospel Press, 2002,
hal 53).
Kesimpulan
Jarak yang puluhan tahun antara Yesus di bumi dan penulisan
Injil tidaklah membuat ingatan para rasul dan para saksi mata terlupakan.
Ingatan para rasul dan para saksi mata lainnya tentang Yesus justru semakin
kuat dikarenakan: Ingatan mereka diwartakan terus menerus; banyaknya saksi mata
yang dapat meneguhkan dan mengoreksi ingatan mereka; ingatan mereka bukanlah
ingatan seorang diri, tetapi ingatan yang terdiri dari banyaknya saksi mata,
sehingga mereka bisa saling verifikasi; dan
adanya budaya mengingat/menghafal yang kuat pada zaman abad pertama, sehingga
kebisaan tersebut membuat mereka terbiasa mengingat tentang Yesus. Dan dari
semuanya itu, ada Roh Kudus yang mengingatkan mereka para rasul tentang Yesus
dan pengajaran-Nya (lihat Yohanes 14:25-26).
Jadi walau pun jaraknya puluhan tahun, namun ingatan para
murid dan para saksi mata lainnya tidaklah terdistorsi oleh iman mereka, karena
bukan iman mereka yang membentuk ingatan mereka, justru ingatan merekalah yang
membentuk iman mereka.
Komentar
Posting Komentar