Aku Menderita Karena Mengasihimu. Roma 5:1-11


 Aku Menderita Karena Mengasihimu

Roma 5:1-11

Pendahuluan

Tema yang kita bahas ini bisa memiliki dua makna. Makna yang pertama, kata “Aku” ini menunjuk kepada TUHAN sedang kata “mu” menunjuk kepada kita orang percaya, jadi maknanya yang pertama: Aku (Tuhan) menderita karena mengasihimu (orang percaya). Sedangkan makna yang ke dua, kata “Aku” ini juga dapat menunjuk kepada orang percaya dan kata “mu” menunjuk kepada TUHAN, jadinya maknanya yang kedua: Aku (kita orang percaya) menderita karena mengasihi- Mu – TUHAN.

Teks ini Roma 5:1-11, ayat 1-5 ini mengenai makna yang kedua, sedangkan ayat 6-11 mengenai makna yang pertama.

Namun, yang kita bahas terlebih dahulu makna yang pertama, karena tidak akan mungkin makna ke dua dapat terwujud jikalau makna yang pertama tidak ada.

Aku (TUHAN) Menderita karena Mengasihimu (orang percaya)

Merupakan kebenaran umum dimana semua orang menyetujui pendapat, yaitu  kalau kita membenci orang yang mengasihi kita itu namanya kurang ajar, namun jika kita mengasihi orang yang mengasihi kita itu suatu kewajaran, tetapi jika kita mengasihi orang yang membenci kita, itu namanya di atas kewajaran.

Pada Makna yang Pertama yaitu TUHAN menderita karena mengasihimu, yaitu kita orang percaya. Maka kasih-Nya itu merujuk kepada kasih yang di atas kewajaran. Mengapa demikian?

Karena TUHAN mengasihi kita bukan karena kita adalah orang yang mengasihi Dia, tetapi kita adalah orang yang membenci-Nya, ayat 10 “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru Allah”, pada umumnya Alkitab berbahasa Inggris menterjemahkannya “enemies” – musuh. Berdasarkan ayat 10, maka kita sebelumnya adalah musuhnya Allah. Ayat 8 dikatakan “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”. Ayat 6 “… Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka” Jadi, Allah mengasihi kita bukan saat kita sedang mengasihi Dia, dengan hidup yang mentaati firman-Nya, tetapi saat kita masih menjadi musuh-Nya, orang berdosa, orang durhaka.

Inilah kasih Allah, yaitu mengasihi orang yang memusuhi-Nya, yang selalu melawan perintah-Nya, yang durhaka kepada-Nya. Kasih Allah di atas kewajaran. Pertanyaannya, kewajarannya siapa? Kewajarannya manusia. tetapi bagi Allah yang wajar adalah mengasihi mereka yang membenci. Karena itulah TUHAN Yesus memerintahkan kita untuk mengasihi musuh kita (Mat 5:44).

Allah Membuktikan Kasih-Nya.

Kalau ada orang hanya mengatakan “Aku mengasihimu” namun kenyataanya berbanding terbalik, orang tersebut justru sering menyakiti kita, apakah kita dapat menyimpulkan bahwa dia mengasihi kita?

Di Ayat 8 dikatakan“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita”

Allah telah menyatakan kasih-Nya kepada kita melalui pengorbanan Yesus Kristus.

Pertanyaannya, mengapa Allah menyatakan kasih-Nya kepada kita melalui pengorbanan Yesus?

Ada Permusuhan Antara Allah dan Kita

Allah Murka atas Kita Karena Keadilan-Nya, dan Kita adalah musuh Allah, yang selalu melawan perintah-Nya

Pada ayat 9 ada kata “murka Allah” sedangkan pada ayat 10 ada kata “musuh Allah” ini berarti ada permusuhan antara Allah dengan kita. kita selalu berdosa, selalu durhaka, selalu memusuhi TUHAN, sedangkan Allah, karena Dia adalah Allah yang Adil, maka Dia memurkai kita orang berdosa, orang berdosa harus dihukum.

Kalau kita bandingkan dengan pasal 1:18 “Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman” dikatakan “menindas kebenaran dengan kelaliman” jadi kita manusia tahu apa yang benar, namun pada kenyataanya kita menindas kebenaran.

Untuk mengetahui bahwa itu salah, maka harus tahu dulu apa yang benar. Seperti halnya kita tahu bahwa 1+1 = 3 itu salah karena kita sudah mengetahui terlebih dahulu yang benar  1+1 = 2. Tetapi permasalahannya adalah kita tahu yang benar, namun yang kita lakukan adalah yang salah.

Seperti halnya kita memiliki konsep yang benar belum tentu kita dapat melakukan yang benar, siapa yang setuju bahwa berbohong itu benar? tetapi kenyataanya masih banyak orang berbohong, siapa yang setuju menyakiti sesamanya adalah benar? tetapi kenyataannya masih banyak orang menyakiti sesamanya, siapa yang setuju korupsi itu benar? Tetapi masih banyak koruptor

Jikalau seandainya benar dan salah hanyalah seperti memilih mau makan nasi goreng atau rica-rica babi, maka seharusnya semua orang bisa tidak berbohong lagi, bisa tidak menyakiti sesamanya lagi, bisa tidak korupsi lagi, bisa tidak melakukan kejahatan lagi, maka damailah hidup kita di bumi, karena tahu bahwa jujur itu benar, mengasihi sesama itu benar, melakukan kebaikan itu benar, maka akan memilih yang benar. Namun kenyataanya, tidaklah demikian, kita sebagai manusia sangat susah sekali melakukan kebenaran, namun sangat mudah melakukan yang bertentangan dengan kebenaran, karena itulah ada istilah yang terkenal “peraturan dibuat untuk dilanggar”. Ini menggambarkan kita manusia. mengapa demikian? Karena pada pasal 3:9 dikatakan bahwa semua orang ada di bawah kuasa dosa. Semua kita ada di bawah kuasa dosa, sehingga kita tidak mampu untuk melakukan kebenaran, yang kita lakukan adalah menindas kebenaran. – inilah yang membuat kita menjadi musuh Allah, dan Allah memurkai kita.

Namun, Allah yang Adil, adalah Allah yang Kasih.

Kita bermusuhan dengan Allah, namun Allah karena kasih-Nya mengusahakan pendamaian bagi kita, bukan kita yang mengusahakannya, tujuan Allah adalah supaya hubungan kita dengan Allah menjadi damai, bukan lagi musuh Allah, tetapi anak-anak Allah. Namun, untuk mengusahakan pendamaian antara kita dengan Allah, maka Allah harus mengorbankan Yesus, Anak-Nya.  Tuhan menderita karena mengasihi kita

Allah adalah kasih, namun Allah juga adil. Karena kasih-Nya, maka Ia mengutus Yesus untuk mati bagi kita dan karena keadilan-Nya maka Ia menghukum Yesus, saat Yesus menanggung dosa-dosa kita. Jikalau Allah hanya mengampuni dosa-dosa kita tanpa ada pengorbanan Yesus, maka Dia adalah Allah yang Kasih namun Dia adalah Allah yang tidak adil, karena tidak ada penghukuman atas dosa, namun jikalau Allah menghukum orang berdosa, tanpa ada pengorbanan Yesus, maka Allah adalah Adil, namun Ia tidak Kasih.

Yesus di atas kayu salib sedang menanggung semua dosa-dosa kita, maka Dia ditinggalkan Allah, di atas kayu salib Yesus berseru “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?”, supaya kita tidak usah lagi berseru “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?” tetapi kita dapat berkata kepada Allah “Ya Abba, Ya Bapa”

Dosa membuat manusia terpisah dari Allah, karena dosa Allah meninggalkan manusia, Yesus menanggung dosa kita sehingga Ia ditinggalkan Allah, maka kita yang percaya Yesus tidak ditinggalkan Allah, karena hukuman bagi dosa telah Yesus tanggung.

Kasih Allah dan Keadilan Allah terpenuhi saat Yesus berkata di atas kayu salib “tetelestai” – sudah selesai.

Karena itulah Allah tidak akan menghukum kita lagi, karena hukuman Allah atas kita,  telah Yesus tanggung, inilah yang membuat kita menjadi orang benar – orang yang dibenarkan, orang yang dinyatakan benar, bukan lagi orang berdosa.

Kalau kita bandingkan dengan Ibrani 9: 28 “demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia. Ibrani ”10:14 “Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan”

Dan karena kita orang benar, bukan lagi orang durhaka, bukan musuh Allah, maka hubungan kita dengan Allah menjadi damai.

Allah mengasihi kita sehingga Ia harus menderita bagi kita, supaya kita tidak lagi menderita karena murka Allah.

Namun Tuhan Yesus yang telah mati, Tuhan Yesus juga telah bangkit dari kematian dan tetap hidup untuk selama-lamanya. Sehingga dalam keadaan-Nya yang hidup, memastikan kita pasti selamat. Ayat 10. Dan pada ayat 11 “sebab oleh Dia (Yesus) kita telah menerima pendamaian”

Kalau kita bandingkan dengan Roma 8:34 “Kristus Yesus, telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi pembela kita?”

Kalau diibaratkan atau digambarkan seperti di pengadilan, Yesus itu sebagai pengacara kita, yang membela kita, jadi saat kita berdosa, maka Yesus sebagai pembela duduk disebelah Allah, untuk menunjukkan bahwa Dia telah mati bagi kita, maka  tidak ada penghukuman bagi kita.

Karena itulah, walau pun kita masih jatuh dalam dosa, namun Allah tidak akan menghukum kita, karena Yesus sang pembela kita, Dia hidup, dan Dia duduk di sebelah kanan Allah, yang selalu membela kita.

Oleh karena itulah di 1 Yohanes 1:9 “jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” dosa dihubungkan dengan kesetiaan dan keadilan. Karena Allah yang adil tidak akan menghukum kita, karena semua dosa kita telah Yesus tanggung, dan Yesus telah menanggung hukuman dosa-dosa kita, karena itulah tidak ada penghukuman bagi kita yang percaya Yesus (Rom 8:1)

 

Makna yang Kedua: Aku (orang percaya) Menderita Karena Mengasihimu

Ayat 1-2 : “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman”,  “kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus”, “kasih karunia”, “pengharapan menerima kemuliaan Allah”. kata-kata tersebut di ayat 1 dan 2 menunjuk kepada “orang-orana yang percaya Tuhan Yesus”, orang-orang percaya Tuhan Yesus adalah orang-orang yang telah mengalami pembenaran, telah hidup dalam damai sejahtera dengan Allah, mendapatkan kasih karunia, dan memiliki pengharapan yaitu menerima kemuliaan Allah.

Namun, langsung pada ayat ke 3 dikatakan bahwa kita yang percaya Yesus mengalami kesengsaraan.

Jadi, jangan bilang orang yang percaya Yesus hidupnya dijauhkan dari masalah-masalah, dijauhkan dari sakit penyakit, dijauhkan dari pendiritaan-penderitaan. Orang percaya Yesus juga mengalami kesengsaraan.

Kalau kita berpikir damai dengan Allah, maka kita tidak mengalami kesengsaraan dan penderitaan, maka pemahaman tersebut adalah pemahaman yang salah, paham yang salah dapat membuat kita meninggalkan Alah

Seorang penginjil besar, patnernya Bill Graham, yaitu Charles Templeton, yang selalu bersama-sama bermitra dalam KKR yang besar, namun saat dia terkena penyakit Alzheimer, dia mulai meragukan imannya kepada Yesus, bahkan akhirnya dia tidak mempercayai Allah itu ada, saat dia diwawancarai Lee Strobel, Templeton memberikan jawaban “Alzheimer tidak akan ada kalau ada Allah yang berbelaskasihan. Karena dalam realitanya penyakit itu ada, itu menjadi salah satu bukti nyata bahwa Allah tidak ada”

Kesengsaraan setelah kita diperdamainkan dengan TUHAN juga dikarenakan kita mengasihi Dia, karena bukti kita mengasihi-Nya adalah kita melakukan perintah-Nya. Perintahnya Tuhan standarnya bukanlah apa kata banyak orang, atau bukanlah seperti apa yang disetujui oleh banyak orang. Perintah Tuhan di atas kewajaran dari kewajaran yang dianggap pada umumnya manusia.

Sebagai contoh, wajar bagi kita mengasihi yang mengasihi kita, namun standar Tuhan Yesus adalah mengasihi orang yang memusuhi kita, berdoa bagi yang menganiaya kita, bukankah perintah tersebut membuat kita sengsara/menderita, karena merupakan di atas kewajaran kita mengasihi orang yang memusuhi kita.

 

Bagi kita pada umumnya menjadi hal yang wajar jikalau kita mengasihi diri sendiri, dan memikirkan kepentingan kita sendiri, dan ini hal yang mudah bagi kita, namun Tuhan memerintahkan kepada kita untuk mengasihi orang lain dan memikirkan kepentingan orang lain, tentunya ini hal yang susah. Menikmati dosa itu mudah, melawan dosa itu kesusahan; mengikuti arus zaman itu mudah, namun melawan arus dan tampil beda itu kesusahan

Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kita harus menyangkal diri dan memikul salib tiap hari (Luk 9:23), bukankah perintah ini membuat kita menderita?

 

Namun penderitaan kita tersebut tidak akan membuat kita meninggalkan TUHAN.

mengapa demikian?

Ayat 5 dikatakan “kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita” kata “dicurahkan” bisa berarti ditumpahkan, ini maksudnya adalah kasih Allah telah berlimpah-limpah ditumpahkan di dalam hati kita, dan juga sekaligus Roh Kudus telah dikaruniakan kepada kita, dimana Roh Kudus bersama-sama dengan roh kita berseru “Ya Abba, Ya Bapa” dan bersaksi bahwa kita adalah anak-anak Allah (Rm 8:14-15).

Jadi, karena kasih Allah ada di dalam hati kita, dan juga karena Roh Kudus dikaruniakan kepada kita, maka kita tidak akan ragu atas status kita yang adalah anak-anak Allah. Hubungan yang tidak ada kata mantan, adalah hubungan orang tua dan anak. Sampai kapan pun dan bagaimana pun, anak tetaplah anak, dan tidak akan mungkin orang tua menganggap anaknya bukan anaknya lagi.

Demikianlah juga tidak ada yang dapat memisahkan kasih Allah kepada kita. apa pun yang kita alami, penderitaan apa pun yang kita alami, kasih Allah yang melimpah di hati kita dan Roh Kudus yang dikaruniakan atas kita membuat kita selalui yakin bahwa Dia tetaplah Bapa kita.

Selain itu juga kasih Allah yang melimpah di dalam hati kita dan juga Roh Kudus yang dikaruniakan kepada kita akan membuat kita mengasihi-Nya. walau pun ada masalah yang kita hadapi apa pun itu, kita akan dimampukan untuk tetap mengasihi-Nya.

Kasih yang melimpah di hati kita dan juga karena Roh Kudus ada di dalam kita,  maka kita dimampukan untuk mengasihi Dia. Kasih kita kepada-Nya akan terwujud nyata yaitu saat kita melakukan perintah-perintah-Nya – susah, dan menderita, tetapi karena kita mengasihi-Nya maka kita akan terus berusaha melakukan perintah-Nya.

Perintah-Nya yang utama adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa dan dengan segenap pikiran, dan juga mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. 2 Petrus 1:7 pertama-tama mengasihi sesama orang percaya dan selanjutnya kepada semua orang.

KESIMPULAN

      Mengasihi yang mengasihi kita itu adalah wajar bagi kita, dan TUHAN telah menunjukkan kasih-Nya bagi kita, maka wajar jikalau kita mengasihi Allah.

      Allah adalah kasih, dan Allah telah melimpahkan kasih-Nya dalam hati kita dan mengaruniakan Roh Kudus kepada kita, maka menjadi mungkin kita mengasihi Allah.

      Bukti kasih kita kepada Allah adalah kita mentaati perintah-perintah-Nya, dan perintah-Nya adalah kasihi Allah dan kasihi sesama kita -- pertama-tama kasih kepada sesama orang percaya dan selanjutnya kasih kepada semua orang (2 Petrus 1:7).

Banyak orang begitu mudah menjelaskan bahwa Allah mengasihi kita, karena itu kita harus mengasihi Allah dan sesama kita, namun kasih itu bukanlah perkataan, kasih itu perbuatan. Mari kita mengasihi Allah dan sesama. Amin..

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencintai Tuhan Karena Mengenal Tuhan, Ulangan 6:5

Hidup bergaul dengan Tuhan

Catatan Kotbah: Murid Kristus Yang Sejati. Yohanes 6:60-71