Apakah Benar Yesus Memberhentikan Angin Taufan Yang Dahsyat?
Apakah Yesus Sungguh Benar Memberhentikan Angin Ribut Danau Galilea (Markus 4:35-41)?
Ada kalangan teolog liberal yang
mengatakan bahwa Yesus tidaklah memberhentikan angin ribut di danau Galilea,
tetapi angin ribut tersebut adalah angin lewat, yang merupakan peristiwa alam
yang sering terjadi di danau Galilea, sehingga saat Yesus mengatakan “diam!
Tenanglah!”, perkataan Yesus tersebut tidaklah memberhentikan angin ribut,
namun perkataan Yesus dan angin ribut yang berlalu merupakan kejadian yang
bersamaan, karena itulah terkesan angin ribut tersebut berhenti dikarenakan
perkataan Yesus.
William Barckley dalam tafsirannya
menjelaskan mengenai peristiwa alam yang sering terjadi di danau Galilea:
“Danau Galilea terkenal akan
badai-badainya. Badai-badai itu datang tiba-tiba dengan tiba-tiba yang dahsyat
dan mengerikan. Seorang penulis menggambarkannya seperti ini: "Bukanlah
hal yang aneh melihat badai dahsyat menerjang, bahkan ketika langit cerah, di
atas perairan yang biasanya begitu tenang ini. Jurang-jurang yang banyak di
timur laut dan timur bermuara di bagian atas danau, berfungsi sebagai
jurang-jurang berbahaya tempat angin dari ketinggian Hauran, dataran tinggi
Trakhonitis, dan puncak Gunung Hermon terperangkap dan terkompresi sedemikian
rupa sehingga, dengan kekuatan yang luar biasa menerobos ruang sempit dan kemudian
tiba-tiba terlepas, badai-badai itu mengguncang Danau Genesaret yang kecil
dengan cara yang paling mengerikan." Pelayar yang menyeberangi danau itu
selalu rentan menghadapi badai mendadak seperti ini.” (https://www.studylight.org/commentaries/eng/dsb/mark-4.html)
Apakah memang demikian, Yesus hanyalah
kebetulan saja, saat Dia berkata “Diam! Tenanglah!” saat itu juga angin ribut
telah berlalu?
Argumen:
Yesus saat itu bersama-sama dengan
Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes, mereka adalah nelayan di danau Galilea
(Mat 4:18-22). Jika kita perhatikan Matius 4:18-22, maka Petrus dan Andreas
adalah adik kakak, demikian juga Yohanes dan Yakobus adalah adik kakak, bedanya
Yohanes dan Yakobus pergi nelayan bersama dengan ayah mereka, yaitu Zebedeus,
sedangkan Petrus dan Andreas tidaklah bersama dengan ayah mereka. Dari Matius
4:18-22 menjelaskan bahwa pekerjaan nelayan pada saat itu adalah pekerjaan yang
diturunkan oleh orang tua kepada anak-anak mereka. Jadi, nelayan-nelayan di
danau Galilea adalah orang-orang yang sudah lama menjadi nelayan di danau
Galilea, yang sudah diturunkan dari orang tua-orang tua mereka. Ini berarti
Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes bukanlah orang yang baru dengan keadaan
alamnya danau Galilea, bisa dikatakan mereka adalah orang-orang yang sudah
sangat paham dengan keadaan alamnya danau Galilea.
Namun, saat taufan yang sangat dahsyat
menimpa mereka, yaitu para murid Yesus (temasuk Petrus, Andreas, Yakobus dan
Yohanes), mereka semua panik, dan membangunkan Yesus dengan berkata “Guru,
Engaku tidak peduli kalau kita binasa?” (Mark 4:38). Seharusnya mereka tenang,
karena ada Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes, orang-orang yang sudah berpengalaman
dengan keadaan alam danau Galilea, tetapi pada kenyataanya Petrus, Andreas,
Yakobus dan Yohanes juga ikut panik “Maka murid-murid-Nhya membangunkan Dia”
(Mark 4:38).
Pertanyaanya, mengapa Petrus, Andreas,
Yakobus dan Yohanes yang adalah orang-orang berpengalaman dengan danau Galilea
panik? Maka jawabannya adalah angin taufan yang dahsyat, yang menimpa mereka
pada saat itu, bukanlah angin taufan yang biasa terjadi di danau Galilea,
tetapi yang di luar biasanya, itulah yang menyebabkan ke 4 orang tersebut ikut
panik.
Setelah Yesus mengatakan “Diam!
Tenanglah” maka angin taufan yang dahsyat tersebut reda dan danau itu menjadi
teduh sekali (Mark 4:39), bukanlah suatu peristiwa kebetulan, karena jikalau
itu merupakan suatu kebetulan, maka para murid tidak mungkin meresponi
peristiwa tersebut dengan respon sangat takut dan berkata “Siapa gerangan orang
ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya” (Mark 4:41). Mengapa mereka
takut saat menyaksikan peristiwa Yesus menenangkan danau Galilea hanya dengan
perintah “diam! Tenanglah!”? karena yang dapat melakukan hal tersebut adalah
Allah, hanya Allah yang berkuasa mengatur alam semesta hanya dengan firman yang
keluar dari Allah. Allah menciptakan alam hanya dengan berfirman “Jadilah”.
Karena itulah mereka takut, mereka bertanya-tanya, siapa gerangan orang ini?
Seandainya perkataan Yesus “Diam!
Tenanglah!” dan angin ribut redah merupakan peristiwa kebetulan saja, maka para
murid akan meresponnya dengan biasa-biasa saja. Tetapi karena perkataan Yesus
“Diam! Tenanglah!” dan angin ribut redah dan danau pun menjadi teduh sekali
merupakan peristiwa sebab akibat, maka itulah yang menyebabkan para murid
berespon tidak biasa-biasa, dan berespon terheran-heran dan bertanya-tanya.
Kesimpulannya, Tuhan Yesus
sungguh-sungguh telah memberhentikan angin taufan yang dahsyat tersebut, yang
tercatat di Markus 4:35-41, Matius 8:23-27 dan Lukas 8:22-25. Danau Galilea
sering terjadi angin ribut, tetapi angin ribut yang terjadi di Markus 4:35-41
adalah angin ribut yang tidak seperti biasanya, karena itulah Markus menuliskan
“mengamuklah taufan yang sangat dahsyat”. Dan juga merupakan peristiwa yang
terjadi sekali, bukan peristiwa yang terjadi berkali-kali, karena itulah mereka
para murid yang latar belakangnya sebagai nelayan danau Galilea ikut panik dan
juga ikut terheran-heran dan bertanya-tanya.
Hanya Allah yang berkuasa, yang hanya
dengan berfirman, maka alam menjadi ada “jadilah”, dan Yesus hanya dengan
berkata “Diam! Tenanglah!” kepada taufan yang mengamuk dengan sangat dahsyat,
maka angin menjadi reda dan danau pun menjadi teduh sekali, ini menunjukkan bahwa Yesus adalah ALLAH –
Dialah yang menciptakan alam, maka alam pun tunduk kepada perintah sang
penciptanya.
Komentar
Posting Komentar